Hari itu masih siang saat Amanda memasuki istana besar milik putranya. Harry belum kembali dari kantor, dia tahu itu. Dan Amanda sendiri pun datang ke sini memang sengaja ingin menemui Alena tanpa sepengetahuan putranya. Sebab jika Harry tahu, anaknya itu akan mengusir Amanda tanpa kata ampun. Amanda duduk di ruang tamu sembari menatap Alena yang baru saja datang dari kamarnya.
Ada apa Amanda ke sini? Tentu Alena merasa was-was dengan kedatangan mama mertuanya itu. Dia menutupi rasa gugupnya dengan berpamitan ke dapur, membuatkan teh untuk mama mertuanya. Ketika membuatnya dia berlama-lama berharap hari akan cepat berlalu sehingga Harry segera tiba, tapi itu hanya akan sia-sia sebab Amanda mendatangi Alena ke dapur. Dia menjadi semakin gugup memegangi nampan tehnya.
"Bisa aku duduk di sini?" kata Amanda, sembari menunjuk meja makan yang ada di sana.
"Ah? I- iya, tentu saja boleh, Nyonya. Silakan," sahut Alena, dia membawa nampan tehnya ke meja makan
"Harry, ayo duduk dulu kau pasti lelah."Alena merasa sangat bersalah setelah membentak suaminya. Buru-buru dia mendekati lelaki yang tengah mematung di ambang pintu untuk mengajaknya ke tempat Amanda duduk. Dia menarik sebuah kursi untuk Harry, lalu mendudukkan suaminya di sana. Kemudian, Alena mengambil tempat duduk yang bersebelahan dengan suaminya sementara Amanda berada di depan sana."Maaf tidak meneleponmu. Mama datang tanpa diduga dan ... kami berbincang terlalu serius sampai aku lupa mengabarimu," kata Alena, ketika dia melihat suaminya melempar tatapan menuntut penjelasan."Tapi kalian sudah selesai bicara? Maka suruh mama mertuamu kembali ke negaranya, aku tak punya waktu untuk berbasa-basi."Harry adalah orang yang sangat keras, semua orang tahu itu. Amanda menghela napas mendapat perkataan seperti itu dan dia sangat terluka. Sepertinya Harry tak akan bisa memafkannya begitu saja, apalagi setelah mendengar perkataannya tadi terhadap Alen
Pertengkaran suami istri itu sudah tak terdengar lagi, tapi keduanya lebih banyak diam sejak kemarin. Bahkan ketika Harry memeluk Alena saat tidur, istrinya itu menepis tangannya. Hingga ini sudah pagi pun keduanya masih tetap tidak berbicara sebelum Harry yang memulai."Ambilkan dasiku."Alena baru saja akan keluar dari kamar ketika dia mendengar Harry meminta dasi. Benda itu ada di atas ranjang, dan jika Harry memutar tubuhnya pasti sudah bisa meraihnya. Alena menghela napas, dia tahu suaminya hanya ingin menguji kesabarannya pagi ini. Lantas, dengan kaki yang sedikit menghentak Alena berjalan menuju ranjang untuk mengambilnya."Ini." Dia menyodorkan dasi yang diminta oleh Harry."Tanganku sakit, pasangkan itu padaku."Sakit? Alena melirik tangan Harry yang menggantung di sebelah kedua paha, dan dia tak melihat ada yang sakit di sana. Dari yang Alena ingat pun, tadi malam Harry masih bisa mengetik dengan lincah di atas laptop-nya, apakah itu menj
Kini kedua suami istri itu sudah tiba di dalam kamar mereka. Harry menurunkan Alena ke atas ranjang dan langsung dia mengambangi istrinya itu, sedang matanya menatap Alena penuh hasrat. Alena menjadi diam tak berkutik dan hanya bisa pasrah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Apa dasiku sudah benar? Aku memasangnya asal-asalan, dan aku tak tau apakah itu sudah rapi." Tapi itu lah kalimat pertama yang Harry katakan di atas Alena, dia menyentuh dasinya sendiri yang membuat Alena tak mampu menahan tawa."Kau memang iseng, Harry, kau selalu membuat aku jantungan."Harry menurunkan lagi tubuhnya mendekati Alena dan memasang wajah serius. "Benar kah? Padahal aku sangat serius." Kembali dia menggoda Alena, dan terakhir dengan tertawa. Dia mengangkat tubuhnya bangkit dari atas ranjang dan membiarkan Alena duduk di sana."Perutmu belum pulih. Aku tak tega melakukannya, sehingga istri cantikku akan kesakitan setelahnya," ucap Harry lagi.Alena selalu
"Apa itu? Bukannya itu Ezra Raves?""Benar, ada apa dia berada di ruangan yang sama dengan istri Tuan Harry?""Itu Nona Alena? Benarkah itu dia? Apakah ini yang orang-orang bicarakan, bahwa dia menjadi jaminan atas utang suaminya?"Semua orang mengeluarkan persepsi mereka melihat iklan berwarna hitam putih itu diputar di tengah kota. Sebagian mereka bahkan sampai meludah, mengatakan Alena adalah perempuan yang menjijikkan. Mereka hanya terfokus mengkritik Alena dan membela Ezra Raves, karena dia seorang lelaki."Laki-laki hidung belang sudah terkenal sejak dahulu. Kucing diberi ikan, mana mungkin akan menolak? Yang salah tetap lah perempuan itu, sangat tak punya harga diri. Apa dia tidak malu melihat dirinya mendatangi lelaki lain?""Aku rasa dia sudah kehilangan urat malunya!" kata mereka bergantian.Pandangan publik memang selalu berbeda terhadap perempuan. Tak terkeculi dengan sesama wanita, mereka sangat sering menyalahkan kaumnya
Serena gadis yang licik. Di saat dia terjepit seperti ini bukan berarti dia akan sepenuhnya patuh pada perkataan Harry. Gadis itu selalu mencari celah untuk melancarkan niat jahatnya sehingga dia bisa membalas rasa sakit karena tak bisa memiliki Harry.Seperti saat ini contohnya. Sere sudah merencanakan sesuatu yang akan sangat mengejutkan Harry. Sengaja dia menunggu lelaki itu sibuk mengurusi Ezra Raves, sehingga Harry akan lengah tentang dirinya. Sere tertawa lebar melihat berita yang sedang disiarkan di televisi."Ingin mengikutiku? Ha ha ha! Harry ... Harry ... bahkan kakakmu yang sangat pintar pun bisa mati di tanganku. Dan kau berpikir ingin menempatkan seseorang mengikutiku? Jangan bermimpi! Bahkan jika kau menempatkan seluruh orang-orangmu mengikutiku, aku akan selalu bisa lepas!" katanya, dan sekali lagi dia tertawa karena itu."Kau menghancurkan mimpiku! Kau juga menolak perasaanku padamu, karena perempuan sialan itu? Akan kutunjukkan siapa yang lebih
"Masuk!""Lepaskan aku! Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan padaku!"Alena berusaha berontak ketika salah satu lelaki itu menyeretnya keluar dari dalam mobil. Mereka sudah berada di depan sebuah rumah yang cukup besar dan terlihat sudah lama tinggal. Tanaman rambat memenuhi atap rumah itu yang menjuntai sampai ke bagian bawahnya."Lepaskan! Apa mau kalian sebenarnya?!" teriaknya lagi, mencoba memutar pundaknya ke belakang untuk melihat Jeslyn, teman yang akan membuka usaha butik dengannya. Tapi sama saja, Jeslyn juga diperlakukan sangat kasar oleh seorang lelaki lainnya, dan gadis itu tampaknya tidak berani berkutik. Hanya pasrah ketika mereka digiring masuk ke dalam rumah lalu dilempar ke atas lantai.Alena meringis, dia pegangi kedua kaki yang baru saja beradu dengan lantai sembari melihat dua orang itu."Kalian sedang cari mati?" kata Alena lagi, berharap dua orang itu menjadi takut saat mendengar nama suaminya. "Harry Borisson
"Cari semuanya, cepat!" perintah Harry. Semua bawahannya berlari memasuki rumah milik Serena dan memeriksa setiap ruangan di tempat itu. Para pelayan yang bekerja di rumah itu pun ikut berlari dan menjerit ketakutan.Lelaki itu tidak hanya diam. Ketika semua orang sibuk mencari keberadaan istrinya, Harry pun tak henti-henti memanggil nama Alena dan memeriksa semua ruangan sampai ke bawah kolong ranjang."Alena! Di mana kau, Alena?" teriaknya menendang pintu kamar yang baru saja dia datangi. Tak ada jawaban, pria itu semakin geram memeriksa bahkan ke dalam lemari."Alena! Tolong jawab aku di mana kau, Alena?" jerit Harry, perasaanya bercampur aduk sekarang. "Aku akan membunuh Serena jika menemukan bedebah itu!" Dia berlari lagi ke lantai bawah menemui para pelayan yang ketakutan berkump
"Kalian tak dengar? Cepat lakukan seperti yang aku perintahkan!" teriak Serena, membuat dua lelaki suruhannya maju ke depan.Mereka mendekati Alena, membuka tali pengikat tubuh gadis yang kini memohon dilepaska."Tolong ... kalian tidak boleh melakukan ini padaku. Kalian juga punya ibu dan saudara perempuan, bukan? Tolong jangan lakukan itu padaku!" mohonnya putus asa, lalu berusaha melarikan diri ketika ikatan di tubuhnya sudah benar-benar lepas.Bruk!Jika salah satu dari mereka tidak menangkap kaki Alena, dia hampir saja menyentuh gagang pintu itu. Sekarang dia hanya bisa meringis merasakan sakit setelah terjatuh ke atas lantai. Hidung Alena mengeluarkan cairan merah kental dan keningnya terluka memar, dia sudah tak sanggup untuk bangkit dan hanya mampu menangisi nasibnya."Ini menarik, Alena. Melihat kau berusaha melepaskan diri, itu seperti aku tengah melihat seekor tikus yang terjebur ke dalam kolam. Terlihat lucu dan sangat menye
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep