Membayangkan betapa dia sudah menyiksa gadis ini, Esau menjadi tak mampu tidur di sebelahnya. Dia kembali keluar dan duduk di taman hotel. Dia keluarkan ponsel dari dalam saku dan seperti biasa dia hubungi Timothy.
“Timothy?”“Ada apa Tuan Muda?”“Cari tahu mengenai apa hubungan Ezra Raves dan Felisha, dengan kedua orangtuaku, di masa lalu. Jangan sampai ada yang tahu aku memintamu untuk melakukan ini. Jika kau bisa mendapatkan in“Anakku... anakku....”Felisha masih terus membingkai wajah Freya menyebut-nyebut gadis itu sebagai anaknya , membuat Freya mengerut kening. Bingung, itu yang ditunjukkan ekspresi wajah Freya sekarang, dan dia menjadi sedikit gugup menatap Esau dan Feli secara bergantian.“E-Esau... ini... ke-kenapa dengan bibimu?” kata Freya, tapi belum Esau menjawab perkataan gadis itu, Feli lantas menariknya ke dalam pelukan, mendekap Freya seakan gadis itu adalah seroang anak kecil.“Kau anakku, kau anakku. Aku sangat mencintaimu, jadi jangan tinggalkan aku, paham?” kata Feli, napasnya menderu dan ada nada khawatir di dalam suaranya.“Esau, napasku sesak, tolong lepaskan bibimu.” Lagi, Freya memanggil suaminya.Esau mendengarnya, tetapi tak ana niat lelaki itu untuk melepaskan Freya dari dekapan Feli. Dia masih ingin melihat interaksi dua orang ini, tak ingin terkecoh sekali lagi. Dengan fokus dia perhatian
Tentu Esau terkejut mendengar pertanyaan yang baru diucapkan Freya. Tangan yang akan membuka pintu mobil pun harus berhenti oleh pikiran yang tiba-tiba menjadi curga. Esau menatap Freya dan kembali bertanya untuk memastikan telinganya tidak salah mendengar.“Frey, kau baru saja memanggil bibiku sebagai mamamu?” katanya.Freya masih bergeming, matanya menatap kosong.“Frey, hei, ada apa denganmu?” Esau menyentuh pundak Freya. “Kau baik-baik saja, Frey?”“Tidak, aku tidak baik.” Freya menggeleng lemah, hatinya masih terlalu lemah untuk memahami apa yang membuat dirinya menjadi aneh seperti ini. “Aku seperti bisa merasakan betapa pedihnya perasaan bibimu.”“Maksdumu... kau merasa seperti dia adalah mamamu, begitu?”“Entah lah, Esau.” Freya membuka pintu mobil, masuk ke dalam sana dan duduk dengan pandangan yang masih tak bergairah.Ada apa dengan gadis in
“A-apa? Memangnya... aku mengatakan apa tadi?” tanya Alena, meski dia sendiri sadar baru saja menyebutkan nama Ezra.Raut wajah Alena yang tadinya marah, berubah gugup seketika. Dia sudah menyebutkan nama seseorang yang tak seharusnya didengar oleh Freya. Bukan ingin menganggap Freya sebagai orang asing, tapi bagaimana pun, Freya masih sangat baru bergabung dengan keluarga ini. Belum lagi pernikahan putra dan menantunya itu terkesan aneh dan tidak akur, Alena tidak ingin Freya beranggapan keluarga mereka berantakan.“Itu, sepertinya tadi ibu mertua menyebutkan nama... Ezra?” Freya memperjelas pertanyaannya, tetapi kemudian dia tersenyum untuk tidak mengundang curiga. ‘Kenapa juga bertanya seperti itu, Frey... bagaimana jika mereka menjadi semakin curiga?’Esau bisa membaca kekhawatiran di wajah Freya, jelas terlihat gadis itu seakan takut jika rahasianya akan terbongkar. Dia lantas mendekati sang istri dan
Esau masuk ke dalam kamar, didapatinya Freya sedang duduk di sofa memandang ke arah luar jendela, Entah apa yang dipikirkan Freya saat itu, kedua matanya menerawang jauh ke depan, kosong seperti tak bersemangat.Dia mendekati Freya dari arah belakang, kemudian disentuhnya bahu Freya dengan lembut, membuat Freya sedikit terkejut dan menatapnya.“Ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan, Frey?” tanya Esau.Sebetulnya, saat ini banyak hal yang hinggap dalam pikiran Freya, hanya saja dia tak tahu harus mulai darimana untuk mengatakannya pada Esau. Satu hal yang tak mungkin bisa diceritakannya pada Esau, mengenai papanya. Rasanya bokong Freya terasa sangat panas saat tadi mendengar Alena menyebut dengan jelas mengenai nama papanya, tapi dia tak bisa bertanya lebih lanjut mengenai hal tersebut. Apalagi Alena juga sudah menyebutkan kenapa mereka hendak mencari Ezra—papanya—karena masalah hutang piutang, bukan? Jadi sepertinya bukan masa
Perlahan tapi pasti, Esau mengangkat wajahnya untuk lebih dekat pada Freya. Dia tekan leher gadis itu agar tidak bisa mengelak darinya. Esau mulai mengendus kulit wajah Freya, mempermainkan bibirnya menuju telinga sang gadis yang masih diam tak berkutik. Freya sendiri merasakan debaran jantungnya semakin memacu di dalam sana, mungkin itu akan pecah jika Esau terus melakukannya. Apalagi napas hangat lelaki itu seakan meminta Freya untuk merespon Esau yang kini sudah sukses menggigit kecil cuping telinganya. Serrr.... Darah Freya seperti terjun bebas dari ketinggian. Ada apa ini? Kenapa menjadi sangat aneh? Ini bukan kali pertama mereka bermesraan di atas ranjang. Esau sangat sering menggodanya, juga tak dua tiga kali mereka sampai bercinta sangat panas, tetapi malam ini dia merasa ada yang aneh di dalam dirinya. Ya, pipi Freya memanas, dan lonjakan hatinya di dalam dada seperti seorang anak kecil yang mendapatkan hal yang dia inginkan. Apakah m
“Jadi kau yang akan pergi mencarinya?”Harry bertanya tanpa mengalihkan matanya dari berkas-berkas yang sedang dia periksa di meja kerjanya. Kaca mata yang menggantung di pangkal hidung pria itu membuatnya terlihat berbeda dari pria yang dulu Esau kenal. Dad semakin matang, rambut putih di bagian poninya semakin banyak, tapi dia masih terlihat gagah.“Ya, aku ingin meringankan sedikit pekerjaanmu, Dad.”Mengangkat wajahnya perlahan, Harry menatap ke inti mata Esau. Dia seorang pria, lebih dulu merasakan asam manisnya gula dan garam dunia, Harry tidak semudah itu untuk percaya seperti Alena.“Selain ingin meringankan bebanku, katakan apa lagi tujuanmu membantuku, Esau. Ada sesuatu yang ingin kau cari di Inggris?”Dia masih Harry Borisson yang dulu, meski perubahan sudah banyak di wajah dan rambutnya. Esau salah jika berpikir dad akan segampang itu dia kelabuhi. Instingnya sangat kuat, dan Esau bangga akan kelebiha
“Bagaimana dengan Freya? Kau sudah melakukan seperti yang kukatakan?”“Sudah, Tuan Muda. Dan seperti yang kita duga, Nona Freya menghubungi nomor ayahnya.”“Apa yang dia katakan?”“Nona Freya meminta papanya untuk berangkat ke Indonesia.”Tepat sekali dugaan Esau. Freya sudah menyusun rencana untuk membuat dia tidak bisa menemukan Ezra Raves, tapi sayangnya, Esau sudah mengantisipasi semua itu sejak awal. Ya, Esau memang menugaskan seseorang mengangkat panggilan telepon dari Freya, dan menirukan suara Ezra Raves.“Kau tidak akan lebih pintar dariku, Frey... kau salah jika menduga aku akan mudah kau bohongi lagi. Sabar lah, aku akan meluruskan semua ini sampai kau menyesali semua kebohonganmu,” bisik Esau, seakan di sebelahnya ada Freya sekarang.Teringat tadi malam, Esau sangat memanjakan tubuh Freya dengan segala sentuhannya. Gadis itu sampai menjerit, merontah kenikmatan ole
Untuk beberapa detik Ezra masih terpaku menatap Esau. Orang ini... pemuda yang baru saja membicarakan persembunyian padanya, sudah membuat Ezra Raves teringat pada Harry Borisson. Lelaki arogan, keras kepala, juga tentu saja orang yang sudah mengambil hal terindah di hidup Ezra. Dan sifat itu juga sama, pemuda di depannya sangat terang-terangan menyindir Ezra. Esau sendiri tak mau kalah, dia balas menatap Ezra Raves seperti yang dilakukan pria itu. Dua pasang mata mereka bagaikan ujung tombak yang saling menusuk musuhnya. Kemudia, Ezra mengangguk dan tetap menjaga karisma kewibawaannya. “Silakan, ikut aku ke ruanganku dan suruh orangmu tunggu di sini. Percakapan hanya akan terjadi antara kau dan aku,” kata Ezra dengan penuh penekanan. Secara halus. Esau mengikut Ezra masuk ke dalam lift. Keduanya tak saling bicara, Ezra lebih banyak diam sembari memperhatikan penampilan Esau dari kaca yang ada di dalam lift. Pemuda itu benar-benar tak membuang sedikit pun sos