Share

Percikan

Penulis: Ely Adalia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-17 11:36:36

Difan menyuruh sopirnya untuk memutar setir mobil ke arah sebuah puskesmas. Segera setelah mobil bmw nya berhenti, Difan membawa tubuh yang terkulai lemas ke dalam bangunan yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah sakit ayahnya.

Kehadiran lelaki itu membuat beberapa perawat memberikan pelayanan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Pasalnya Difan terus mengatakan hal-hal yang menakutkan semacam.

"Tolong, dok. Dia sudah kritis." Dan." Apa kita harus mengoperasinya?"

Seorang dokter yang mendengarnya hanya menyipitkan mata, gusar. Sepertinya lelaki muda itu terlalu banyak dicekoki film-film lebay yang mengisahkan matinya seseorang setelah terserempet motor atau hanya karena jatuh menghantam meja.

"Mas, anda harus tenang." Sang dokter menahan tubuh Difan yang tidak bisa tenang.

"Teman Anda hanya demam." Tambahnya lagi dengan urat kesabaran yang nyaris putus.

"Hehe...maaf dok. Saya panik." Difan tersenyum bodoh.

Dokter tadi segera memeriksa keadaan Alya. Memastikan temperatur tubuh wanita manis tersebut.

"Dia demam. Dan kurang tidur." Ucap sang dokter setelah selesai memeriksa keadaan Alya.

Difan bernafas lega lalu tersenyum. "Kupikir dia kenapa-napa." Gumamnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pertanda bahwa dia malu atas kepanikannya tadi. Sang sopir saja sampai menjaga jarak beberapa meter darinya. Pura-pura tidak kenal.

***

Setelah menunggu selama hampir lima menit, akhirnya Alya kembali menatap dunia. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah khawatir Difan. Entah kenapa Alya merasa tidak asing dengan wajah lelaki itu. Ternyata Divan di sana.

"Alya, apa yang kamu rasakan?" Tanya Difan setelah kedua mata Alya terbuka sempurna. Tangannya segera memeriksa suhu badan Alya melalui kening. Merasakan suhu yang cukup panas.

"Tidak ada. Cuma sedikit pusing." Ucap Alya saatt pening di kepalanya kembali menyerang.

"Di mana rumahmu. Biar kuantar." Alya tertawa kecil melihat sikap berlebihan lelaki tampan berpakaian rapi itu. Sepertinya dia tipe orang yang mudah panik.

"Saya bisa pulang sendiri. Anda tidak perlu khawatir." Alya tersenyum ramah. Menuruni ranjang rumah sakit dengan sedikit terhuyun dan Difab dengan sigap menangkapnya. Alya dengan halus mendorong kedua tangan Difan menjauh dari bahunya. Tidak ada lelaki yang boleh menyentuhnya selain mas Atha.

"Maaf." Ucap Difan menyadari kesalahannya. Dia berdiri tegak kali ini. Melempar senyum ramah yang terlihat semakin menawan saja.

"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengantar saya kemari." Alya mulai melangkahkan kaki keluar ruangan dengan bau khas obat-obatan yang menyengat indra penciuman.

"Tidak masalah." Balas Divan sambil tersenyum ramah. Dia segera mengantar Alya keluar dari puskesmas yang agak sepi itu.

***

Atha terdiam untuk beberapa saat. Memastikan bahwa suara dari benda hitam yang dia genggam memang suara yang selama ini dia rindukan.

"Si-siska?" Suara lelaki itu terbata memastikan. Dia memegang pakaian depannya. Meremasnya sedikit. Perasaannya campur aduk. Antara senang, sedih dan gundah.

"Atha, bagaimana kabar kamu?" suara Siska juga bergetar akibat gugup.

"Baik, bagaimana kabarmu, Siska?" Atha tanpa sadar menahan nafasnya dalam dalam. Perasaan aneh timbul di dadanya yang membuat sesak. Seolah dia tengah berbuat salah sekarang.

"Aku baik, Atha. " Siska terdengar terkekeh kecil mendapati watak kaku yang jarang sekali Atha tunjukkan. " Aku ada di depan rumah sakit tempat kamu kerja." Pernyataan Siska barusan membuat Atha langsung keluar dari ruangannya. Menerobos lorong yang ramai oleh keluar pasien untuk sampai di pintu depan yang entah kenapa terasa amat jauh.

Sesampainya dia di luar gedung bercat putih, Atha disambut oleh seseorang perempuan yang amat dia rindukan membuat lelaki tinggi itu termangu. Dirinya tidak berani untuk Mengutarakan keinginannya memeluk sang pujaan. Tentu saja karena meskipun perasaan nya sekarang sangat bergejolak, logika sang dokter berkata bahwa dia sudah beristri. Dan bukan sesuatu yang etis jika dirinya memeluk sang mantan yang tersenyum di sana.

Lain Atha lain juga Siska. Wanita berbaju kemeja putih, dibalut rok span sebetis berwarna Hitam segera menghambur pada lelaki berjas putih. Memeluk dengan erat, meleburkan perasaan rindu yang dia tahan beberapa bulan terakhir.

Tanpa keduanya ketahui, sepasang mata coklat menatap dari kejauhan , mimik curiga tampak jelas di air mukanya. Pemuda dengan pakaian khas perawat itu hanya berdiri di balik pintu yang tertutup. Mengintip di balik kaca bulat yang menjadi bagian dari daun pintu. Melihat sosok pria yang sudah menjadi pembimbing beberapa bulan ini tengah berbincang dengan Teleponya.

Awalnya pemuda bernama Hasan itu hendak menyerah laporan hari ini , namun niatnya segera berubah saat di dengannya nama dosen baru disebut oleh sang dokter. Pemuda 22 tahun itu terus saja menguping membicarakan Atha sampai percakapan itu terputus oleh salam yang Atha ucapkan.

***

Hasan berjalan menjauhi ruangan Atha. Tangannya yang menggengam berkas laporan mengepal erat-erat. Logikanya berusaha berprasangka baik kepada suami dari sahabatnya tapi, dilihat dari manapun, bisa dipastikan bahwa yang menelepon Atha yang tak lain adalah Dosen bahasa Inggris di kampus, adalah mantan sang dokter. Lantas apa alasan bagi seorang yang pernah begitu berharga untuk kembali menghubungi apabila tidak ada percikan asmara yang hendak terjalin di sana.

Hasan menghela nafas berat. Dia tidak bisa menyimpulkan begitu saja karena dugaan nya tidak memiliki bukti yang cukup untuk menjadi sebuah kenyataan. Dan yang terpenting, apakah dia harus memberitahukan kepada Alya atau tidak.

#Brak#

Hasan terhenti kala dirinya tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah. Lelaki berjas hitam jatuh terduduk di hadapannya.

"Maafkan saya," ucap Hasan seraya membantu lelaki yang sudah sering dia lihat berseliweran di rumah sakit. Divan namanya, anak dari pemilik rumah sakit dan seorang Direktur di kampusnya. Lelaki yang juga merupakan sahabat dokter Atha.

"Kalau jalan lihat-lihat, Dong!" gerutu lelaki keturunan ningrat tersebut. Hasan hanya mengangguk pelan , membiarkan sang pengacara berlalu sebelum dirinya sendiri melanjutkan perjalanan.

***

Divan memasuki sebuah ruangan yang dia hafal betul desain dan isinya. Mandapati lelaki yang hanya 2 tahun lebih tua tengah duduk di kursi dengan kepala di atas meja. Beralaskan kedua lengan yang masih terbalut jas putih. Divan menaikan salah satu alis. Ada apa gerangan, pertanyaan itu otomati menyeru di dalam kepalanya. Lelaki berjas hitam mendekati lelaki yang tampak seperti orang anemia, letih, lesu dan lunglai.

"Mas Atha gagal operasi?" Entah mengapa dugaan itu terasa paling relevan dengan kondisi Atha bagi sang pengacara.

Bab terkait

  • Membangun Cinta   Takdirkah?

    Atha baru saja pulang. Dia duduk di kursi depan meja makan sementara Alya mulai menyiapkan makanan. Ini pertama kali Atha melihat sang istri memasak. Pasalnya di hari biasa dia akan pulang larut malam dan akan menjadikannya alasan agar tidak perlu memakan masakan wanita yang kini tengah mencampur semua bahan masakan ke dalam penggorengan.Atha kagum dengan kecepatan tangan Alya yang dengan cekatan mencincang bahan masakan. Dia terlihat sangat mahir dan terbiasa dengan berbagai peralatan dapur."Ini mas." Alya tersenyum lembut seraya menempatkan satu piring tumis kentang dan satu piring lauk menggugah selera ke atas meja makan. Mengambil sebuah piring dan menuangkan sesendok besar nasi ke dalamnya."Mas Atha mau tempe dan tahu?" Tanya Alya setelah menuang sesendok tumis kentang ke samping nasi."Aku tidak suka keduannya." Ucap Atha membuat kedua alis Alya bertaut. Seingatnya Atha suka dengan lauk berbahan kedelai tersebut. Kenapa dia bilang tidak suka. "Kalau begitu ini. Makan yang lah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   When Love Break You So Bad

    Siska mengepalkan kedua tangannya. Berjalan di jalan setapak tanpa tujuan. Mungkin ini yang namannya patah hati. Rasanya lebih sakit daripada saat kedua orang tua Atha memintanya meninggalkannya. Mungkin karena saat itu, Atha terus mempertahankan keberadaannya. Memohon agar bisa bersama Siska sebelum akhirnya bungkam ketika sang ibu kehilangan kesadaran akibat hipertensi yang kambuh.Besoknya mereka bertemu. Saat itu, Siska menyerahkan cincin pemberian Atha saat upacara kelulusan mereka kembali pada pemilik pertamanya. Siska bertekad untuk merelakan Atha. Toh mereka hanya berhubungan fia telepon. Namun, cintanya tumbuh setelah Atha benar-benar bukan miliknya lagi. Entah bagaimana Siska merasa tidak rela bila lelaki itu menjadi milik wanita lain. Karena itulah tawaran untuk kembali ke Surabaya segera dia ambil tanpa pikir panjang. Dia ingin bertemu Atha. Bahkan berpindah agama agar bisa bersama sang mantan. Tapi, kenyataan bahwa Atha sudah menikah menamparnya begitu keras."Arg!!" Sisk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   Prolog

    Aroma masakan menguar dari arah dapur. Suara piring-piring yang mulai di tata mengisi keheningan subuh. Sinar matahari belum juga menyapa dan semua hidangan telah dipersiapkan di atas meja makan. Seorang wanita muda berusia 20 tahunan tersenyum puas melihat hasil karyanya. Dia tahu sang suami akan berangkat kerja lebih awal. Jadi, wanita berhijab itu memasak lebih pagi.Suara adzan subuh membangunkan sang suami secara otomatis. Lelaki 27 tahun itu beranjak dari ranjang dengan agak malas. Sedikit heran karena tak didapati kehadiran sang istri di sana. Tapi, lelaki 176 cm itu tak ambil pusing. Dia segera membersihkan diri dan bersiap ke masjid."Mas, sudah bangun." Sebuah majas retorik tanpa jabawan mengalun dari bibir plum wanita 157 cm yang tersenyum ceria."Mas mau ke masjid, ya. Jangan lupa bawa jaket ya, di luar sangat dingin." Senyumnya tak kunjung pudar. Semakin lebar malah sampai kedua matanya nyaris tertutup."Aku berangkat. Assalamualaikum. "Ucap lelaki yang berprofesi sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   If He Love Me

    Alya melambaikan tangannya pada sang suami yang sudah menaiki mobilnya. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Demi apapun. Dulu menyapa lelaki yang berprofesi dokter itu terasa mustahil. Tapi, sekarang dia bisa hidup bersama dan menjadi bagian dari hidup lelaki bersurai hitam itu. Terima kasih pada hubungan orang tuanya yang sangat baik dengan kedua orang tua Mas Atha. Cintanya yang dulu hanya bagaikan api di atas air kini menjadi kenyataan."Assalamualaikum. " Atha menjinjak pedal gas agar mobil hitam melaju meninggalkan rumah."Waallaikumsalam. Hati-hati mas."****Atha menghela nafas berat. Entah sudah keberapa kalinya. Gundah adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya hari ini. Sudah dua bulan dia menikahi wanita baik bernama Alya. Wanita pilihan kedua orang tuanya yang sejujurnya memiliki wajah imut. Tubuhnya yang tidak terlali tinggi dan pipi tembam menambah kesan imut wanita berhijab tersebut. Tapi, sekalipun wanita yang kini masih kuliah jurusan bahasa inggris itu s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Another

    Kunci pintu diputar oleh Alya. Menyimpan benda kecil itu di balik tas selempang berwarna baby brown yang ia dapat sebagai hadiah pernikahan dari salah satu sahabatnya. Dia memastikan bahwa pintu dan pagar rumah telah terkunci rapat sekali lagi sebelum menaiki motor dan menyalakannya. Menarik gas kanan agar benda yang sudah akrab dalam kehidupan manusia sebagai kendaraan itu melaju perlahan.Hari ini dia mulai masuk kuliah lagi setelah cuti selama dua minggu. Jurusan bahasa inggris semester 3 akan dia jalani dengan status baru. Sebagai istri lelaki yang dia kagumi sejak SMA. Wanita bermata bulat itu tersenyum ketika cincin silver menyapa di antara jemarinya. Cincin kawin yang tersemat di jari manis membuatnya sangat bahagia. Sebuah bukti nyata bahwa pernikahannya dan mas Atha benar-benar terjadi.Gedung besar salah satu universitas di Surabaya telah di masukinoleh wanita berkulit putih itu. Riuh mahasiswa meramaikan beberapa tempat. Tak jarang dia melihat penjual makanan ringan nangkri

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Love Comes With No Permission

    Alya dan Nafia menghentikan acara larinya. Heran. Kemana perginya lelaki berjas hitam tadi. Cepat sekali hilangnya. Padahal hanya beberapa detik berlalu dan keberadaannya seperti ditelan bumi."Kemana ya? Haduh...padahal aku sudah membuat proposal itu semalaman." Raut kesal dan kecewa memenuhi mimik muka Nafia. Dia menatap langit mendung seolah berharap akan menemukan proposalnya di antara awan-awan."Kamu di sini saja , Naf. Kamu terlihat capek sekali. Biar aku yang cari." Alya mendorong bahu Nafia agar wanita itu duduk di kursi taman. Dia kasihan melihat sang sahabat yang sepertinya sangat bekerja keras untuk menyiapkan acara bakti sosial kampus mereka."Kita cari bersama saja." Nafia hendak berdiri tapi Alya kembali mendorongnya hingga terduduk lagi."Kamu tunggu di sini saja. Ok?" Tegas Alya kemudian beranjak pergi meninggalkan Nafia yang ngos-ngosan.Alya memutar kepalanya ke berbagai arah. Mencari eksistensi seorang lelaki tinggi berjas hitam yang pergi menggondol arsip yang sud

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Serendipity

    Alya menghampiri Nafia yang celingak-celinguk di tengah taman. Menepuk bahu sang sahabat dengan arsip proposal yang berhasil ia dapatkan setelah pengejaran panjang."Hai.." Sapa Alya dengan wajah sumringah. Memamerkan tiga jilid bertas dengan banyak tulisan di atasnya. "Wah..hebatnya temanku satu ini." Nafia memeluk erat Alya yang membuat wanita itu nyaris kehilangan nafasnya."Behh..lepas Nafia sesak." Nafia melepaskan pelukannya kemudian tertawa renyah melihat teman mungilnya kesulitan mengambil nafas."Ayo kita makan,Ya?" Ajak Nafia.Alya terdiam sejenak. Menimbang ajakan sang sahabat. Sebenarnya dia ingin mengunjungi Mas Atha siang ini. Mengajaknya makan bekal bersama. Tapi, mungkin ajakan Nafia jauh baik. Mengingat Atha belum tentu bisa makan siang tepat waktu dan Alya harap tidak demikian, semoga saja dia punya waktu yang layak untuk menyantap bekal yang Alya siapkan."Ayo." Nafia bersorak riang. Pasalnya ini pertama kali Alya bisa makan bersama dengannya setelah dua bulan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 2

    Matahari mulai tenggelam di balik horizon. Menyisakan sebaris cahaya jingga yang membias di antara awan-awan tebal. Mendung sudah berkurang tapi, tidak benar-benar pergi. Mungkin sewaktu-waktu bisa turun hujan.Atha menatap pemandangan indah tersebut dari balik kaca jendela di ruangannya. Dia melepas lelah sehabis melakukan operasi mengangkatan tumor seorang lelaki setengah baya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang dia putar 180 derakat. Membuatnya bisa melihat pemandangan indah kota Surabaya.Lampu-lampu jalan sudah mulai menyala. Menjadi sumber penerangan jalan yang ramai oleh kendaraan. Mungkin milik mereka yang hendak pulang ke rumah. Enaknya jika punya jam kerja tetap. Beda sekali dengan dirinya yang sekarang harus jaga malam bersama beberapa KAOS. Tapi, entah mengapa dia merasa bersyukur akan hal itu. Setidaknya dia memiliki alasan untuk tidak bertemu sang istri. Mungkin terdengar kejam tapi, demikianlah yang dia rasakan. Kau tidak bisa memaksakan sebuah cinta tumbuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16

Bab terbaru

  • Membangun Cinta   When Love Break You So Bad

    Siska mengepalkan kedua tangannya. Berjalan di jalan setapak tanpa tujuan. Mungkin ini yang namannya patah hati. Rasanya lebih sakit daripada saat kedua orang tua Atha memintanya meninggalkannya. Mungkin karena saat itu, Atha terus mempertahankan keberadaannya. Memohon agar bisa bersama Siska sebelum akhirnya bungkam ketika sang ibu kehilangan kesadaran akibat hipertensi yang kambuh.Besoknya mereka bertemu. Saat itu, Siska menyerahkan cincin pemberian Atha saat upacara kelulusan mereka kembali pada pemilik pertamanya. Siska bertekad untuk merelakan Atha. Toh mereka hanya berhubungan fia telepon. Namun, cintanya tumbuh setelah Atha benar-benar bukan miliknya lagi. Entah bagaimana Siska merasa tidak rela bila lelaki itu menjadi milik wanita lain. Karena itulah tawaran untuk kembali ke Surabaya segera dia ambil tanpa pikir panjang. Dia ingin bertemu Atha. Bahkan berpindah agama agar bisa bersama sang mantan. Tapi, kenyataan bahwa Atha sudah menikah menamparnya begitu keras."Arg!!" Sisk

  • Membangun Cinta   Takdirkah?

    Atha baru saja pulang. Dia duduk di kursi depan meja makan sementara Alya mulai menyiapkan makanan. Ini pertama kali Atha melihat sang istri memasak. Pasalnya di hari biasa dia akan pulang larut malam dan akan menjadikannya alasan agar tidak perlu memakan masakan wanita yang kini tengah mencampur semua bahan masakan ke dalam penggorengan.Atha kagum dengan kecepatan tangan Alya yang dengan cekatan mencincang bahan masakan. Dia terlihat sangat mahir dan terbiasa dengan berbagai peralatan dapur."Ini mas." Alya tersenyum lembut seraya menempatkan satu piring tumis kentang dan satu piring lauk menggugah selera ke atas meja makan. Mengambil sebuah piring dan menuangkan sesendok besar nasi ke dalamnya."Mas Atha mau tempe dan tahu?" Tanya Alya setelah menuang sesendok tumis kentang ke samping nasi."Aku tidak suka keduannya." Ucap Atha membuat kedua alis Alya bertaut. Seingatnya Atha suka dengan lauk berbahan kedelai tersebut. Kenapa dia bilang tidak suka. "Kalau begitu ini. Makan yang lah

  • Membangun Cinta   Percikan

    Difan menyuruh sopirnya untuk memutar setir mobil ke arah sebuah puskesmas. Segera setelah mobil bmw nya berhenti, Difan membawa tubuh yang terkulai lemas ke dalam bangunan yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah sakit ayahnya.Kehadiran lelaki itu membuat beberapa perawat memberikan pelayanan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Pasalnya Difan terus mengatakan hal-hal yang menakutkan semacam."Tolong, dok. Dia sudah kritis." Dan." Apa kita harus mengoperasinya?"Seorang dokter yang mendengarnya hanya menyipitkan mata, gusar. Sepertinya lelaki muda itu terlalu banyak dicekoki film-film lebay yang mengisahkan matinya seseorang setelah terserempet motor atau hanya karena jatuh menghantam meja."Mas, anda harus tenang." Sang dokter menahan tubuh Difan yang tidak bisa tenang."Teman Anda hanya demam." Tambahnya lagi dengan urat kesabaran yang nyaris putus."Hehe...maaf dok. Saya panik." Difan tersenyum bodoh.Dokter tadi segera memeriksa keadaan Alya. Memastikan temperatur tubuh wan

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 3

    Siska menatap layar ponselnya. Melihat nomor yang tertera di sana. Dia agak ragu untuk menekan tombol hijau di sana. Hatinya sedikit trauma dengan patah hati yang dia rasakan dahulu. Bagaimana jika meskipun dia sudah menjadi mualaf, kedua orang tua Atha masih menolaknya. Tapi, dia sendiri tidak bisa membohongi hati kecil yang terus menjerit kan rindu untuk mendengar suara lelaki pujaan. Beberapa kali sang dosen muda mondar-mandir di Koridor yang mulai sepi, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, tidak banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus. Namun sayang acara mondar-mandir nya terhenti ketika dia tidak sengaja menyerempet bahu seseorang.Siska segera mendongak ke atas, melihat salah satu mahasiswa yang tampak juga menatap ke arahnya. Lelaki itu meminta maaf sebelum beranjak pergi.Siska kembali menatap ponselnya, kali ini dia duduk di salah satu kursi yang memang tersedia di sepanjang lorong. Mungkin sudah saatnya dia menghubungi sang mantan. Cintanya masih terlalu besar un

  • Membangun Cinta   Her

    Atha terbengong-bengong melihat Difan datang dengan senyum sumringah bak ibu-ibu yang baru dapat arisan. Memberikan makanan dengan cuma-cuma bahkan menawarkan diri untuk memasakkan mie instannya. Dia menatap mienya curiga. Apakah senyuman Difan menandakan adanya zat beracun sejenis sianida di makanan tersebut. Mungkin saja kerena masalahnya dengan sang ayah dan statusnya yang sering gonta- ganti pasangan membuat Difan frustasi sehingga ingin meracuni Atha. Memang tidak nyambung. Tapi, yang namanya frustrasi siapa yang tahu.Setelah memastikam makanan sejuta umatnya aman untuk dimakan,Atha mulai menyantap helai-helai mie instan yang menguarkan aroma nikmat sambil menatap Difan yang masih saja tersenyum. "Kau kenapa, Fan? "Tanya Atha yang tidak tahan melihat Difan senyam-senyum sok manis. Membuat matanya perih saja."Mas tahu tadi aku bertemu gadis yang kutemui pas di kampus. Dia meminjamiku payung supaya aku bisa pulang. Ohhh indahnya dunia ini." Ucap Difan dengan satu kali tarikan na

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 2

    Matahari mulai tenggelam di balik horizon. Menyisakan sebaris cahaya jingga yang membias di antara awan-awan tebal. Mendung sudah berkurang tapi, tidak benar-benar pergi. Mungkin sewaktu-waktu bisa turun hujan.Atha menatap pemandangan indah tersebut dari balik kaca jendela di ruangannya. Dia melepas lelah sehabis melakukan operasi mengangkatan tumor seorang lelaki setengah baya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang dia putar 180 derakat. Membuatnya bisa melihat pemandangan indah kota Surabaya.Lampu-lampu jalan sudah mulai menyala. Menjadi sumber penerangan jalan yang ramai oleh kendaraan. Mungkin milik mereka yang hendak pulang ke rumah. Enaknya jika punya jam kerja tetap. Beda sekali dengan dirinya yang sekarang harus jaga malam bersama beberapa KAOS. Tapi, entah mengapa dia merasa bersyukur akan hal itu. Setidaknya dia memiliki alasan untuk tidak bertemu sang istri. Mungkin terdengar kejam tapi, demikianlah yang dia rasakan. Kau tidak bisa memaksakan sebuah cinta tumbuh

  • Membangun Cinta   Serendipity

    Alya menghampiri Nafia yang celingak-celinguk di tengah taman. Menepuk bahu sang sahabat dengan arsip proposal yang berhasil ia dapatkan setelah pengejaran panjang."Hai.." Sapa Alya dengan wajah sumringah. Memamerkan tiga jilid bertas dengan banyak tulisan di atasnya. "Wah..hebatnya temanku satu ini." Nafia memeluk erat Alya yang membuat wanita itu nyaris kehilangan nafasnya."Behh..lepas Nafia sesak." Nafia melepaskan pelukannya kemudian tertawa renyah melihat teman mungilnya kesulitan mengambil nafas."Ayo kita makan,Ya?" Ajak Nafia.Alya terdiam sejenak. Menimbang ajakan sang sahabat. Sebenarnya dia ingin mengunjungi Mas Atha siang ini. Mengajaknya makan bekal bersama. Tapi, mungkin ajakan Nafia jauh baik. Mengingat Atha belum tentu bisa makan siang tepat waktu dan Alya harap tidak demikian, semoga saja dia punya waktu yang layak untuk menyantap bekal yang Alya siapkan."Ayo." Nafia bersorak riang. Pasalnya ini pertama kali Alya bisa makan bersama dengannya setelah dua bulan me

  • Membangun Cinta   Love Comes With No Permission

    Alya dan Nafia menghentikan acara larinya. Heran. Kemana perginya lelaki berjas hitam tadi. Cepat sekali hilangnya. Padahal hanya beberapa detik berlalu dan keberadaannya seperti ditelan bumi."Kemana ya? Haduh...padahal aku sudah membuat proposal itu semalaman." Raut kesal dan kecewa memenuhi mimik muka Nafia. Dia menatap langit mendung seolah berharap akan menemukan proposalnya di antara awan-awan."Kamu di sini saja , Naf. Kamu terlihat capek sekali. Biar aku yang cari." Alya mendorong bahu Nafia agar wanita itu duduk di kursi taman. Dia kasihan melihat sang sahabat yang sepertinya sangat bekerja keras untuk menyiapkan acara bakti sosial kampus mereka."Kita cari bersama saja." Nafia hendak berdiri tapi Alya kembali mendorongnya hingga terduduk lagi."Kamu tunggu di sini saja. Ok?" Tegas Alya kemudian beranjak pergi meninggalkan Nafia yang ngos-ngosan.Alya memutar kepalanya ke berbagai arah. Mencari eksistensi seorang lelaki tinggi berjas hitam yang pergi menggondol arsip yang sud

  • Membangun Cinta   Another

    Kunci pintu diputar oleh Alya. Menyimpan benda kecil itu di balik tas selempang berwarna baby brown yang ia dapat sebagai hadiah pernikahan dari salah satu sahabatnya. Dia memastikan bahwa pintu dan pagar rumah telah terkunci rapat sekali lagi sebelum menaiki motor dan menyalakannya. Menarik gas kanan agar benda yang sudah akrab dalam kehidupan manusia sebagai kendaraan itu melaju perlahan.Hari ini dia mulai masuk kuliah lagi setelah cuti selama dua minggu. Jurusan bahasa inggris semester 3 akan dia jalani dengan status baru. Sebagai istri lelaki yang dia kagumi sejak SMA. Wanita bermata bulat itu tersenyum ketika cincin silver menyapa di antara jemarinya. Cincin kawin yang tersemat di jari manis membuatnya sangat bahagia. Sebuah bukti nyata bahwa pernikahannya dan mas Atha benar-benar terjadi.Gedung besar salah satu universitas di Surabaya telah di masukinoleh wanita berkulit putih itu. Riuh mahasiswa meramaikan beberapa tempat. Tak jarang dia melihat penjual makanan ringan nangkri

DMCA.com Protection Status