Share

Her

Penulis: Ely Adalia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-16 21:01:09

Atha terbengong-bengong melihat Difan datang dengan senyum sumringah bak ibu-ibu yang baru dapat arisan. Memberikan makanan dengan cuma-cuma bahkan menawarkan diri untuk memasakkan mie instannya. Dia menatap mienya curiga. Apakah senyuman Difan menandakan adanya zat beracun sejenis sianida di makanan tersebut. Mungkin saja kerena masalahnya dengan sang ayah dan statusnya yang sering gonta- ganti pasangan membuat Difan frustasi sehingga ingin meracuni Atha. Memang tidak nyambung. Tapi, yang namanya frustrasi siapa yang tahu.

Setelah memastikam makanan sejuta umatnya aman untuk dimakan,Atha mulai menyantap helai-helai mie instan yang menguarkan aroma nikmat sambil menatap Difan yang masih saja tersenyum.

"Kau kenapa, Fan? "Tanya Atha yang tidak tahan melihat Difan senyam-senyum sok manis. Membuat matanya perih saja.

"Mas tahu tadi aku bertemu gadis yang kutemui pas di kampus. Dia meminjamiku payung supaya aku bisa pulang. Ohhh indahnya dunia ini." Ucap Difan dengan satu kali tarikan nafas tanpa jeda.

Atha hanya menatapnya dengan pandangan bloon. Dasar bocah labil. Seingatnya baru satu jam lalu lelaki baru datang itu mengeluh mengenai hidupnya dan sekarang tiba-tiba sumringah begini.

"Dasar aneh." Tukas Atha sambil mengalihkan perhatian pada berkas laporan yang ditulis oleh seorang Mahasiswa Praktik bernama Hasan

"Ya Allah..mas dia muanissss..." tambahnya tak menghiraukan komentar pedas Atha barusan.

"Mas. Mas cepat periksa mas. Periksa aku." Atha mengatap ngeri pada Difan yang mengacung-acungkan lengannya kepada sang dokter." Periksa mas. Mungkin aku diabetes setelah melihat wajah manisnya. Kyaaaa!" Difan berteriak ala cewek k-popers yang bertemu idolanya.

Atha menggulung laporan yang tengah dia baca sebelun kemudian memukulkannya ke kepala Difan sampai yang lebih muda terdiam. Memeriksa suhu tubuh Difan melalui punggung tangannya, kemudian membandingkannya dengan ketiak sendiri.

"Wah sama, Fan." Ucap Atha kemudian tertawa terbahak-bahak melihat wajah bete Difan.

"Huh...Mas itu SMS, ya. Susah melihat orang senang."

***

Malam sudah sangat larut ketika Atha sampai di rumah. Salahkan Difan yang memberinya satu pekerjaan tambahan sebagai sopir pribadi. Membuatnya harus membuang setengah jam waktu istirahatnya untuk mengantar sang 'adik' pulang.

Tangannya baru saja akan memutar knop pintu tapi, benda itu sudah terbuka sendiri. Seorang wanita menyambutnya dari dalam. Menampakkan senyum yang dipaksakan dan kedua mata yang sepertinya nyaris tidak bisa terbuka akibat kantuk mendera.

Atha melirik jam tangannya. 12.56 malam. Wah..dia kagum bahwa Alya masih terjaga menunggunya.

"Mas Atha sudah makan." Tanya Alya seraya menyingkir dari depan pintu. Memberi Atha cukup ruang untuk masuk.

"S-sudah. "Jawab lelaki tinggi itu agak gugub. Entah karena apa dia merasa gugub begitu. Mungkin masih tidak terbiasa dengan keberadaan Alya di rumahnya. Walau Atha masih mencintai sang mantan, dia tetep lah seorang Lelaki yang memiliki nafsu. Melihat wanita bertubuh mungil dengan dibalut piyama yang kebesara, dan rambut sebahu yang tampak amat lembut, Atha tentu bersyahwat untuk menggaulinya. Tapi entah mengapa dirinya selalu menahan diri untuk tidak menyentuh wanita tersebut.

"Oh...sayang sekali." Gumam Alya pelan sambil menutup pintu dan menguncinya." Padahal aku sudah memasak untuk Mas Atha." Dia tersenyum lagi. Menguap. Lalu mengerjab-kerjabkan kedua mata yang berat." Mas Atha mau mandi dengan air hangat. Biar kusiapkan." Alya beranjak ke arah kamar mandi tapi, Atha dengan cekatan menahan tangannya. Kemudian langsung melepaskannya lagi.

"Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidur saja. Besok kan harus kuliah." Ucap Atha dengan cepat. Dia tidak ingin Alya berusaha terlalu keras untuk menjadi istrinya, karena Atha sendiri masih belum bisa mencintai wanita yang dulu sering bermain ke rumah orang tua sang dokter tersebut. Sikap baiknya hanya akan membuat rasa bersalah Atha semakin lebar.

sementara Alya hanya tersenyum lembut.Baik sekali ya mas Atha itu. Sekali pun mereka menikah dengan terpaksa. Bagi sang suami tentunya, Alya sangat bahagia atas pernikahan ini. Tapi, lelaki itu memperlakukannya dengan sangat baik.

"Kalau begitu aku tidur dulu ya." Alya menguap lagi. Mengucapkan istighfar lalu beranjak ke kamar.

****

Usai membersihkan diri Atha memasuki kamarnya. Mendapati Alya yang sudah tertidur. Atha memandangi wajah yang tampak tenang tersebut tanpa berani menyentuhnya. Perlahan mengambil sebuah bantal yang tak dipakai dan kembali keluar dari ruangan 3 kali 4 meter tersebut.

Sudah hampir dua bulan dia menikahi Alya tapi, Atha tidak sekalipun tidur satu ranjang dengan wanita bersurai hitam ikal tersebut. Dia selalu tidur di ruang tamu atau di kamar tamu.

Herannya, Alya tidak sekalipun protes tentang kelakuan sang suami. Mungkin Alya memakluminya. Lagipula sebelum menikah Atha sudah mengatakan bahwa dia belum mencintai Alya.

***

Alya menatap papan tulis putih yang telah berhias beberapa kata di atasnya. Memutar mata pada dosen cantik yang menjelaskan tentang sejarah inggris dan segala seluk beluk keinggrisan. Harus diakui bahwa dosen baru itu lebih mudah dimengerti daripada Mr. Erik. Kata-katanya mudah luwes dan komunikatif. Tidak seperti dosen lamanya yang terasa kaku saat mengajar.

Kelas yang berlangsung hampir dua jam itu berakhir saat jam makan siang menjelang. Perut yang sudah mengadakan orkestra membuat Alya segera mengajak Nafia untuk pergi ke kafetaria.

***

Sesampainya di kantin, mereka bertemu sapa dengan anggota organisasi Himpunan mahasiswa, Ketuanya lebih tepat tengah membawa nampan berisi satu mangkuk bakso dan satu gelas teh hangat. Nafia bergidik ngeri, siapa yang makan bakso ditemani teh panas di siang yang lumayan terik ini. Siapa lagi kalau bukan Hasan Stya Mahesa, mahasiswa tingkat akhir yang sekarang sedang menjalani praktikum di rumah sakit ternama di Surabaya.

"Hasan!" panggil Alya dengan suara cempreng yang tidak hanya menarik perhatian si empunya nama, melainkan hampir seluruh penghuni kafetaria itu.

Hasan menatap wanita yang hanya setinggi dadanya itu sebentar sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju bangku pojok yang sepi. Alya segera menyusul sang sahabat sejak SMA itu. Dengan seenak hati duduk tepat di hadapan pemuda dengan baju kaos hitam dibalut Jas anggota HMJ.

"Nanti bisa kumpul,San?" tanya Alya seraya menyerobot satu buat bulatan bakso kecil dari dalam mangkuk bergambar ayam jago. Hasan yang melihat kelakuan sahabatnya itu menyipitkan mata dengan tajam dan menarik mangkuk tersebut agar jauh dari jangkauan yang lebih muda.

"Nanti aku jaga di Rumah sakit." balas Hasan kali ini dengan wajah dingin. Mengambil garbu yang ada di tangan Alya untuk menyatap makan siangnya.

"Mas Hasan sibuk sekali, nggak mau kencan saja dengan ku?" Nafia yang duduk di samping Alya berucap sambil mengedipkan satu mata, menggoda lelaki tinggi tersebut.

"Mending aku kencan bareng stetoskop," jawab Hasan seraya menarik satu sudut bibirnya mendapati wajah kecewa Nafia yang di dramatitasi.

Ketiganya kini terdiam seraya menanti pesanan Alya dan Nafia yang tak kunjung datang. Menyelami pikiran masing-masing. Nafia hanya menikmati wajah rupawan lelaki yang tengah menyantap makan siang, sementara Alya asyik berkutat dengan ponselnya. Berharap ada pesan dari sang suami yang memang sangat jarang sekali mengirimkan pesan.

"Eh, Kamu tahu tidak tentang Dosen baru kita?" celetuk Nafia secara tiba-tiba menarik perhatian kedua sahabat yang lain.

"Kenapa?" tanya Alya dengan wajah serius, kali ini ponsel pintar dia taruh di atas meja. Pandangan nya fokus pada Nafia yang tengah memulai acara bergosip ria.

" Beliau itu mualaf lo, "

Alya ber-oh-ria mengetahui fakta baru tersebut. Sementara Hasan tidak bergeming. Dia asyik saja dalam proses mengisi perut yang keroncongan.

" Kalian tahu, Beliau pindah agama demi kekasihnya lo. " Tambah wanita bermata coklat gelap itu penuh semangat. Apalagi saat mendapati wajah kagum Alya, dirinya jadi merasa yang paling pintar saat ini.

"Terus saja mengoceh, urusi nilaimu dari pada bergosip!" Ucap Hasan seraya berdiri lalu memukul pelan kepala Nafia.

" Hasan!!" Pekik Nafia kesal karena acara bergosipnya diganggu.

Bab terkait

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 3

    Siska menatap layar ponselnya. Melihat nomor yang tertera di sana. Dia agak ragu untuk menekan tombol hijau di sana. Hatinya sedikit trauma dengan patah hati yang dia rasakan dahulu. Bagaimana jika meskipun dia sudah menjadi mualaf, kedua orang tua Atha masih menolaknya. Tapi, dia sendiri tidak bisa membohongi hati kecil yang terus menjerit kan rindu untuk mendengar suara lelaki pujaan. Beberapa kali sang dosen muda mondar-mandir di Koridor yang mulai sepi, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, tidak banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus. Namun sayang acara mondar-mandir nya terhenti ketika dia tidak sengaja menyerempet bahu seseorang.Siska segera mendongak ke atas, melihat salah satu mahasiswa yang tampak juga menatap ke arahnya. Lelaki itu meminta maaf sebelum beranjak pergi.Siska kembali menatap ponselnya, kali ini dia duduk di salah satu kursi yang memang tersedia di sepanjang lorong. Mungkin sudah saatnya dia menghubungi sang mantan. Cintanya masih terlalu besar un

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   Percikan

    Difan menyuruh sopirnya untuk memutar setir mobil ke arah sebuah puskesmas. Segera setelah mobil bmw nya berhenti, Difan membawa tubuh yang terkulai lemas ke dalam bangunan yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah sakit ayahnya.Kehadiran lelaki itu membuat beberapa perawat memberikan pelayanan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Pasalnya Difan terus mengatakan hal-hal yang menakutkan semacam."Tolong, dok. Dia sudah kritis." Dan." Apa kita harus mengoperasinya?"Seorang dokter yang mendengarnya hanya menyipitkan mata, gusar. Sepertinya lelaki muda itu terlalu banyak dicekoki film-film lebay yang mengisahkan matinya seseorang setelah terserempet motor atau hanya karena jatuh menghantam meja."Mas, anda harus tenang." Sang dokter menahan tubuh Difan yang tidak bisa tenang."Teman Anda hanya demam." Tambahnya lagi dengan urat kesabaran yang nyaris putus."Hehe...maaf dok. Saya panik." Difan tersenyum bodoh.Dokter tadi segera memeriksa keadaan Alya. Memastikan temperatur tubuh wan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   Takdirkah?

    Atha baru saja pulang. Dia duduk di kursi depan meja makan sementara Alya mulai menyiapkan makanan. Ini pertama kali Atha melihat sang istri memasak. Pasalnya di hari biasa dia akan pulang larut malam dan akan menjadikannya alasan agar tidak perlu memakan masakan wanita yang kini tengah mencampur semua bahan masakan ke dalam penggorengan.Atha kagum dengan kecepatan tangan Alya yang dengan cekatan mencincang bahan masakan. Dia terlihat sangat mahir dan terbiasa dengan berbagai peralatan dapur."Ini mas." Alya tersenyum lembut seraya menempatkan satu piring tumis kentang dan satu piring lauk menggugah selera ke atas meja makan. Mengambil sebuah piring dan menuangkan sesendok besar nasi ke dalamnya."Mas Atha mau tempe dan tahu?" Tanya Alya setelah menuang sesendok tumis kentang ke samping nasi."Aku tidak suka keduannya." Ucap Atha membuat kedua alis Alya bertaut. Seingatnya Atha suka dengan lauk berbahan kedelai tersebut. Kenapa dia bilang tidak suka. "Kalau begitu ini. Makan yang lah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   When Love Break You So Bad

    Siska mengepalkan kedua tangannya. Berjalan di jalan setapak tanpa tujuan. Mungkin ini yang namannya patah hati. Rasanya lebih sakit daripada saat kedua orang tua Atha memintanya meninggalkannya. Mungkin karena saat itu, Atha terus mempertahankan keberadaannya. Memohon agar bisa bersama Siska sebelum akhirnya bungkam ketika sang ibu kehilangan kesadaran akibat hipertensi yang kambuh.Besoknya mereka bertemu. Saat itu, Siska menyerahkan cincin pemberian Atha saat upacara kelulusan mereka kembali pada pemilik pertamanya. Siska bertekad untuk merelakan Atha. Toh mereka hanya berhubungan fia telepon. Namun, cintanya tumbuh setelah Atha benar-benar bukan miliknya lagi. Entah bagaimana Siska merasa tidak rela bila lelaki itu menjadi milik wanita lain. Karena itulah tawaran untuk kembali ke Surabaya segera dia ambil tanpa pikir panjang. Dia ingin bertemu Atha. Bahkan berpindah agama agar bisa bersama sang mantan. Tapi, kenyataan bahwa Atha sudah menikah menamparnya begitu keras."Arg!!" Sisk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Membangun Cinta   Prolog

    Aroma masakan menguar dari arah dapur. Suara piring-piring yang mulai di tata mengisi keheningan subuh. Sinar matahari belum juga menyapa dan semua hidangan telah dipersiapkan di atas meja makan. Seorang wanita muda berusia 20 tahunan tersenyum puas melihat hasil karyanya. Dia tahu sang suami akan berangkat kerja lebih awal. Jadi, wanita berhijab itu memasak lebih pagi.Suara adzan subuh membangunkan sang suami secara otomatis. Lelaki 27 tahun itu beranjak dari ranjang dengan agak malas. Sedikit heran karena tak didapati kehadiran sang istri di sana. Tapi, lelaki 176 cm itu tak ambil pusing. Dia segera membersihkan diri dan bersiap ke masjid."Mas, sudah bangun." Sebuah majas retorik tanpa jabawan mengalun dari bibir plum wanita 157 cm yang tersenyum ceria."Mas mau ke masjid, ya. Jangan lupa bawa jaket ya, di luar sangat dingin." Senyumnya tak kunjung pudar. Semakin lebar malah sampai kedua matanya nyaris tertutup."Aku berangkat. Assalamualaikum. "Ucap lelaki yang berprofesi sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   If He Love Me

    Alya melambaikan tangannya pada sang suami yang sudah menaiki mobilnya. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Demi apapun. Dulu menyapa lelaki yang berprofesi dokter itu terasa mustahil. Tapi, sekarang dia bisa hidup bersama dan menjadi bagian dari hidup lelaki bersurai hitam itu. Terima kasih pada hubungan orang tuanya yang sangat baik dengan kedua orang tua Mas Atha. Cintanya yang dulu hanya bagaikan api di atas air kini menjadi kenyataan."Assalamualaikum. " Atha menjinjak pedal gas agar mobil hitam melaju meninggalkan rumah."Waallaikumsalam. Hati-hati mas."****Atha menghela nafas berat. Entah sudah keberapa kalinya. Gundah adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya hari ini. Sudah dua bulan dia menikahi wanita baik bernama Alya. Wanita pilihan kedua orang tuanya yang sejujurnya memiliki wajah imut. Tubuhnya yang tidak terlali tinggi dan pipi tembam menambah kesan imut wanita berhijab tersebut. Tapi, sekalipun wanita yang kini masih kuliah jurusan bahasa inggris itu s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Another

    Kunci pintu diputar oleh Alya. Menyimpan benda kecil itu di balik tas selempang berwarna baby brown yang ia dapat sebagai hadiah pernikahan dari salah satu sahabatnya. Dia memastikan bahwa pintu dan pagar rumah telah terkunci rapat sekali lagi sebelum menaiki motor dan menyalakannya. Menarik gas kanan agar benda yang sudah akrab dalam kehidupan manusia sebagai kendaraan itu melaju perlahan.Hari ini dia mulai masuk kuliah lagi setelah cuti selama dua minggu. Jurusan bahasa inggris semester 3 akan dia jalani dengan status baru. Sebagai istri lelaki yang dia kagumi sejak SMA. Wanita bermata bulat itu tersenyum ketika cincin silver menyapa di antara jemarinya. Cincin kawin yang tersemat di jari manis membuatnya sangat bahagia. Sebuah bukti nyata bahwa pernikahannya dan mas Atha benar-benar terjadi.Gedung besar salah satu universitas di Surabaya telah di masukinoleh wanita berkulit putih itu. Riuh mahasiswa meramaikan beberapa tempat. Tak jarang dia melihat penjual makanan ringan nangkri

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Membangun Cinta   Love Comes With No Permission

    Alya dan Nafia menghentikan acara larinya. Heran. Kemana perginya lelaki berjas hitam tadi. Cepat sekali hilangnya. Padahal hanya beberapa detik berlalu dan keberadaannya seperti ditelan bumi."Kemana ya? Haduh...padahal aku sudah membuat proposal itu semalaman." Raut kesal dan kecewa memenuhi mimik muka Nafia. Dia menatap langit mendung seolah berharap akan menemukan proposalnya di antara awan-awan."Kamu di sini saja , Naf. Kamu terlihat capek sekali. Biar aku yang cari." Alya mendorong bahu Nafia agar wanita itu duduk di kursi taman. Dia kasihan melihat sang sahabat yang sepertinya sangat bekerja keras untuk menyiapkan acara bakti sosial kampus mereka."Kita cari bersama saja." Nafia hendak berdiri tapi Alya kembali mendorongnya hingga terduduk lagi."Kamu tunggu di sini saja. Ok?" Tegas Alya kemudian beranjak pergi meninggalkan Nafia yang ngos-ngosan.Alya memutar kepalanya ke berbagai arah. Mencari eksistensi seorang lelaki tinggi berjas hitam yang pergi menggondol arsip yang sud

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16

Bab terbaru

  • Membangun Cinta   When Love Break You So Bad

    Siska mengepalkan kedua tangannya. Berjalan di jalan setapak tanpa tujuan. Mungkin ini yang namannya patah hati. Rasanya lebih sakit daripada saat kedua orang tua Atha memintanya meninggalkannya. Mungkin karena saat itu, Atha terus mempertahankan keberadaannya. Memohon agar bisa bersama Siska sebelum akhirnya bungkam ketika sang ibu kehilangan kesadaran akibat hipertensi yang kambuh.Besoknya mereka bertemu. Saat itu, Siska menyerahkan cincin pemberian Atha saat upacara kelulusan mereka kembali pada pemilik pertamanya. Siska bertekad untuk merelakan Atha. Toh mereka hanya berhubungan fia telepon. Namun, cintanya tumbuh setelah Atha benar-benar bukan miliknya lagi. Entah bagaimana Siska merasa tidak rela bila lelaki itu menjadi milik wanita lain. Karena itulah tawaran untuk kembali ke Surabaya segera dia ambil tanpa pikir panjang. Dia ingin bertemu Atha. Bahkan berpindah agama agar bisa bersama sang mantan. Tapi, kenyataan bahwa Atha sudah menikah menamparnya begitu keras."Arg!!" Sisk

  • Membangun Cinta   Takdirkah?

    Atha baru saja pulang. Dia duduk di kursi depan meja makan sementara Alya mulai menyiapkan makanan. Ini pertama kali Atha melihat sang istri memasak. Pasalnya di hari biasa dia akan pulang larut malam dan akan menjadikannya alasan agar tidak perlu memakan masakan wanita yang kini tengah mencampur semua bahan masakan ke dalam penggorengan.Atha kagum dengan kecepatan tangan Alya yang dengan cekatan mencincang bahan masakan. Dia terlihat sangat mahir dan terbiasa dengan berbagai peralatan dapur."Ini mas." Alya tersenyum lembut seraya menempatkan satu piring tumis kentang dan satu piring lauk menggugah selera ke atas meja makan. Mengambil sebuah piring dan menuangkan sesendok besar nasi ke dalamnya."Mas Atha mau tempe dan tahu?" Tanya Alya setelah menuang sesendok tumis kentang ke samping nasi."Aku tidak suka keduannya." Ucap Atha membuat kedua alis Alya bertaut. Seingatnya Atha suka dengan lauk berbahan kedelai tersebut. Kenapa dia bilang tidak suka. "Kalau begitu ini. Makan yang lah

  • Membangun Cinta   Percikan

    Difan menyuruh sopirnya untuk memutar setir mobil ke arah sebuah puskesmas. Segera setelah mobil bmw nya berhenti, Difan membawa tubuh yang terkulai lemas ke dalam bangunan yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah sakit ayahnya.Kehadiran lelaki itu membuat beberapa perawat memberikan pelayanan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Pasalnya Difan terus mengatakan hal-hal yang menakutkan semacam."Tolong, dok. Dia sudah kritis." Dan." Apa kita harus mengoperasinya?"Seorang dokter yang mendengarnya hanya menyipitkan mata, gusar. Sepertinya lelaki muda itu terlalu banyak dicekoki film-film lebay yang mengisahkan matinya seseorang setelah terserempet motor atau hanya karena jatuh menghantam meja."Mas, anda harus tenang." Sang dokter menahan tubuh Difan yang tidak bisa tenang."Teman Anda hanya demam." Tambahnya lagi dengan urat kesabaran yang nyaris putus."Hehe...maaf dok. Saya panik." Difan tersenyum bodoh.Dokter tadi segera memeriksa keadaan Alya. Memastikan temperatur tubuh wan

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 3

    Siska menatap layar ponselnya. Melihat nomor yang tertera di sana. Dia agak ragu untuk menekan tombol hijau di sana. Hatinya sedikit trauma dengan patah hati yang dia rasakan dahulu. Bagaimana jika meskipun dia sudah menjadi mualaf, kedua orang tua Atha masih menolaknya. Tapi, dia sendiri tidak bisa membohongi hati kecil yang terus menjerit kan rindu untuk mendengar suara lelaki pujaan. Beberapa kali sang dosen muda mondar-mandir di Koridor yang mulai sepi, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, tidak banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus. Namun sayang acara mondar-mandir nya terhenti ketika dia tidak sengaja menyerempet bahu seseorang.Siska segera mendongak ke atas, melihat salah satu mahasiswa yang tampak juga menatap ke arahnya. Lelaki itu meminta maaf sebelum beranjak pergi.Siska kembali menatap ponselnya, kali ini dia duduk di salah satu kursi yang memang tersedia di sepanjang lorong. Mungkin sudah saatnya dia menghubungi sang mantan. Cintanya masih terlalu besar un

  • Membangun Cinta   Her

    Atha terbengong-bengong melihat Difan datang dengan senyum sumringah bak ibu-ibu yang baru dapat arisan. Memberikan makanan dengan cuma-cuma bahkan menawarkan diri untuk memasakkan mie instannya. Dia menatap mienya curiga. Apakah senyuman Difan menandakan adanya zat beracun sejenis sianida di makanan tersebut. Mungkin saja kerena masalahnya dengan sang ayah dan statusnya yang sering gonta- ganti pasangan membuat Difan frustasi sehingga ingin meracuni Atha. Memang tidak nyambung. Tapi, yang namanya frustrasi siapa yang tahu.Setelah memastikam makanan sejuta umatnya aman untuk dimakan,Atha mulai menyantap helai-helai mie instan yang menguarkan aroma nikmat sambil menatap Difan yang masih saja tersenyum. "Kau kenapa, Fan? "Tanya Atha yang tidak tahan melihat Difan senyam-senyum sok manis. Membuat matanya perih saja."Mas tahu tadi aku bertemu gadis yang kutemui pas di kampus. Dia meminjamiku payung supaya aku bisa pulang. Ohhh indahnya dunia ini." Ucap Difan dengan satu kali tarikan na

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 2

    Matahari mulai tenggelam di balik horizon. Menyisakan sebaris cahaya jingga yang membias di antara awan-awan tebal. Mendung sudah berkurang tapi, tidak benar-benar pergi. Mungkin sewaktu-waktu bisa turun hujan.Atha menatap pemandangan indah tersebut dari balik kaca jendela di ruangannya. Dia melepas lelah sehabis melakukan operasi mengangkatan tumor seorang lelaki setengah baya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang dia putar 180 derakat. Membuatnya bisa melihat pemandangan indah kota Surabaya.Lampu-lampu jalan sudah mulai menyala. Menjadi sumber penerangan jalan yang ramai oleh kendaraan. Mungkin milik mereka yang hendak pulang ke rumah. Enaknya jika punya jam kerja tetap. Beda sekali dengan dirinya yang sekarang harus jaga malam bersama beberapa KAOS. Tapi, entah mengapa dia merasa bersyukur akan hal itu. Setidaknya dia memiliki alasan untuk tidak bertemu sang istri. Mungkin terdengar kejam tapi, demikianlah yang dia rasakan. Kau tidak bisa memaksakan sebuah cinta tumbuh

  • Membangun Cinta   Serendipity

    Alya menghampiri Nafia yang celingak-celinguk di tengah taman. Menepuk bahu sang sahabat dengan arsip proposal yang berhasil ia dapatkan setelah pengejaran panjang."Hai.." Sapa Alya dengan wajah sumringah. Memamerkan tiga jilid bertas dengan banyak tulisan di atasnya. "Wah..hebatnya temanku satu ini." Nafia memeluk erat Alya yang membuat wanita itu nyaris kehilangan nafasnya."Behh..lepas Nafia sesak." Nafia melepaskan pelukannya kemudian tertawa renyah melihat teman mungilnya kesulitan mengambil nafas."Ayo kita makan,Ya?" Ajak Nafia.Alya terdiam sejenak. Menimbang ajakan sang sahabat. Sebenarnya dia ingin mengunjungi Mas Atha siang ini. Mengajaknya makan bekal bersama. Tapi, mungkin ajakan Nafia jauh baik. Mengingat Atha belum tentu bisa makan siang tepat waktu dan Alya harap tidak demikian, semoga saja dia punya waktu yang layak untuk menyantap bekal yang Alya siapkan."Ayo." Nafia bersorak riang. Pasalnya ini pertama kali Alya bisa makan bersama dengannya setelah dua bulan me

  • Membangun Cinta   Love Comes With No Permission

    Alya dan Nafia menghentikan acara larinya. Heran. Kemana perginya lelaki berjas hitam tadi. Cepat sekali hilangnya. Padahal hanya beberapa detik berlalu dan keberadaannya seperti ditelan bumi."Kemana ya? Haduh...padahal aku sudah membuat proposal itu semalaman." Raut kesal dan kecewa memenuhi mimik muka Nafia. Dia menatap langit mendung seolah berharap akan menemukan proposalnya di antara awan-awan."Kamu di sini saja , Naf. Kamu terlihat capek sekali. Biar aku yang cari." Alya mendorong bahu Nafia agar wanita itu duduk di kursi taman. Dia kasihan melihat sang sahabat yang sepertinya sangat bekerja keras untuk menyiapkan acara bakti sosial kampus mereka."Kita cari bersama saja." Nafia hendak berdiri tapi Alya kembali mendorongnya hingga terduduk lagi."Kamu tunggu di sini saja. Ok?" Tegas Alya kemudian beranjak pergi meninggalkan Nafia yang ngos-ngosan.Alya memutar kepalanya ke berbagai arah. Mencari eksistensi seorang lelaki tinggi berjas hitam yang pergi menggondol arsip yang sud

  • Membangun Cinta   Another

    Kunci pintu diputar oleh Alya. Menyimpan benda kecil itu di balik tas selempang berwarna baby brown yang ia dapat sebagai hadiah pernikahan dari salah satu sahabatnya. Dia memastikan bahwa pintu dan pagar rumah telah terkunci rapat sekali lagi sebelum menaiki motor dan menyalakannya. Menarik gas kanan agar benda yang sudah akrab dalam kehidupan manusia sebagai kendaraan itu melaju perlahan.Hari ini dia mulai masuk kuliah lagi setelah cuti selama dua minggu. Jurusan bahasa inggris semester 3 akan dia jalani dengan status baru. Sebagai istri lelaki yang dia kagumi sejak SMA. Wanita bermata bulat itu tersenyum ketika cincin silver menyapa di antara jemarinya. Cincin kawin yang tersemat di jari manis membuatnya sangat bahagia. Sebuah bukti nyata bahwa pernikahannya dan mas Atha benar-benar terjadi.Gedung besar salah satu universitas di Surabaya telah di masukinoleh wanita berkulit putih itu. Riuh mahasiswa meramaikan beberapa tempat. Tak jarang dia melihat penjual makanan ringan nangkri

DMCA.com Protection Status