Ketika Harry hanya diam tanpa menjawab perkataan Lukas, pintu di ruangan itu diketuk dari luar sana. Harry melirik Lukas ke belakang dan tersenyum kecil melihat abdi kesayangannya itu.
"Persilakan dia masuk, Lukas, dan siapkan kursi untuknya. Salah satu musuh kita akan segera datang."
Lukas yang tak paham maksud tuannya hanya mengerut kening, lantas melakukan perkataan Harry. Dia membukakan pintu dan melihat Serena berdiri di sana.
"Di mana Harry?" tanya Serena, keangkuhan tampak jelas di wajah gadis itu.
"Silakan masuk, Nona Serena, Tuan Harry sudah menunggu," katanya, lantas mengambilkan kursi seperti yang disuruh oleh Harry.
Pria tua itu pun meninggalkan mereka setelah Serena duduk di sana.
"Hai, Harry, maaf aku mengganggumu."
Serena duduk di sebelah Harry. Perasaan senang sudah memenuhi hati gadis itu, ketika dia memasuki ruangan ini. Bagaimana tidak? Harry terlihat sangat lemah dan tak punya harapan hidup sekara
Hari itu masih siang saat Amanda memasuki istana besar milik putranya. Harry belum kembali dari kantor, dia tahu itu. Dan Amanda sendiri pun datang ke sini memang sengaja ingin menemui Alena tanpa sepengetahuan putranya. Sebab jika Harry tahu, anaknya itu akan mengusir Amanda tanpa kata ampun. Amanda duduk di ruang tamu sembari menatap Alena yang baru saja datang dari kamarnya.Ada apa Amanda ke sini? Tentu Alena merasa was-was dengan kedatangan mama mertuanya itu. Dia menutupi rasa gugupnya dengan berpamitan ke dapur, membuatkan teh untuk mama mertuanya. Ketika membuatnya dia berlama-lama berharap hari akan cepat berlalu sehingga Harry segera tiba, tapi itu hanya akan sia-sia sebab Amanda mendatangi Alena ke dapur. Dia menjadi semakin gugup memegangi nampan tehnya."Bisa aku duduk di sini?" kata Amanda, sembari menunjuk meja makan yang ada di sana."Ah? I- iya, tentu saja boleh, Nyonya. Silakan," sahut Alena, dia membawa nampan tehnya ke meja makan
"Harry, ayo duduk dulu kau pasti lelah."Alena merasa sangat bersalah setelah membentak suaminya. Buru-buru dia mendekati lelaki yang tengah mematung di ambang pintu untuk mengajaknya ke tempat Amanda duduk. Dia menarik sebuah kursi untuk Harry, lalu mendudukkan suaminya di sana. Kemudian, Alena mengambil tempat duduk yang bersebelahan dengan suaminya sementara Amanda berada di depan sana."Maaf tidak meneleponmu. Mama datang tanpa diduga dan ... kami berbincang terlalu serius sampai aku lupa mengabarimu," kata Alena, ketika dia melihat suaminya melempar tatapan menuntut penjelasan."Tapi kalian sudah selesai bicara? Maka suruh mama mertuamu kembali ke negaranya, aku tak punya waktu untuk berbasa-basi."Harry adalah orang yang sangat keras, semua orang tahu itu. Amanda menghela napas mendapat perkataan seperti itu dan dia sangat terluka. Sepertinya Harry tak akan bisa memafkannya begitu saja, apalagi setelah mendengar perkataannya tadi terhadap Alen
Pertengkaran suami istri itu sudah tak terdengar lagi, tapi keduanya lebih banyak diam sejak kemarin. Bahkan ketika Harry memeluk Alena saat tidur, istrinya itu menepis tangannya. Hingga ini sudah pagi pun keduanya masih tetap tidak berbicara sebelum Harry yang memulai."Ambilkan dasiku."Alena baru saja akan keluar dari kamar ketika dia mendengar Harry meminta dasi. Benda itu ada di atas ranjang, dan jika Harry memutar tubuhnya pasti sudah bisa meraihnya. Alena menghela napas, dia tahu suaminya hanya ingin menguji kesabarannya pagi ini. Lantas, dengan kaki yang sedikit menghentak Alena berjalan menuju ranjang untuk mengambilnya."Ini." Dia menyodorkan dasi yang diminta oleh Harry."Tanganku sakit, pasangkan itu padaku."Sakit? Alena melirik tangan Harry yang menggantung di sebelah kedua paha, dan dia tak melihat ada yang sakit di sana. Dari yang Alena ingat pun, tadi malam Harry masih bisa mengetik dengan lincah di atas laptop-nya, apakah itu menj
Kini kedua suami istri itu sudah tiba di dalam kamar mereka. Harry menurunkan Alena ke atas ranjang dan langsung dia mengambangi istrinya itu, sedang matanya menatap Alena penuh hasrat. Alena menjadi diam tak berkutik dan hanya bisa pasrah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Apa dasiku sudah benar? Aku memasangnya asal-asalan, dan aku tak tau apakah itu sudah rapi." Tapi itu lah kalimat pertama yang Harry katakan di atas Alena, dia menyentuh dasinya sendiri yang membuat Alena tak mampu menahan tawa."Kau memang iseng, Harry, kau selalu membuat aku jantungan."Harry menurunkan lagi tubuhnya mendekati Alena dan memasang wajah serius. "Benar kah? Padahal aku sangat serius." Kembali dia menggoda Alena, dan terakhir dengan tertawa. Dia mengangkat tubuhnya bangkit dari atas ranjang dan membiarkan Alena duduk di sana."Perutmu belum pulih. Aku tak tega melakukannya, sehingga istri cantikku akan kesakitan setelahnya," ucap Harry lagi.Alena selalu
"Apa itu? Bukannya itu Ezra Raves?""Benar, ada apa dia berada di ruangan yang sama dengan istri Tuan Harry?""Itu Nona Alena? Benarkah itu dia? Apakah ini yang orang-orang bicarakan, bahwa dia menjadi jaminan atas utang suaminya?"Semua orang mengeluarkan persepsi mereka melihat iklan berwarna hitam putih itu diputar di tengah kota. Sebagian mereka bahkan sampai meludah, mengatakan Alena adalah perempuan yang menjijikkan. Mereka hanya terfokus mengkritik Alena dan membela Ezra Raves, karena dia seorang lelaki."Laki-laki hidung belang sudah terkenal sejak dahulu. Kucing diberi ikan, mana mungkin akan menolak? Yang salah tetap lah perempuan itu, sangat tak punya harga diri. Apa dia tidak malu melihat dirinya mendatangi lelaki lain?""Aku rasa dia sudah kehilangan urat malunya!" kata mereka bergantian.Pandangan publik memang selalu berbeda terhadap perempuan. Tak terkeculi dengan sesama wanita, mereka sangat sering menyalahkan kaumnya
Serena gadis yang licik. Di saat dia terjepit seperti ini bukan berarti dia akan sepenuhnya patuh pada perkataan Harry. Gadis itu selalu mencari celah untuk melancarkan niat jahatnya sehingga dia bisa membalas rasa sakit karena tak bisa memiliki Harry.Seperti saat ini contohnya. Sere sudah merencanakan sesuatu yang akan sangat mengejutkan Harry. Sengaja dia menunggu lelaki itu sibuk mengurusi Ezra Raves, sehingga Harry akan lengah tentang dirinya. Sere tertawa lebar melihat berita yang sedang disiarkan di televisi."Ingin mengikutiku? Ha ha ha! Harry ... Harry ... bahkan kakakmu yang sangat pintar pun bisa mati di tanganku. Dan kau berpikir ingin menempatkan seseorang mengikutiku? Jangan bermimpi! Bahkan jika kau menempatkan seluruh orang-orangmu mengikutiku, aku akan selalu bisa lepas!" katanya, dan sekali lagi dia tertawa karena itu."Kau menghancurkan mimpiku! Kau juga menolak perasaanku padamu, karena perempuan sialan itu? Akan kutunjukkan siapa yang lebih
"Masuk!""Lepaskan aku! Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan padaku!"Alena berusaha berontak ketika salah satu lelaki itu menyeretnya keluar dari dalam mobil. Mereka sudah berada di depan sebuah rumah yang cukup besar dan terlihat sudah lama tinggal. Tanaman rambat memenuhi atap rumah itu yang menjuntai sampai ke bagian bawahnya."Lepaskan! Apa mau kalian sebenarnya?!" teriaknya lagi, mencoba memutar pundaknya ke belakang untuk melihat Jeslyn, teman yang akan membuka usaha butik dengannya. Tapi sama saja, Jeslyn juga diperlakukan sangat kasar oleh seorang lelaki lainnya, dan gadis itu tampaknya tidak berani berkutik. Hanya pasrah ketika mereka digiring masuk ke dalam rumah lalu dilempar ke atas lantai.Alena meringis, dia pegangi kedua kaki yang baru saja beradu dengan lantai sembari melihat dua orang itu."Kalian sedang cari mati?" kata Alena lagi, berharap dua orang itu menjadi takut saat mendengar nama suaminya. "Harry Borisson
"Cari semuanya, cepat!" perintah Harry. Semua bawahannya berlari memasuki rumah milik Serena dan memeriksa setiap ruangan di tempat itu. Para pelayan yang bekerja di rumah itu pun ikut berlari dan menjerit ketakutan.Lelaki itu tidak hanya diam. Ketika semua orang sibuk mencari keberadaan istrinya, Harry pun tak henti-henti memanggil nama Alena dan memeriksa semua ruangan sampai ke bawah kolong ranjang."Alena! Di mana kau, Alena?" teriaknya menendang pintu kamar yang baru saja dia datangi. Tak ada jawaban, pria itu semakin geram memeriksa bahkan ke dalam lemari."Alena! Tolong jawab aku di mana kau, Alena?" jerit Harry, perasaanya bercampur aduk sekarang. "Aku akan membunuh Serena jika menemukan bedebah itu!" Dia berlari lagi ke lantai bawah menemui para pelayan yang ketakutan berkump