Mendengar Dixon memanggilnya dengan sebutan ayah mertua, bukannya membuat Harry lantas menjadi melunak. Pengakuan cinta dan ijin menikah yang baru saja dikatakan oleh Dixon justru membangkitkan amarah pria itu, sehingga Harry tidak bisa menahan tinjunya untuk melayang sekali lagi. Meski usianya sudah tak muda, pukulan itu sukses membuat Dixon mundur beberapa langkah sehingga lelaki itu terpojok ke pintu. Harry tidak lantas berhenti, sigap dia mengejar Dixon dan lagi lagi memberikan pukulan di wajahnya.
Zoe yang sejak tadi hanya diam melihat kemarahan daddy-nya, lama-lama menjadi tidak tega kepada Dixon. Bercak darah yang menetes dari sudut bibir lelaki itu sungguh menyakiti perasaannya, sehingga tak sadar dia berlari mengejar Harry dan memegangi tangan daddy-nya.
“Lepaskan! Aku akan membunuh bajingan yang sudah sangat berani menyentuh putri kebanggannku!” Suara Harry tegas, memberi peringatan untuk Zoe mundur.
Tapi gadis itu tidak mengindahkan perkat
Alena menatap suami dan putrinya secara bergantian. Hatinya masih terus terasa sakit ketika melihat bekas merah bergambar telapak tangan Harry di pipi anak gadisnya yang sangat dia sayangi. Tetapi, karena Zoe juga berada di pihak yang salah, dia hanya bisa menelan rasa sakit hatinya. Alena sendiri tidak ingin membela kesalahan Zoe, apalagi di depan Dixon. Semua masih tetap diam. Zoe mengunci bibirnya sedangkan Harry terlihat tidak sabar menunggu jawaban dari anak gadis mereka. Alena mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana yang bisa saja akan kembali memanas. “Zoe, jawab pertanyaan daddy,” ucap Alena, mengusap pundak putrinya. Dixon seperti bisa memahami apa yang ada di pikiran gadis itu. Dia yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari Harry. “Ayah Mertua, kami bertemu sejak lama tapi kami tidak memiliki hubungan khusus. Aku merayu Zoe dan memberinya alkohol sehingga dia menjadi mabuk. Ini salahku, terlalu mencintainya sampai berniat m
Sebanyak apa pun Harry marah pada Zoe, dia tetap lah putri darah dagingnya. Sekesal apa pun Harry saat mengingat Zoe ada di bawah lelaki itu, dia tetap lah putri yang dicintainya sangat banyak. Apalagi melihat Zoe bersimpuh dan memohon di kaki Harry, melihat bekas merah atas tamparan tangannya di pipi anak gadisnya itu, Harry tak kuasa menahan rasa diremas di dalam sana. Dia tak tega menyakiti putrinya dan menolak permintaan Zoe, tapi bukan berarti Harry akan menerima Dixon begitu saja.“Demi nama baik keluarga?” tanya Harry.Mendengar suara dad yang sudah tidak meninggi, Zoe menganggukkan kepala cepat. Matanya yang masih basah oleh genangan air hangat itu menatap dad penuh harap.“Demi nama baik keluarga dan perusahaan, kumohon ijinkan kami menikah, Dad.”“Zoe, apa kau menganggap kami orang tuamu?” Harry mengalihkan permohonan Zoe dan membuat pertanyaan yang membingungkan. “Jika kau menganggap kami adalah orang t
Kepulangan Zoe bersama Dixon membuat bingung semua orang di istana. Para pelayan yang menyambut mereka pun tidak mengerti kenapa Zoe tampak berbeda dengan nona muda yang mereka kenal selama ini. Jika biasanya Zoe selalu ceria pulang ke rumah, berlarian mengejar anak tangga untuk mencari dad dan mom di lantai dua, kali ini gadis itu seperti seorang asing yang mendatangi rumahnya. Dia berdiri di tengah-tengah ruang tamu dengan tangan yang menggenggam tangan Dixon.“Nona Muda, kenapa hanya berdiri? Tuan dan Nyonya ada di kamar mereka. Anda tidak ingin bertemu dengan mereka?” tanya Tiffany, wanita yang kini sudah tak lagi muda. Wanita yang sejak dulu menjadi pelayan kepercayaan Alena yang kini diangkat menjadi kepala pelayan di istana itu.“Bibi Tiffa, tolong kabarkan pada mom dan dad, aku dan Dixon ada di lantai bawah,” kata Zoe.Tiffa sendiri belum tahu apa yang sudah terjadi. Sejak pulang tadi, Alena hanya masuk ke dalam kamarnya dan
“Alen, kau ...” panggil Harry, tak kuasa melanjutkan kalimatnya.“Aku tak peduli semarah apa kau pada putrimu sendiri. Tapi sebagai wanita, aku sangat paham apa yang dirasakan oleh putriku sekarang.”Jujur, Alena memang marah dengan sifat egoisnya Harry, tapi dia tidak tahan untuk lebih lama berada di satu ruangan dengan suaminya lagi. Lantas, dia membuka pintu kamar dan keluar tanpa menghiraukan tanggapan Harry.“Aku sudah meminta maaf, tapi kau masih mengingat kesalahanku,” kata Harry, tetapi kalimat itu tak lagi bisa didengar oleh Alena yang sudah menutup pintu kamar mereka dari luar sana. Harry hanya mematung menatap pintu besar yang menjadi penghalang dirinya untuk melihat punggung istri yang sangat dia cintai.Setelah lebih dulu Alena merapikan wajahnya, dua kaki mungil itu pun melangkah menuruni anak tangga. Alena memasang wajah datar menunjukkan pada Zoe bahwa dia juga marah sama seperti Harry. Benar, Alena mung
Tangan Dixon yang terulur terus dia pandangi, sedang di kepalanya berputar berbagai kalimat yang semakin membuat Zoe lebih bingung lagi. Dia merasa bimbang, apakah harus menerima ajakan menikah dari lelaki itu? Sedangkan dia tahu dad sedang marah dan tak bisa memberi restu untuk mereka.Kemudian mata gadis itu beralih pelan menuju mommy-nya untuk melihat ekspresi di wajah cantik yang dia cinta dan hormati. Datar. Mommy pun tak memberi Zoe dukungan atau jawaban untuk menolak. Dia beranikan tangan kecilnya untuk menerima uluran tangan Dixon tanpa mengatakan apa pun.Merasa lamarannya diterima oleh Zoe, Dixon menggenggam punggung tangan gadis itu dengan tangannya yang lain. “Mari kita pergi.”“Tidak, Dixon, maaf.” Tidak. Zoe tidak bisa menerima tawaran Dixon dan menyakiti perasaan kedua orang tuanya. “Aku akan memilih menjadi anak yang patuh untuk dad dan mom.” Wajahnya lantas menunduk.Dia adalah putri terpelajar da
Kalimat cinta dan pembuktian saja ternyata tidak cukup untuk menutupi sebuah luka. Rasa sakit dari trauma masih tetap terasa meski sudah berpuluh tahun, yang akhirnya muncul ke permukaan. Rasa yang selama ini dikalahkan oleh cinta yang sangat besar itu, akhirnya meminta dikeluarkan, ketika sang pemilik salah hampir melupakannya.Ya, Harry lah pembuat kesalahan itu. Dia tak mnerima kesalahan Dixon secara sepihak tanpa berkaca ke dirinya di masa lalu. Lelaki yang dulunya kasar dan berbuat semaunya itu, seakan dilempar oleh tuduhan yang dia lontarkan tentang putra orang lain. Saat ini, Harry pun memikirkan bagaimana jika dulu ayah Alena tahu apa yang sudah dia perbuat pada wanita itu. Bukan hanya sekedar marah seperti Harry sekarang, mungkin Tuan Gomer sudah membunuh Harry kala itu.Apakah dia harus berkata dirinya cukup beruntung karena ayah Alena tidak sempat mengetahui kesalahan yang dia lakukan pada Alena? Egois dan tidak tahu malu jika dia memang berpikir seperti itu
“Ini kamarmu. Mom bilang, kau boleh menempati kamar ini sampai kau bisa meluluhkan hati dad.”Zoe membuka pintu kamar tamu yang akan ditempati oleh Dixon. Kamar itu berada di lantai tiga, tepat di bagian depan kamarnya. Dixon mengikutinya dari belakang, memendar pandangan ke segala arah.Sementara Dixon sibuk memandangi kamarnya, Zoe fokus menatap wajah lelaki yang lebam di segala tempat. Itu bekas pukulan dad saat mereka di Macau. Zoe sangat sedih, merasa bersalah oleh luka-luka di wajah Dixon. Tak sadar tangannya terulur menuju pipi Dixon dan menyentuhnya dengan lembut.“Maaf, dad sangat marah sampai membuatmu seperti ini,” katanya hampir berbisik.Merasakan tangan Zoe yang begitu lembut, belum lagi kalimat gadis itu yang bernada sangat pelan, Dixon mengalihkan matanya ke wajah Zoe. Bibirnya tersenyum menatap mata Zoe yang berkaca-kaca. Gadis itu tampaknya ingin menangis jika Dixon tidak segera menenangkan perasaannya. Pelan, dia
Suasana menegangkan itu tidak bertahan lama setelah Zoe bisa menguasai dirinya. Dagunya diangkat tinggi membuktikan bahwa pikiran gadis itu tidak sekotor apa yang baru Dixon katakan tentangnya. Penuh percaya diri dia membalas tatapn Dixon dan berkata acuh.“Jangan terlalu percaya diri aku melihatnya. Memangnya apa kelebihan juniormu? Itu sama saja dengan milik semua lelaki di dunia ini.” Dia meraih kantong berisi obat juga mangkuk dengan batu es itu sebelum berjalan menuju tempat Dixon. Zoe letakkan benda-benda itu di sisi ranjang dan kembali berkata, “Duduk lah, aku akan mengobati lukamu, Calon Suamiku.”Sebenarnya dia hanya emnyindir Dixon. Zoe kesal oleh rasa percaya diri lelaki itu. Memangnya apa yang salah jika Zoe melihat ‘sedikit’ pada juniornya? Bahkan dia tidak bisa melihatnya sebab tertutup dengan boxer. Sangat perhitungan! Akibat rasa kesalnya, Zoe menekan kain berisi es batu itu lebih keras ke sudut bibir Dixon.