Harry yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil melihat istrinya. Baru satu tamparan saja Nitty sudah tidak berkutik? Padahal dia masih ingin melihat Alena mengeluarkan seluruh kekesalannya pada gadis itu.
"Harry, bawa istrimu ke atas," kata Amanda.
Tanpa rasa bersalah Harry menjawab, "Padahal baru saja permulaan. Sangat jarang Alena seperti ini."
Alena yang dipengaruhi alkohol lantas membulatkan matanya pada Harry. "Benar, aku memang jarang seperti ini. Sayang, boleh aku menutup mulut Nitty? Aku bosan melihat orang seperti dia. Terlalu licik."
Jika tidak mengingat di sini tamu masih sangat ramai, ingin Harry membiarkan Alena melepaskan semua amarah tertahannya pada Nitty. Tapi dia hanya tersenyum melihat Alena, lalu merangkul pundak istrinya itu. "Dia sudah menutup mulutnya, Sayang. Mari, kau pasti sangat lelah sejak siang."
Tak membuang waktu dia menggiring Alena meninggalkan tempat ini. Tak lupa dia berbisik ke telinga Alena. "Ka
Alena meletakkan dua gelas orange juice dan sepiring camilan di atas meja. Matanya menatap Harel, anak kecil yang tengah duduk di taman belakang bersama Harry. Anak itu menatap Zoe, putri kecil Alena yang tengah bermain di taman dengan Tiffa. Pandangannya kosong seakan pikiran tidak di badan."Harel, kau ingin bermain dengan adikmu?" tanya Alena membuka pembicaraan.Harel memutar kepala menatap Alena, kepalanya menggeleng lemah sedang bibir anak itu terkunci rapat. Tidak akan mudah memang mendekati seorang anak yang masih baru kehilangan mamanya. Alena cukup memahami anak ini sedang butuh perhatian khusus. Dia berusaha tersenyum, mengabaikan sikap Harel yang acuh."Atau mungkin ingin bermain dengan aku?""Tidak, tapi aku ingin bertanya," sahut Harel. Akhirnya dia membuka mulut itu, membuat Alena tersenyum senang. Lantas dia duduk di sebelah Harel dan memberi anak itu waktu."Baik lah, aku akan menjawab pertanyaanmu. Katakan apa itu."M
"Jauh-jauh datang ke sini, tapi ini lah keinginanmu, Alen? Kau memang gadis teraneh yang pernah aku temukan." Harry menatap malas air sungai di bawah mereka, dia terus mengoceh dengan berbagai kata sedangkan istrinya sedang sibuk oleh benda di tangannya.Bagaimana Harry tidak mengoceh? Dia menawarkan akan menemani Alena pergi berbelanja . Harry juga sudah menyebutkan nama berbagai brand fashion terkenal di negaranya, dan ingin Alena memborong mereka semua sampai puas. Tapi di sini lah mereka berada sekarang, di atas jembatan Ponts des Arts Bridge. Jembatan yang berada di atas sungai Seina yang di sisinya dipenuhi dengan ... mungkin jutaan gembok. Ya, orang bilang namanya gembok cinta."Kau sudah lama tahu aku aneh, Harry, jangan teruskan lagi," sahut Alena, dan masih terus fokus dengan gembok yang dibawanya."Apa itu?" Harry membungkukkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang Alena kerjanya."Aku sedang mengukir nama kita." Gadis itu me
"Zoe! Harel!"Semua orang memanggil nama kedua anak itu. Harry sudah memeriksa kamar Zoe baik pun Harel, tapi mereka sama sekali tidak menemukannya di sana. Tuan Borisson dan Amanda berlari dari ruang bermain yang ada di lantai tiga."Kalian menemukan mereka?" tanya Tuan Borisson, mata tuanya terlihat sangat khawatir."Belum. Harel mau pun Zoe tidak ada di kamarnya."Amanda mengusap kedua tangan dan mendasah lemah sembari berkata, "Harel ... dia belum bisa menerima kematian Serena. Aku takut Harel melakukan sesuatu yang ..." katanya menahan kalimat. Amanda tidak tega mengatakan mungkin Harel menyakiti Zoe, tapi juga tidak menepis kemungkinan."Sudah, jangan terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Mari berpencar untuk menemukan anak-anak." Harry menengahi perkataan mamanya untuk menghilangkan kekhawatiran di pikiran mereka semua.Lantas mereka kembali berpencar. Harry dan Alena menuju taman luar rumah, sedangkan Tuan Borisson dan Amanda men
Alena memeluk anak itu penuh kasih sayang. Hatinya mencelus ke dalam ketika Harel memanggilnya orang yang baik. Dia tidak menyangka akan secepat ini anak itu datang memberikan hati padanya, sehingga tak mampu Alena tahan air mata yang mengalir di pipi."Kau boleh memeluk bibi kapan pun, Sayang, kau boleh," ulang Alena, meyakinkan anak yang merindukan kasih sayang.Semua orang ikut merasakan haru atas kejadian yang tidak mereka duga. Padahal, tadinya mereka pikir Harel akan sangat menjaga jarak atau bahkan membenci Alena."Benar kah aku boleh memelukmu kapan pun?" Harel menarik diri dari pelukan Alena, sedang matanya menatap dalam kedua netra Alena yang masih berair.Dengan yakin Alena menganggukkan kepalanya dua kali sembari menambahk
"Tidurmu sangat nyaman, hum?" Harry menggosokkan dagunya di pipi Alena, membuat istrinya bergerak malas. Dagu yang sudah satu minggu tidak dicukur tentunya menimbulkan rasa geli dari bulu-bulu kasar yang mulai tumbuh di sana. Harry semakin senang menggoda istrinya yang masih tetap menutup mata.Satu harian di dalam perjalanan hingga tiba di rumah pun Alena sudah sangat sibuk dengan berbagai tanggung jawabnya. Meski Alena adalah istri dari seorang Harry Borisson, sangat jarang dia membiarkan pelayan yang menyentuh pekerjaan di dalam kamarnya. Alena hanya memberi mereka me-loundry dan membersihkan lantai kamar, sementara untuk urusan menata pakaian Harry juga merapikan ranjang tidur mereka itu selalu Alena lakukan dengan sendiri. Dia tidak suka pakaian suaminya ditata oleh tangan perempuan lain meski mereka adalah pelayan, itu yang pernah Alena katakan ketika Harry menyuruhnya diam dan banyak beristirahat.Mungkin sebab itu dia sangat lelah setelah semalaman
Beberapa detik Alena terdiam melihat putrinya yang meringis di bawah Harel. Anak itu sangat kesakitan, Alena tahu itu. Dia mengambur masuk dengan menyerukan nama kedua anak di sudut sana."Zoe! Harel!" Kedua anak yang namanya dipanggil, melihat ke arah Alena secara bersamaan. Zoe masih menahan sakit dan wajahnya memerah padam. Sigap Alena mangangkat Harel yang berdiri di atas punggung Zoe, dan menurunkannya. "Zoe, Zoe!" panggil Alena lagi, dan mengambil putrinya dari atas lantai. Anak itu sangat lemas dan matanya menatap sayu."M0m ... ini sakit," keluh Zoe, menunjuk kedua tangan yang terikat.Alena tidak sempat bertanya kenapa tangan anak itu terikat. Dia juga tidak menanyakan Harel kenapa memperlakukan Zoe seperti ini. Dia hanya terburu membuka ikatan di pergelangan tangan putrinya."Ayo, Sayang. Mom akan membawamu ke rumah sakit."Alena menggendongnya dan berlari ke luar, meninggalkan Harel yang masih berdiri mematung."Harry!
"Dokter ..." panggil Alena tertahan, bahkan mulutnya tak kuasa untuk menanyakan bagaimana keadaan Zoe sekarang. Hanya dua mata yang masih terus mengalirkan air mata lah yang bisa menjelaskan perasaan ibu satu anak itu."Zoe baik-baik saja, Dokter? Katakan bahwa putri kami baik-baik saja." Harry menambahkan.Orang berjas putih yang sedang ditanyai itu, melepas kaca mata yang terpasang di atas hidungnya. "Begini, Tuan. Kondisi Nona Zoe lumayan serius, dia harus dirawat untuk sementara waktu."Alena membungkam mulutnya. Perasaan bersalah itu semakin menggerogoti hati dan pikiran, yang membuat Alena kembali terisak."Dokter, katakan yang sebenarnya apa yang terjadi pada putri kami. Dia ... punggungnya diinjak dari atas, apakah Zoe mungkin mengalami seperti ... patah tulang?" tanya Alena ragu.Anak itu menjerit sangat keras sehingga Alena bisa mendengarnya dari jarak yang cukup jauh. Jika bukan karena merasa sangat sakit, tidak mungkin Zoe b
"Harry ...."Nada rendah dengan sedikit berirama yang membuat Harry selalu luluh mendengarnya, keluar dari bibir merah muda Alena. Dia tidak melanjutkan kalimat apa yang ingin dia katakan. Alena hanya menatap Harry dengan dua maniknya, seakan meminta pengertian dari lelaki itu. Jika dulu Harry langsung membawa Alena ke dalam pelukan setiap mendengar nada itu, kali ini sangat berbeda. Harry hanya membuang muka ke samping, menghindari tatapan iba dari istrinya. Dia adalah lelaki yang teguh pendiriannya, jika sudah menyangkut putri juga istrinya.Meski yang sekarang memohon adalah Alena, Harry akan berusaha mengabaikan ucapan istrinya itu. Harry terlanjur kesal oleh sikap Alena yang sangat sulit dimengerti. Apa yang ada di pikiran wanita ini, sampai harus mempertimbankan masa ke depan nanti, sedangkan sekarang mungkin putri mereka dalam ma