Tangan Dixon yang terulur terus dia pandangi, sedang di kepalanya berputar berbagai kalimat yang semakin membuat Zoe lebih bingung lagi. Dia merasa bimbang, apakah harus menerima ajakan menikah dari lelaki itu? Sedangkan dia tahu dad sedang marah dan tak bisa memberi restu untuk mereka.
Kemudian mata gadis itu beralih pelan menuju mommy-nya untuk melihat ekspresi di wajah cantik yang dia cinta dan hormati. Datar. Mommy pun tak memberi Zoe dukungan atau jawaban untuk menolak. Dia beranikan tangan kecilnya untuk menerima uluran tangan Dixon tanpa mengatakan apa pun.
Merasa lamarannya diterima oleh Zoe, Dixon menggenggam punggung tangan gadis itu dengan tangannya yang lain. “Mari kita pergi.”
“Tidak, Dixon, maaf.” Tidak. Zoe tidak bisa menerima tawaran Dixon dan menyakiti perasaan kedua orang tuanya. “Aku akan memilih menjadi anak yang patuh untuk dad dan mom.” Wajahnya lantas menunduk.
Dia adalah putri terpelajar da
Kalimat cinta dan pembuktian saja ternyata tidak cukup untuk menutupi sebuah luka. Rasa sakit dari trauma masih tetap terasa meski sudah berpuluh tahun, yang akhirnya muncul ke permukaan. Rasa yang selama ini dikalahkan oleh cinta yang sangat besar itu, akhirnya meminta dikeluarkan, ketika sang pemilik salah hampir melupakannya.Ya, Harry lah pembuat kesalahan itu. Dia tak mnerima kesalahan Dixon secara sepihak tanpa berkaca ke dirinya di masa lalu. Lelaki yang dulunya kasar dan berbuat semaunya itu, seakan dilempar oleh tuduhan yang dia lontarkan tentang putra orang lain. Saat ini, Harry pun memikirkan bagaimana jika dulu ayah Alena tahu apa yang sudah dia perbuat pada wanita itu. Bukan hanya sekedar marah seperti Harry sekarang, mungkin Tuan Gomer sudah membunuh Harry kala itu.Apakah dia harus berkata dirinya cukup beruntung karena ayah Alena tidak sempat mengetahui kesalahan yang dia lakukan pada Alena? Egois dan tidak tahu malu jika dia memang berpikir seperti itu
“Ini kamarmu. Mom bilang, kau boleh menempati kamar ini sampai kau bisa meluluhkan hati dad.”Zoe membuka pintu kamar tamu yang akan ditempati oleh Dixon. Kamar itu berada di lantai tiga, tepat di bagian depan kamarnya. Dixon mengikutinya dari belakang, memendar pandangan ke segala arah.Sementara Dixon sibuk memandangi kamarnya, Zoe fokus menatap wajah lelaki yang lebam di segala tempat. Itu bekas pukulan dad saat mereka di Macau. Zoe sangat sedih, merasa bersalah oleh luka-luka di wajah Dixon. Tak sadar tangannya terulur menuju pipi Dixon dan menyentuhnya dengan lembut.“Maaf, dad sangat marah sampai membuatmu seperti ini,” katanya hampir berbisik.Merasakan tangan Zoe yang begitu lembut, belum lagi kalimat gadis itu yang bernada sangat pelan, Dixon mengalihkan matanya ke wajah Zoe. Bibirnya tersenyum menatap mata Zoe yang berkaca-kaca. Gadis itu tampaknya ingin menangis jika Dixon tidak segera menenangkan perasaannya. Pelan, dia
Suasana menegangkan itu tidak bertahan lama setelah Zoe bisa menguasai dirinya. Dagunya diangkat tinggi membuktikan bahwa pikiran gadis itu tidak sekotor apa yang baru Dixon katakan tentangnya. Penuh percaya diri dia membalas tatapn Dixon dan berkata acuh.“Jangan terlalu percaya diri aku melihatnya. Memangnya apa kelebihan juniormu? Itu sama saja dengan milik semua lelaki di dunia ini.” Dia meraih kantong berisi obat juga mangkuk dengan batu es itu sebelum berjalan menuju tempat Dixon. Zoe letakkan benda-benda itu di sisi ranjang dan kembali berkata, “Duduk lah, aku akan mengobati lukamu, Calon Suamiku.”Sebenarnya dia hanya emnyindir Dixon. Zoe kesal oleh rasa percaya diri lelaki itu. Memangnya apa yang salah jika Zoe melihat ‘sedikit’ pada juniornya? Bahkan dia tidak bisa melihatnya sebab tertutup dengan boxer. Sangat perhitungan! Akibat rasa kesalnya, Zoe menekan kain berisi es batu itu lebih keras ke sudut bibir Dixon.
Dua lelaki berbeda usia itu menuruni anak tangga bersama-sama. Ketika Harry menggerakkan kakinya selangkah, Dixon mengikutinya. Saat Harry berpura melambatkan langkah, pemuda itu pun berhenti menunggunya. Harry sangat kesal, seakan pemuda ini mempermainkan emosinya. Lantas, dia berjalan cepat menuju ruang makan di mana istri dan anak-anaknya sudah menanti.Selalu tak mau kalah, Dixon mempercepat langkahnya dan kembali mereka berjalan beriringan. Itu memuakkan Harry, lantas menyikut lengan Dixon untuk menyuruh pemuda itu berjalan di belakangnya. Jujur, Harry Borisson tidak senang melihat mata Zoe yang kini tertuju pada Dixon.“Ada apa, Ayah Mertua? Tangan Anda sakit?”Tak tahu kah betapa dia Harry tidak senang mendengar panggilan itu? Bahkan Zoe belum benar-benar akan menikah dengannya. Ingin sekali Harry mengingatkan Dixon untuk tidak terus memanggilnya ayah mertua. Tapi, ketika melihat mata istri yang tertuju padanya, Harry harus menahan
“Hem!”Dixon berdehem sebelum menjawab pertanyaan El. Matanya menatap Zoe yang kini ragu-ragu melihat dirinya. Dixon tahu itu, bahwa Zoe pasti menjadi takut jika ternyata Dixon hanya menginginkan uang keluarganya. Lelaki itu merasa geli oleh ekspresi Zoe yang sungguh terlihat lucu.“Tentu saja aku mencintainya. Tak ada alasan bagiku mengharapkan uang keluarga Borisson, lantas mendekati Zoe. Dia yang lebih tahu tentang perasaanku,” jelas Dixon kemudian.Memangnya apa yang Zoe ketahui tentang perasaan Dixon? Bahkan lelaki itu tidak pernah mengatakannya sebelum mereka tertangkap basah. Atau kah mungkin lelaki itu sengaja berkata demikian hanya untuk mengingatkan Zoe akan sikapnya dulu? Zoe akui itu, dia yang memaksa Dixon menikahinya, sedangkan Dixon sendiri hanya acuh. Itu sebagai bukti bahwa Dixon tidak tertarik akan uang. Ah ... ini memalukan.“Kau romantis juga, ya. Pantas Zoe terus melihat matamu, seakan kau adalah makanan
Setelah mendengar pertanyaan El yang semakin mengaur, semua orang lantas meninggalkan ruang keluarga. Matarhari sudah naik lebih tinggi dan jam makan siang akan segera datang. Kebiasaan Alena, jika di hari libur seperti ini dia akan memasak untuk keluarganya. Sementara Zoe sangat dikejutkan oleh kedatangan Lucia, sahabat yang sudah satu bulan tak dilihatnya.“Luci!” Zoe menyerukan nama sahabat yang berlari dari pintu masuk.“Zoeee ...!”Sejak lama mereka bersahabat dan Lucia sendiri merasa rumah keluarga Borisson sudah seperti rumahnya. Tak ada alasan gadis itu menjaga sikap dan suaranya yang melengking memekakkan telinga.“Hei! Kudengar dari Bibi Alena, kau tetap pergi dengan kapal itu? Bukannya mereka sudah tak memiliki kabin? Zoe, katakan bahwa kau baik-baik saja selama pelayaran.” Luci menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. “Aku sangat menyesal. Zoe, ini semua salahku yang tidak menghubungimu segera. Kau pa
“Jelaskan padaku, apa kalian sudah melakukannya? Wow, Zoe! Kau berutang penjelasan padaku, bagaimana kau melakukannya di pengalaman pertamamu. Apakah lelaki itu jago diranjang?”Mulut Lucia sangat keterlaluan. Dia terang-terangan mempertanyakan hal sensitif pada gadis yang ... bahkan tak tahu bagaimana itu rasanya bercinta. Bagaimana Zoe akan menjelaskannya? Kejadian itu hanya kesalahan ketika Dixon berusaha menutupi Zoe di balik tubuhnya. Tak ada yang namanya pengalaman pertama yang bisa Zoe jelaskan.“Aku tidak tahu,” jawabnya acuh.Beruntung saat ini keduanya sudah berada di kamar Zoe, sehingga dia tak lagi malu berhadapan dengan Dixon. Gadis itu mendudukkan dirinya di atas ranjang dengan lemas.“What?” Luci mendramatis suasana. “Oh oke, aku paham kau belum bisa menjelaskan bagaimana ukuran jago seorang pria di ranjang. Tapi aku akan membantumu mengetahuinya.” Dia menjatuhkan dirinya di sisi Zoe lalu kemb
“Dixon,” panggil Zoe. Berusaha dia membangunkan dirinya dari keterpakuan oleh ucapan Dixon. Gadis itu melangkah menuju pintu yang masih terbuka, lantas menarik tangan Dixon sehingga masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia tutup pintu rapat-rapat sebelum seseorang datang.Tidak ... Zoe tidak akan membiarkan Dixon mengatakan apa pun pada mom baik dad. Dia harus mengingatkan Dixon menutup mulutnya rapat-rapat dan mengajak lelaki itu berbicara.“Dixon, dengar. Kita hanya melakukan kesalahan. Aku tak akan membuatmu terjebak dalam pernikahan yang tak kau inginkan. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya?” kata Zoe, mengingatkan ketika dia memohon dulu.Dia pikir Dixon lupa? Apakah di matanya lelaki ini seperti pria tua yang sudah pikun? Jelas Dixon mengingat ucapan Zoe tempo hari, tetapi sungguh dia tak berpikir bahwa Zoe benar-benar berpikir pernikahan mereka akan menjadi seperti itu.“Dan menurutmu aku peduli? Baik itu kesala