“Wah, ini sangat-sangat-sangat enak, Mama.”Pujian terlontar pertama kali datang dari Shenina. Dia mengacungkan jempol di tangannya sekalian mengangkat paha ayam bakar yang sedang dia nikmati.“Enak? Terima kasih, Sayang. Mama senang kalau masakan Mama kalian sukai.”“Iya, ini sangat enak. Boleh besok kita bekal seperti ini buat makan di jalan?” sambung Neo ikut mengacungkan paha ayam di tangannya.“Tapi besok ‘kan naik pesawat? Ada banyak makanan di first class, Sayang.” Alex berujar, tangannya sibuk memainkan garpu dan sendok, memisahkan daging dengan tulang yang lumer di dalam mulutnya.“Kalau begitu buat makan sebelum pergi ke bandara, bagaimana, Mama? Boleh tidak?” tanya Neo lagi. Yang dengan cepat dijawab oleh Lara,“Boleh, kok. Besok Mama buatkan lagi untuk kita makan.”“YEAY!” Senang dan berselebrasi menyentuhkan kedua paha ayam mereka dan itu menimbulkan tawa dari Alex.“Tapi besok di pesawat apakah lama, Papa?”“Tidak, Shen. Mungkin sekitar empat sampai lima jam dengan satu
Ini tentang ingatan Lara beberapa tahun silam. Sebuah kisah tentang kesulitan lainnya yang dia temui ........Masih segar di ingatan Lara tentang hari yang tidak akan pernah dia lupakan itu. Pagi ini, dia mengantar anak-anaknya untuk masuk ke play group. Karena anak-anak tetangga sekitar sudah masuk ke play group, Neo dan Shenina juga ingin pergi ke sekolah.Melihat hasrat yang tidak bisa ditahan oleh si kembar untuk bisa mengeksplor dunia lebih banyak, Lara mengantar mereka.Dia melambaikan tangannya pada Neo dan Shenina yang lalu dibawa masuk oleh guru mereka, Miss Lily namanya.Dia wanita baik hati yang hari itu menerima Lara dan kedatangan si kembar pada saat pendaftaran.Wanita itu postur tubuhnya lebih tinggi dari Lara, usianya juga ada di atas Lara. Dia manis dengan kulit sawo matang dan rambutnya yang panjang sebatas bahu.“Saya titip anak-anak ya, Miss Lily?”“Iya, Bu Lara. Jangan khawatirkan mereka. Anak-anak akan di sini dengan aman dalam pengawasan kami.”Lara mengangguk
Dia menujukkan piring yang ada di tangannya pada Lara. Lauknya sudah habis tapi nasinya masih banyak.Lara hampir menjawabnya dengan, ‘Maaf, Sayang. Tapi sudah habis’ tetapi hal itu dia urungkan sebab dia melihat Neo yang sudah berdiri di samping Shenina dan meletakkan ayam bakar miliknya di sana.“Makan saja punya Kakak, Shen.”“Lalu Kakak Neo?”Lara segera menjawabnya dengan, “Ah ini ada telur ceplok, bu Alun buatkan buat kita tadi. Neo mau makan sama telur ceplok saja? Di kulkas masih ada jagung, mau Mama buatkan dadar jagung dulu, Sayang?”“Tidak, mama. Telur saja. Terima kaish.”Lara tersenyum melihat bagaimana dewasanya Neo.Sore itu rasanya Lara tidak bisa berpikir banyak hanya karena ayam bakar yang dia potong menjadi dua.Dia melamun sampai hari menggelap dan melihat anak-anaknya yang ada di kamar dan mewarnai gambar pemandangan.Lara tersenyum saja, menemani mereka.“Mama,” panggil Neo pada Lara yang seketika itu berhenti melamun.“Iya, Neo?”“Apa Neo dan Shen selamanya tida
....Pada akhirnya, malam terakhir di Geirangerfjord terlewati. Lara dan Alex sudah mengukirkan malam terakhir mereka dengan sangat manis dan juga indah semalam.Dalam aktivitas fisik yang menggairahkan tetapi yang semalam itu berbumbu lebih banyak manisnya karena mereka baru saja membicarakan banyak hal, tentang kenangan, tentang masa sulit Lara yang pada akhirnya bisa terlewati. Pagi ini, mereka sudah ada di bandara, lebih tepatnya di dalam lounge tunggu first class di mana mereka akan terbang dari Norwegia menuju Inggris, London untuk sampai di tujuan mereka yang selanjutnya, Dunster.Anak-anak sedang makan pudding. Sedangkan Alex dan Lara hanya duduk-duduk dan melihat lalu-lalang orang yang silih berganti memasuki lounge.“Tadi kayaknya pudding yang di sana enak, tapi tinggal sepotong saja dan diambil sama orang.” Alex berujar pada Lara.“Pudding?” tanya Lara memperjelas yang dijawab anggukan oleh Alex.“Iya, Sayang. Yang pudding mangga itu loh! Kayaknya enak tapi aku tidak kebag
....Malam datang lebih cepat. Musim semi membawakan hembusan dingin angin yang menyibakkan dedaunan sehingga mereka memilih untuk di dalam rumah saat hari menggelap.Neo dan Shenina duduk di ruang tengah. Di atas karpet bulu, sibuk menyusun lego yang tadi mereka minta belikan dari paman baru mereka, paman Karg dan paman Loi.Keterbatasan bahasa ternyata tidak menyulitkan anak-anak Lara yang cerdas berkomunikasi dengan Karg dan Loi.Lara membiarkan mereka bicara semampu mereka, sedangkan Karg dan Loi ... mereka tidak seperti tampang seram mereka, mereka ternyata kebapakan. Mereka bilang jika Neo dan Shenina mengingatkan mereka pada anak-anak mereka yang seusia si kembar.Selagi Lara datang dari dapur untuk membawakan mereka camilan, ternyata kesibukan yang terjadi di ruangan tengah tak hanya tentang menyusun lego belaka melainkan juga karena Neo dan Shenina menikmati pertujukan yang sedang dilakukan oleh Alex.Tuts-tuts piano berdenting bergantian, meyelinap masuk menghangatkan setiap
Of course, making love is the answer.Itu yang selau dikatakan oleh Alex menjelang waktu mengantuknya si kembar Neo dan Shenina. Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan tentang ‘habis ini kamu akan menjadi milikku, Lara’ dengan versi yang berbeda-beda.Dimulai dari versi yang paling halus sampai versi yang paling frontal karena Alex tetaplah si buaya yang berpengalaman dalam merangkai kata yang manis. Mungkin sama manisnya dengan calon anggota dewan yang sedang maju untuk pemilihan.Lalu, mereka akhirnya mendengar keluhan mengantuk dari Neo dan Shenina. Si kembar sedang ingin diantar oleh Alex sehingga Lara membiarkan mereka melakukan yang mereka mau sementara sendirinya masuk ke dalam kamar.Dia tidak akan menolak apa yang dimau oleh Alex.Memang tujuan mereka ke sini, untuk berbulan madu yang sangat terlambat selain untuk menyembuhkan luka hati yang tadinya menganga lebar.Lara bersiap dengan mengambil gaun tidurnya yang cantik.Sebuah sleep wear dengan model long dress semata
“Alex.”Lara menahan tangan Alex yang sudah singgah di dadanya dan memberikan tekanan serta remasan yang lembut di sana.“Apa, Sayang?”“Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, tapi aku berterima kasih karena kamu menjadi dirimu yang sudah mengambil keputusannya untuk hanya memberikan hidupmu bagiku, Neo, dan juga Shenina.”“Sama-sama. Jadi, bisakah kita mengubah malam pertama kita di Dunster ini menjadi malam yang indah lagi?”Lara mengangguk. Namun, sudut matanya mengerling pada pintu kamar yang tadi ditutup oleh Alex.Seperti tahu kegugupan yang sedang dia pendam, Alex mengikuti pandang ke mana mata Lara berhenti sebelum memastikan,"Aku sudah mengunci pintunya. Lagi pula tidak ada orang yang masih bangun di rumah ini. Hanya ada kita."Alex melepas pelukan tangannya dari pinggang Lara. Dia meletakkan telapak tangannya yang besar di belahan dress tidur cantik yang dikenakan oleh Lara dan membuat Lara bangun dari berbaringnya. Mengangkat Lara untuk berada di pangkuannya sejen
Pagi datang dan terlewati dengan cepat.Mengantar keluarga kecil Lara untuk mengambil perjalanan pertama mereka menyisir keindahan Dunster dengan hati yang bahagia.Di antara tumbuhnya pohon pinus yang sedang menikmati pucak musim semi, kastil yang mereka datangi tampak megah dan cantik.Lara bisa melihat suka cita yang tumbuh di dalam kedua mata Neo dan Shenina setiap kali mereka berlarian bersama dengan Alex di sepajang jalan yang sunyi.Atau saat mereka mengejar kupu-kupu dan bermain di bawah pohon maple. Lalu menunggu daun kering yang jatuh dan mereka lelah menunggu karena tidak ada yang jatuh.Atau saat mereka berlari lebih dulu untuk masuk ke dalam kedai es krim dan meminta pada Alex sebuah cone yang besar yang pada akhirnya tidak habis dan Alex lah yang menghabiskannya.Waktu seperti melayang pergi meninggalkan normal yang seharusnya, menyiksa Lara dalam tanya, ‘kenapa waktu sangat cepat berlalu saat mereka ada di dalam hari yang bahagia?’Padahal mereka rasanya baru saja menik