“Kau yakin ini kamarnya?”
Harry memutar pundak untuk menatap maneger hotel yang hanya tertunduk di belakangnya. Pria berusia empat puluhan itu mengangguk, meyakinkan pertanyaan Harry adalah benar. Tampak jelas ketakutan di wajah pucat pasinya.
“Benar, Tuan. Kamar ini atas nama Tuan Dixon Stewart.”
“Buka pintunya jika ini memang kamar milik Dixon Stewart,” kata Harry.
“Harry!” Alena memanggil nama suaminya. Wanita itu sedikit ragu dengan keputusan Harry.
Maksudnya ... di sini terdapat sangat banyak orang. Sementara di dalam sana, mereka tidak tahu apa yang tengah dilakukan Zoe bersama dengan lelaki yang disebut-sebut sebagai suami putrinya. Andai sesuatu yang tak diinginkan benar-benar terjadi di dalam sana, apakah itu tidak sangat memalukan bagi Zoe? Semua pengawal dan maneger itu bisa saja melihat apa yang tengah dilakukan oleh putri mereka, dan itu sangat tidak baik. Itu akan menjadi aib bagi putri
Mendengar Dixon memanggilnya dengan sebutan ayah mertua, bukannya membuat Harry lantas menjadi melunak. Pengakuan cinta dan ijin menikah yang baru saja dikatakan oleh Dixon justru membangkitkan amarah pria itu, sehingga Harry tidak bisa menahan tinjunya untuk melayang sekali lagi. Meski usianya sudah tak muda, pukulan itu sukses membuat Dixon mundur beberapa langkah sehingga lelaki itu terpojok ke pintu. Harry tidak lantas berhenti, sigap dia mengejar Dixon dan lagi lagi memberikan pukulan di wajahnya.Zoe yang sejak tadi hanya diam melihat kemarahan daddy-nya, lama-lama menjadi tidak tega kepada Dixon. Bercak darah yang menetes dari sudut bibir lelaki itu sungguh menyakiti perasaannya, sehingga tak sadar dia berlari mengejar Harry dan memegangi tangan daddy-nya.“Lepaskan! Aku akan membunuh bajingan yang sudah sangat berani menyentuh putri kebanggannku!” Suara Harry tegas, memberi peringatan untuk Zoe mundur.Tapi gadis itu tidak mengindahkan perkat
Alena menatap suami dan putrinya secara bergantian. Hatinya masih terus terasa sakit ketika melihat bekas merah bergambar telapak tangan Harry di pipi anak gadisnya yang sangat dia sayangi. Tetapi, karena Zoe juga berada di pihak yang salah, dia hanya bisa menelan rasa sakit hatinya. Alena sendiri tidak ingin membela kesalahan Zoe, apalagi di depan Dixon. Semua masih tetap diam. Zoe mengunci bibirnya sedangkan Harry terlihat tidak sabar menunggu jawaban dari anak gadis mereka. Alena mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana yang bisa saja akan kembali memanas. “Zoe, jawab pertanyaan daddy,” ucap Alena, mengusap pundak putrinya. Dixon seperti bisa memahami apa yang ada di pikiran gadis itu. Dia yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari Harry. “Ayah Mertua, kami bertemu sejak lama tapi kami tidak memiliki hubungan khusus. Aku merayu Zoe dan memberinya alkohol sehingga dia menjadi mabuk. Ini salahku, terlalu mencintainya sampai berniat m
Sebanyak apa pun Harry marah pada Zoe, dia tetap lah putri darah dagingnya. Sekesal apa pun Harry saat mengingat Zoe ada di bawah lelaki itu, dia tetap lah putri yang dicintainya sangat banyak. Apalagi melihat Zoe bersimpuh dan memohon di kaki Harry, melihat bekas merah atas tamparan tangannya di pipi anak gadisnya itu, Harry tak kuasa menahan rasa diremas di dalam sana. Dia tak tega menyakiti putrinya dan menolak permintaan Zoe, tapi bukan berarti Harry akan menerima Dixon begitu saja.“Demi nama baik keluarga?” tanya Harry.Mendengar suara dad yang sudah tidak meninggi, Zoe menganggukkan kepala cepat. Matanya yang masih basah oleh genangan air hangat itu menatap dad penuh harap.“Demi nama baik keluarga dan perusahaan, kumohon ijinkan kami menikah, Dad.”“Zoe, apa kau menganggap kami orang tuamu?” Harry mengalihkan permohonan Zoe dan membuat pertanyaan yang membingungkan. “Jika kau menganggap kami adalah orang t
Kepulangan Zoe bersama Dixon membuat bingung semua orang di istana. Para pelayan yang menyambut mereka pun tidak mengerti kenapa Zoe tampak berbeda dengan nona muda yang mereka kenal selama ini. Jika biasanya Zoe selalu ceria pulang ke rumah, berlarian mengejar anak tangga untuk mencari dad dan mom di lantai dua, kali ini gadis itu seperti seorang asing yang mendatangi rumahnya. Dia berdiri di tengah-tengah ruang tamu dengan tangan yang menggenggam tangan Dixon.“Nona Muda, kenapa hanya berdiri? Tuan dan Nyonya ada di kamar mereka. Anda tidak ingin bertemu dengan mereka?” tanya Tiffany, wanita yang kini sudah tak lagi muda. Wanita yang sejak dulu menjadi pelayan kepercayaan Alena yang kini diangkat menjadi kepala pelayan di istana itu.“Bibi Tiffa, tolong kabarkan pada mom dan dad, aku dan Dixon ada di lantai bawah,” kata Zoe.Tiffa sendiri belum tahu apa yang sudah terjadi. Sejak pulang tadi, Alena hanya masuk ke dalam kamarnya dan
“Alen, kau ...” panggil Harry, tak kuasa melanjutkan kalimatnya.“Aku tak peduli semarah apa kau pada putrimu sendiri. Tapi sebagai wanita, aku sangat paham apa yang dirasakan oleh putriku sekarang.”Jujur, Alena memang marah dengan sifat egoisnya Harry, tapi dia tidak tahan untuk lebih lama berada di satu ruangan dengan suaminya lagi. Lantas, dia membuka pintu kamar dan keluar tanpa menghiraukan tanggapan Harry.“Aku sudah meminta maaf, tapi kau masih mengingat kesalahanku,” kata Harry, tetapi kalimat itu tak lagi bisa didengar oleh Alena yang sudah menutup pintu kamar mereka dari luar sana. Harry hanya mematung menatap pintu besar yang menjadi penghalang dirinya untuk melihat punggung istri yang sangat dia cintai.Setelah lebih dulu Alena merapikan wajahnya, dua kaki mungil itu pun melangkah menuruni anak tangga. Alena memasang wajah datar menunjukkan pada Zoe bahwa dia juga marah sama seperti Harry. Benar, Alena mung
Tangan Dixon yang terulur terus dia pandangi, sedang di kepalanya berputar berbagai kalimat yang semakin membuat Zoe lebih bingung lagi. Dia merasa bimbang, apakah harus menerima ajakan menikah dari lelaki itu? Sedangkan dia tahu dad sedang marah dan tak bisa memberi restu untuk mereka.Kemudian mata gadis itu beralih pelan menuju mommy-nya untuk melihat ekspresi di wajah cantik yang dia cinta dan hormati. Datar. Mommy pun tak memberi Zoe dukungan atau jawaban untuk menolak. Dia beranikan tangan kecilnya untuk menerima uluran tangan Dixon tanpa mengatakan apa pun.Merasa lamarannya diterima oleh Zoe, Dixon menggenggam punggung tangan gadis itu dengan tangannya yang lain. “Mari kita pergi.”“Tidak, Dixon, maaf.” Tidak. Zoe tidak bisa menerima tawaran Dixon dan menyakiti perasaan kedua orang tuanya. “Aku akan memilih menjadi anak yang patuh untuk dad dan mom.” Wajahnya lantas menunduk.Dia adalah putri terpelajar da
Kalimat cinta dan pembuktian saja ternyata tidak cukup untuk menutupi sebuah luka. Rasa sakit dari trauma masih tetap terasa meski sudah berpuluh tahun, yang akhirnya muncul ke permukaan. Rasa yang selama ini dikalahkan oleh cinta yang sangat besar itu, akhirnya meminta dikeluarkan, ketika sang pemilik salah hampir melupakannya.Ya, Harry lah pembuat kesalahan itu. Dia tak mnerima kesalahan Dixon secara sepihak tanpa berkaca ke dirinya di masa lalu. Lelaki yang dulunya kasar dan berbuat semaunya itu, seakan dilempar oleh tuduhan yang dia lontarkan tentang putra orang lain. Saat ini, Harry pun memikirkan bagaimana jika dulu ayah Alena tahu apa yang sudah dia perbuat pada wanita itu. Bukan hanya sekedar marah seperti Harry sekarang, mungkin Tuan Gomer sudah membunuh Harry kala itu.Apakah dia harus berkata dirinya cukup beruntung karena ayah Alena tidak sempat mengetahui kesalahan yang dia lakukan pada Alena? Egois dan tidak tahu malu jika dia memang berpikir seperti itu
“Ini kamarmu. Mom bilang, kau boleh menempati kamar ini sampai kau bisa meluluhkan hati dad.”Zoe membuka pintu kamar tamu yang akan ditempati oleh Dixon. Kamar itu berada di lantai tiga, tepat di bagian depan kamarnya. Dixon mengikutinya dari belakang, memendar pandangan ke segala arah.Sementara Dixon sibuk memandangi kamarnya, Zoe fokus menatap wajah lelaki yang lebam di segala tempat. Itu bekas pukulan dad saat mereka di Macau. Zoe sangat sedih, merasa bersalah oleh luka-luka di wajah Dixon. Tak sadar tangannya terulur menuju pipi Dixon dan menyentuhnya dengan lembut.“Maaf, dad sangat marah sampai membuatmu seperti ini,” katanya hampir berbisik.Merasakan tangan Zoe yang begitu lembut, belum lagi kalimat gadis itu yang bernada sangat pelan, Dixon mengalihkan matanya ke wajah Zoe. Bibirnya tersenyum menatap mata Zoe yang berkaca-kaca. Gadis itu tampaknya ingin menangis jika Dixon tidak segera menenangkan perasaannya. Pelan, dia
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep