"Harry, ayo duduk dulu kau pasti lelah."
Alena merasa sangat bersalah setelah membentak suaminya. Buru-buru dia mendekati lelaki yang tengah mematung di ambang pintu untuk mengajaknya ke tempat Amanda duduk. Dia menarik sebuah kursi untuk Harry, lalu mendudukkan suaminya di sana. Kemudian, Alena mengambil tempat duduk yang bersebelahan dengan suaminya sementara Amanda berada di depan sana.
"Maaf tidak meneleponmu. Mama datang tanpa diduga dan ... kami berbincang terlalu serius sampai aku lupa mengabarimu," kata Alena, ketika dia melihat suaminya melempar tatapan menuntut penjelasan.
"Tapi kalian sudah selesai bicara? Maka suruh mama mertuamu kembali ke negaranya, aku tak punya waktu untuk berbasa-basi."
Harry adalah orang yang sangat keras, semua orang tahu itu. Amanda menghela napas mendapat perkataan seperti itu dan dia sangat terluka. Sepertinya Harry tak akan bisa memafkannya begitu saja, apalagi setelah mendengar perkataannya tadi terhadap Alen
Pertengkaran suami istri itu sudah tak terdengar lagi, tapi keduanya lebih banyak diam sejak kemarin. Bahkan ketika Harry memeluk Alena saat tidur, istrinya itu menepis tangannya. Hingga ini sudah pagi pun keduanya masih tetap tidak berbicara sebelum Harry yang memulai."Ambilkan dasiku."Alena baru saja akan keluar dari kamar ketika dia mendengar Harry meminta dasi. Benda itu ada di atas ranjang, dan jika Harry memutar tubuhnya pasti sudah bisa meraihnya. Alena menghela napas, dia tahu suaminya hanya ingin menguji kesabarannya pagi ini. Lantas, dengan kaki yang sedikit menghentak Alena berjalan menuju ranjang untuk mengambilnya."Ini." Dia menyodorkan dasi yang diminta oleh Harry."Tanganku sakit, pasangkan itu padaku."Sakit? Alena melirik tangan Harry yang menggantung di sebelah kedua paha, dan dia tak melihat ada yang sakit di sana. Dari yang Alena ingat pun, tadi malam Harry masih bisa mengetik dengan lincah di atas laptop-nya, apakah itu menj
Kini kedua suami istri itu sudah tiba di dalam kamar mereka. Harry menurunkan Alena ke atas ranjang dan langsung dia mengambangi istrinya itu, sedang matanya menatap Alena penuh hasrat. Alena menjadi diam tak berkutik dan hanya bisa pasrah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Apa dasiku sudah benar? Aku memasangnya asal-asalan, dan aku tak tau apakah itu sudah rapi." Tapi itu lah kalimat pertama yang Harry katakan di atas Alena, dia menyentuh dasinya sendiri yang membuat Alena tak mampu menahan tawa."Kau memang iseng, Harry, kau selalu membuat aku jantungan."Harry menurunkan lagi tubuhnya mendekati Alena dan memasang wajah serius. "Benar kah? Padahal aku sangat serius." Kembali dia menggoda Alena, dan terakhir dengan tertawa. Dia mengangkat tubuhnya bangkit dari atas ranjang dan membiarkan Alena duduk di sana."Perutmu belum pulih. Aku tak tega melakukannya, sehingga istri cantikku akan kesakitan setelahnya," ucap Harry lagi.Alena selalu
"Apa itu? Bukannya itu Ezra Raves?""Benar, ada apa dia berada di ruangan yang sama dengan istri Tuan Harry?""Itu Nona Alena? Benarkah itu dia? Apakah ini yang orang-orang bicarakan, bahwa dia menjadi jaminan atas utang suaminya?"Semua orang mengeluarkan persepsi mereka melihat iklan berwarna hitam putih itu diputar di tengah kota. Sebagian mereka bahkan sampai meludah, mengatakan Alena adalah perempuan yang menjijikkan. Mereka hanya terfokus mengkritik Alena dan membela Ezra Raves, karena dia seorang lelaki."Laki-laki hidung belang sudah terkenal sejak dahulu. Kucing diberi ikan, mana mungkin akan menolak? Yang salah tetap lah perempuan itu, sangat tak punya harga diri. Apa dia tidak malu melihat dirinya mendatangi lelaki lain?""Aku rasa dia sudah kehilangan urat malunya!" kata mereka bergantian.Pandangan publik memang selalu berbeda terhadap perempuan. Tak terkeculi dengan sesama wanita, mereka sangat sering menyalahkan kaumnya
Serena gadis yang licik. Di saat dia terjepit seperti ini bukan berarti dia akan sepenuhnya patuh pada perkataan Harry. Gadis itu selalu mencari celah untuk melancarkan niat jahatnya sehingga dia bisa membalas rasa sakit karena tak bisa memiliki Harry.Seperti saat ini contohnya. Sere sudah merencanakan sesuatu yang akan sangat mengejutkan Harry. Sengaja dia menunggu lelaki itu sibuk mengurusi Ezra Raves, sehingga Harry akan lengah tentang dirinya. Sere tertawa lebar melihat berita yang sedang disiarkan di televisi."Ingin mengikutiku? Ha ha ha! Harry ... Harry ... bahkan kakakmu yang sangat pintar pun bisa mati di tanganku. Dan kau berpikir ingin menempatkan seseorang mengikutiku? Jangan bermimpi! Bahkan jika kau menempatkan seluruh orang-orangmu mengikutiku, aku akan selalu bisa lepas!" katanya, dan sekali lagi dia tertawa karena itu."Kau menghancurkan mimpiku! Kau juga menolak perasaanku padamu, karena perempuan sialan itu? Akan kutunjukkan siapa yang lebih
"Masuk!""Lepaskan aku! Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan padaku!"Alena berusaha berontak ketika salah satu lelaki itu menyeretnya keluar dari dalam mobil. Mereka sudah berada di depan sebuah rumah yang cukup besar dan terlihat sudah lama tinggal. Tanaman rambat memenuhi atap rumah itu yang menjuntai sampai ke bagian bawahnya."Lepaskan! Apa mau kalian sebenarnya?!" teriaknya lagi, mencoba memutar pundaknya ke belakang untuk melihat Jeslyn, teman yang akan membuka usaha butik dengannya. Tapi sama saja, Jeslyn juga diperlakukan sangat kasar oleh seorang lelaki lainnya, dan gadis itu tampaknya tidak berani berkutik. Hanya pasrah ketika mereka digiring masuk ke dalam rumah lalu dilempar ke atas lantai.Alena meringis, dia pegangi kedua kaki yang baru saja beradu dengan lantai sembari melihat dua orang itu."Kalian sedang cari mati?" kata Alena lagi, berharap dua orang itu menjadi takut saat mendengar nama suaminya. "Harry Borisson
"Cari semuanya, cepat!" perintah Harry. Semua bawahannya berlari memasuki rumah milik Serena dan memeriksa setiap ruangan di tempat itu. Para pelayan yang bekerja di rumah itu pun ikut berlari dan menjerit ketakutan.Lelaki itu tidak hanya diam. Ketika semua orang sibuk mencari keberadaan istrinya, Harry pun tak henti-henti memanggil nama Alena dan memeriksa semua ruangan sampai ke bawah kolong ranjang."Alena! Di mana kau, Alena?" teriaknya menendang pintu kamar yang baru saja dia datangi. Tak ada jawaban, pria itu semakin geram memeriksa bahkan ke dalam lemari."Alena! Tolong jawab aku di mana kau, Alena?" jerit Harry, perasaanya bercampur aduk sekarang. "Aku akan membunuh Serena jika menemukan bedebah itu!" Dia berlari lagi ke lantai bawah menemui para pelayan yang ketakutan berkump
"Kalian tak dengar? Cepat lakukan seperti yang aku perintahkan!" teriak Serena, membuat dua lelaki suruhannya maju ke depan.Mereka mendekati Alena, membuka tali pengikat tubuh gadis yang kini memohon dilepaska."Tolong ... kalian tidak boleh melakukan ini padaku. Kalian juga punya ibu dan saudara perempuan, bukan? Tolong jangan lakukan itu padaku!" mohonnya putus asa, lalu berusaha melarikan diri ketika ikatan di tubuhnya sudah benar-benar lepas.Bruk!Jika salah satu dari mereka tidak menangkap kaki Alena, dia hampir saja menyentuh gagang pintu itu. Sekarang dia hanya bisa meringis merasakan sakit setelah terjatuh ke atas lantai. Hidung Alena mengeluarkan cairan merah kental dan keningnya terluka memar, dia sudah tak sanggup untuk bangkit dan hanya mampu menangisi nasibnya."Ini menarik, Alena. Melihat kau berusaha melepaskan diri, itu seperti aku tengah melihat seekor tikus yang terjebur ke dalam kolam. Terlihat lucu dan sangat menye
"Tidak, Alen, jangan ...!"Lelaki yang sempat kehilangan akalnya itu kembali meneriakkan nama istrinya. Harry sangat rapuh, berusaha mengangkat kaki yang terluka di kedua sisi. Dia ingin menghambur ke anak tangga di mana Alena bersimpuh di kedua kakinya, lalu memeluk istrinya sangat erat. Tapi, baru saja Harry akan meneriakkan nama Alena lagi, tubuh Serena menimpah mereka dari atas. Harry menjaga bobot tubuhnya dan Alena untuk tidak berguling ke bawah sana, darah segar membanjiri kepala mereka ketika tubuh Serena sudah berguling menuju lantai terbawah. Kedua mata Harry menatap tubuh kakak iparnya yang kini terkapar di atas lantai dengan sebuah lubang di bagian dada kiri. Kala itu pun, Harry membelalak menatap istrinya dan tangannya bergerak sangat cepat memeriksa seluruh tubuh gadis itu. Tak ada luka yang dia temukan di tubuh Alena. Meski sangat bingung dengan keadaan ini, Harry sa