Share

Chapter 5

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Albyshaka Ghibran Arseno. Menatap pantulan dirinya dibalik kaca cermin besar. Tersenyum cerah secerah pagi ini. Sebuah jas putih sudah melekat sempurna dibadannya, dibaluti sarung yang hanya sebatas setengah dengan perpaduan celana senada. Tak lupa, sebuah kopea yang melekat di kepala menambah kesan kesempurnaan untuk dirinya.

“Khanza Amara, setelah ini kamu akan menjadi istriku,” ucapnya lirih. Kedua pipinya menampilkan lesung pipi, melengkung indah dengan lesungan yang tercipta.

Alby menatap liontin dengan warna biru muda di dalamnya. Sebuah liontin di mana ia merasakan jatuh cinta. Ya, karena liontin inilah yang membuatnya merasakan jatuh cinta. Teringat atas dirinya yang tenggelam di danau, dan pemilik liontin inilah yang telah menolongnya.

“Kak Alby?! Kata Bunda kakak udah siap belum? Kalau sudah cepat turun!” Sebuah teriakan dari luar kamar membuat Alby menoleh. Ah, suara adiknya—Nazeeva.

“Iya Dek, kakak ke bawah sekarang!” teriaknya mulai senyum-senyum sendiri.

Sedang di tem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 6

    “Khalif? Dengerin penjelasan Papa kamu dulu ya sayang?” Kinara dengan cepat menarik lengan Khalifa. Ikut bergabung diantara perkumpulan yang ada. “Ma, Khalif gak mau—”“Mau ya Nak, demi menjaga baik nama keluarga kita.” Bukan Kinara, melainkan Laila yang memotong ucapan Khalifa. “Aku gak masalah kalo Alby nikah sama kamu, kalian berdua sama, aku merestuinya.”“Laila?”“Mas! Setidaknya hal ini menutup malu keluarga kita. Daripada pernikahan dibatalkan? Lebih baik kita nikahkan mereka.” Laila menjawab cepat saat Bara ingin menyangkal. “Tapi aku gak mau, Tante. Aku —aku belum siap.” Khalifa meremas ujung kebayanya. Gugup sekaligus takut ia rasakan saat ini. “Begini saja, Khalif? Papa boleh minta tolong sama kamu? Papa cuma minta satu bulan untuk menggantikan posisi Khanza. Hanya satu bulan Khalif? Jika nanti Papa menemukan Khanza, kau bisa berpisah dengan Alby. Bagaimana?” Ungkapan Aarav membuat semua orang yang ada terdiam. Hening menyelimuti yang ada. Bara hanya bisa menghembuskan

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 7

    Di atas pelaminan yang dihadiri banyak orang, Khalifa menunduk, benar-benar menunduk, tak berani menatap sekeliling apalagi menatap Alby. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya, apalagi tangannya yang basah karena keringat. “Ayo, cium punggung tangan suami,” ucap penghulu kembali mengintrupsi. Dengan resah Khalifa menatap Alby, lantas tangan kanannya terangkat untuk menyambut tangan Alby untuk ia cium. Namun tiba-tiba.. Mata Khalifa membelalak sempurna tatkala Alby menarik pinggangnya hingga jarak diantara keduanya tak tersisa. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat Alby mendekatkan wajahnya pada wajah Khalifa. “Ini kan yang kamu inginkan, sayang?” ucap Alby tersenyum smirik. Hembusan napas Alby menelusur halus pada pipi Khalifa, sedang sang empu menahan napas karena rasa tegang yang ia rasakan. “A--aku—”Cup! Khalifa melebarkan pupil matanya tatkala sebuah kecupan ia rasakan di kening, sampai didetik berikutnya Khalifa mendorong paksa Alby agar berjauh dengannya. “Ow

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 8

    “Berhenti Al! Kau harus tanggung jawab!” Seru anak gendut mengejar anak kecil. “Aku benar-benar gak sengaja, Din, sumpah!” teriaknya sambil terus berlari menghindar dari amukan Dion. “Adikku menangis karenamu! Alby” teriak Dion murka. Anak berusia 8 tahun itu mengejar Alby, sayangnya karena badannya yang gendut membuat ia kesusahan dibuatnya. Sedang Alby yang memiliki tubuh kecil sangat cepat dalam berlari. “Kejar aja kalo bisa sih,” seru Alby yang malah tertawa. Alby melakukan kesalahan, ia tak sengaja merusak boneka milik adiknya Dion. Karena kerusakan itu membuat Dion marah padanya, berakhir mengejar dirinya. Dan sekarang Dion pasti akan membalas perbuatannya. Alby terus berlari tak tentu arah, laki-laki mungil berusia 8 tahun itu berlari menuju sebuah hutan. Di belakang Dion masih mengejar dirinya, benar-benar sial! Jika sampai Dion menangkapnya sudah dipastikan tubuhnya akan habis babak belur. Untuk itu Alby terus berlari tanpa tahu ke mana ia menuju. Mata Alby jatuh pada s

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 9

    Kedua pasutri yang sudah resmi suami-istri itu sudah sampai di rumah kediaman Bara. Mobil mewah yang dihias berbagai bunga itu berhenti di halaman rumah bercat cream. Di belakangnya mobil Bara ikut berhenti, membuat orang yang ada di dalamnya keluar dari mobil. Khalifa dengan sifat malunya, perempuan itu meremas ujung gaunnya tatkala Alby lebih dulu keluar. Resah bercampur grogi ia rasakan saat ini. “Lho, di mana Khalifa?” tanya Laila kala semua orang yang ada sudah keluar. Dengan malas Alby menjawab. “Sepertinya dia betah di dalam mobil, biarkan saja,” jawab Alby santai. “Suruh Khalifa masuk, Bunda gak mau kamu mengacuhkannya,” ucap Laila memperingati. “Setelah ini datanglah ke kamar Ayah, ada suatu hal yang ingin Ayah bicarakan denganmu.” Kini Bara yang membuka suara. Pria itu begitu kentara sosok seorang Ayah, membuat Alby mau tak mau menurut. “Kalian, cepet masuk dan segera bersihkan badan kalian,” ucap Bara pada anak kembarnya—Nazeeva dan Zeevan. Dua anak itu sedari tadi ha

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter. 10

    “Untuk 30 hari ke depan, Ayah ingin kau tidak menyentuh Khalifa sedikitpun!” ucap Bara penuh penegasan. Pria yang tampak penuh wibawa itu menatap putra sulungnya dengan serius. “Kau tau kan bahwa pernikahan ini hanyalah sebagai formalitas? Khalifa hanya sebatas pengantin pengganti yang nanti akan di tukar kembali jika Khanza kembali,” lanjutnya lagi. “untuk itu Ayah ingin kau menjaga batasanmu. Perlakukan dia dengan baik, tapi jangan sampai menghancurkannya dengan kau menyentuhnya.”“Ayah kira aku menginginkannya?” tanya Alby membuka suara. “aku memang pria normal, tapi bukan berarti aku melakukan hal dibatas wajar dengan orang yang tidak aku cinta!”“Alby, bukan itu maksud Ayah kamu—”“Ayah seakan mencurigaiku bahwa aku akan menodainya, Bunda pikir perkataan Ayah tidak menyinggungku? Lalu untuk apa pernikahan ini terjadi? Kenapa tidak kalian batalkan saja?” Alby mulai kesal. Ia kira pertemuan dalam pembicaraan bersama Ayah dan Bundanya hanya menyangkut Khanza, taunya hanya Khalifa!

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter. 11

    “Ini pakaian ganti kamu, pakaian lainnya nanti diberesin sama pembantu di sini,” ucap Laila memberikan sebuah pakaian kepada Khalifa. “Ini pakaian Khalifa, Bunda?” tanyanya. “Bukan, ini pakaian sengaja dibeli, tapi belum pernah dipakai.”“Lah, kalau gitu—”“Udah, pakai aja, pakaian kamu kan masih diantar sama Mama kamu, paling besok kan datangnya? Jadi pakai ini saja dulu,” ucap Laila tersenyum. “Ya udah, Bunda ke bawah dulu ya. Alby pasti bakal pulang, nanti biar Bunda yang langsung bicara sama Alby.”Ya, malam ini Khalifa dipaksa Laila agar tidur di kamar Alby, membuat Khalifa pada akhirnya menurut saja. Asalkan satu, tidak disatukan dengan Alby maka ia akan menyetujuinya. “Terima kasih ya, Bunda. Terima kasih banyak,” ucap Khalifa sebelum akhirnya Laila pergi dari hadapannya. Khalifa tersenyum tipis lantas masuk ke dalam kamar Alby, mengunci pintunya kemudian berjalan menuju bibir ranjang. Sekarang ia tidak perlu khawatir ada Alby, pasalnya Laila pasti akan berbicara pada pria

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter. 12

    “Kau tak jauh berbeda dengan wanita murahan di sana, bermaksud menggodaku, heh?” Alby terkekeh, bukannya mendorong Khalifa yang berada di atasnya justru ia gunakan dengan menahan gejolak pergerakannya yang hendak bangkit. “Lepas! Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!” Khalifa berusaha bangkit, namun karena bath up yang muat satu orang ditambah Alby yang menahannya membuat ia tak bisa bangkit. “Kau berpura-pura, Khalif? Setelah apa yang kamu lakukan, kau masih mau berpura-pura?” Alby menahan geram, dia sedikit mencengkram pinggang Khalifa. “Pernikahan ini … aku tau pernikahan ini hanyalah sebatas menggantikan, tapi kau jangan lupa Kak, kau tidak diperbolehkan melewati batas!” ujar Khalifa dengan marah. “Bukan pernikahan yang aku maksud Khalif, melainkan kau yang menggagalkan pernikahan ini! Kau sendiri kan yang sengaja melakukan semua rencana ini? Heh, kau kira aku tidak tau?”Khalifa menatap Alby dengan penuh kesal, hendak mengelak namun Alby dengan cepat berkata. “Kau lupa

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter. 13

    “Terserah apa yang kamu katakan, Kak. Tapi … saat itu yang aku lakukan bukan atas inginku, aku dipaksa! Dan yang melakukannya kemarin tidak lain ….” Khalifa menggantung ucapannya. “Kau tidak akan tahu! Percuma aku menjelaskannya.” Khalifa tidak jadi memberitahukan, percuma, tidak ada gunanya. “Aku tau apa tujuanmu, Khalifa! Kau tidak lebih perempuan tak tahu diri tanpa memiliki rasa malu. Sekarang lihat hari ini saja, tanpa tahu malu kau datang ke kamarku, padahal sudah tau bahwa ini kamarku, yang artinya di isi oleh aku! Tapi apa yang kau lakukan? Datang ke sini dengan pakaian yang dibuka? Bermaksud menggodaku, benar bukan? Namun sayang, aku tidak tergoda sedikitpun karenamu!” Alby sedikit mendorong tubuh Khalifa di atasnya. Membuat Khalifa tersentak karena punggungnya terasa membentur ujung bath up. “Jangan berpikir bahwa suatu hari nanti aku akan berpaling dari Khanza! Ingat ini Khalifa, sampai kapanpun kau tidak bisa menggantikan posisi Khanza dihatiku. Beribu usaha yang kau l

Bab terbaru

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Extra Chapter II

    “Assalamu'alaikum…?” Khalifa mengucap salam saat ia masuk ke dalam rumah, ah, bukan hanya Khalifa, Alby juga ada. Keduanya masuk dengan raut muka terlihat capek. “Kak, eum … aku mau mandi dulu ya, seharian kerja bikin aku gerah,” ucap Khalifa pada Alby. Alby tersenyum. “okke, tapi jangan lama-lama ya, udah malam soalnya. Ah iya, pake air hangat biar nggak kedinginan.”Khalifa terkekeh. “Aku bukan kamu yang harus pake air dingin kali, aku kan nggak alergi dingin,” timpal Khalifa menjawab. “Masalahnya kan udah malam, nggak baik buat kesehatan.”“Enggak bakal kak. Udah, lagian aku mandi bakal cepet kok. Dah ya, aku mau mandi dulu!” ucap Khalifa gegas berlari namun dengan cepat Alby menahannya lebih dahulu membuat Khalifa kembali berbalik menatap Alby. “Kalo udah mandi nanti turun ke bawah ya? Aku mau masakin kesukaan kamu. Kita makan bareng,” ucap Alby. Kebetulan sekali keduanya belum makan membuat Khalifa mengangguk antusias. “Cium dulu sini.” Alby menampilkan pipi kanannya. Ia men

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Extra Chapter

    Seminggu berlalu…Seorang wanita berjalan dengan menyeret kopernya. Tergesa-gesa sebab terlambat,bahkan saking tergesa-gesanya, wanita itu tanpa sengaja menabrak bahu seseorang membuat wanita itu menyeru minta maaf. “Ya ampun maaf, Mas. Saya enggak sengaja!” ucapnya sedikit menundukkan kepala, detik berikut kepala wanita itu mendongak. Namun… “Lho?” Sesaat pandangan keduanya bertemu. “Gama?”“Khanza?” Keduanya berseru secara berbarengan. Gama dengan pandangan mata menelisik, sedang Khanza menatap dengan tarikan napas. “Kukira siapa, taunya kamu,” ucapnya merubah raut wajah. Khanza menghela napas, tanpa sepatah kata apapun perempuan itu pergi begitu saja. Gama menaikan alisnya, namun sedetik kemudian ia mengedikkan bahu, ikut pergi dengan menyeret kopernya. Ia tahu yang dirinya tabrak, untuk itu tidak peduli baginya.Gama memilih duduk setelah melakukan check up,melalui maskapai yang telah memberitahukannya kini ia duduk menunggu antrian untuk masuk ke dalam pesawat. Gama menghel

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   END

    Pagi ini Khalifa bangun lebih awal, melihat sosok suaminya yang tertidur pulas. Ah, mungkin efek cairan infus yang masuk ke dalam tubuhnya, membuat pria itu terjaga dari tidurnya. Merasa pegal dibagian lengannya, Khalifa merenggangkan otot-ototnya. Tidur seranjang dengan Alby jelas membuatnya tak bergerak sana-sini, menjadikan ia merasakan pegal. Khalifa menghela napas, ia menunduk melihat pakaiannya yang kotor nan penuh darah, lupa, bahwa memang ia tak mengganti baju. Ah, jangankan untuk mengganti baju, justru hatinya saat itu resah memikirkan Alby. “Aku harus memberitahukan Bunda. Jika tidak mereka pasti khawatir.” Khalifa menatap terlebih dahulu Alby, mumpung pria itu masih tertidur membuat Khalifa gegas pergi. Selain merasa tak nyaman dengan pakaiannya ia juga tak nyaman dengan keadaan ini. Sungguh, walau ada perasaan lega melihat Alby selamat namun ada sisi lain yang membuatnya resah. Mengenai Khanza … Ia belum berani untuk menghadap padanya dan mengatakan yang sejujurnya. *

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 97

    Lihatlah, wajah Alby yang dulunya tampan kini banyak dipenuhi luka. Beberapa luka itu diperban, entah bagian kepala, rahang, maupun anggota tubuh lainnya. Tak kuasa melihat keadaannya seperti ini, Khalifa menunduk dengan hati penuh sesal. “Maafin, Alifa Kak… maaf ….” Khalifa terduduk di kursi yang berada di pinggir ranjang tersebut, menggenggam tangan Alby yang begitu kekar. Dulu, tangan inilah yang selalu siap siaga menggenggam tangannya. “Andai aku tidak menurutinya, andai kita kabur saat itu mungkin keadaan kamu enggak bakal separah ini Kak. Bodoh, harusnya aku menolak ajakanmu untuk melawan mereka. Bodoh!” Khalifa merutuk dirinya, menarik tangan Alby untuk ia kecup. “Sekarang aku baru menyadarinya, Kak. Kalau aku … benar-benar takut kehilangan kamu. Aku takut ….” Khalifa tak bisa lagi membendung tangis yang kian jatuh menimpa pipinya, bengkak sudah kedua matanya sebab terus menangis. “Setelah kehilangan Mama dan Papa, aku enggak mau kehilangan kamu, Kak. Boleh aku egois? Aku i

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 96

    Khalifa menunduk, semakin menangis tertahan dengan tangan yang masi menyentuh kepala Alby. “Kak … tolong … jangan tinggalin aku kayak gini … tolong bangunlah….”“Uhuk!”Sebuah semburat darah tiba-tiba keluar di bibir Alby tatkala pria itu terbatuk. “Kak Al?” Terkejut, Khalifa mendapati Alby membuka matanya dengan ringisan kecil yang keluar. “Khalifa….”Sudah menangis deras kini Khalifa menambah tangisnya tatkala suara lembut itu terdengar. Bergetar hatinya mendengar hal itu. “Kak Al….” Khalifa menangis, memeluk kepala Alby. “maafin aku, Kak. Maaf….”Alby memejamkan matanya menahan rasa sakit, ia menggeleng. “aku kembali untuk kamu, Alif….”Khalifa mengangguk, entah harus bagaiamana tapi ia benar-benar senang tatkala Alby kembali. Terbangun untuk menepati janjinya. Menggenggam erat tangan yang amat dingin itu Khalifa berucap, ““Kita harus ke rumah sakit dulu, Kak. Secepatnya luka kakak harus diatasi,” ucap Khalifa melihat keadaan Alby yang kian parah. “Kakak masih sanggup berdiri?

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 95

    “Kau akan mati ditanganku!” Bugh! Alby langsung menghindar saat orang itu hendak menendang, belati yang dirinya pegang ia tusukkan ke depan untuk mengenal tubuh Alby, namun dengan gesit, Alby menghindar secara agresif. Memilih melawan dari belakang, Alby bisa menghajarnya dari belakang tersebut. Seseorang itu terjatuh, mukanya makin memerah. Satu diantara mereka berjalan maju, membuat Alby harus melawan dua orang sekaligus. Ah tidak, bahkan satunya lagi ikut-ikutan maju, menambah orang yang harus Alby lawan. Cukup kewalahan sebab mereka memiliki senjata masing-masing, sedang Alby hanya menggunakan tangan kosong sebagai tameng dirinya. Satu kali dua kali ia mendapat pukulan yang tak bisa ia hindari, bahkan goresan belati pula harus terkena sampai kulitnya saking keagresifan mereka. Murka, mereka murka sebab merasa terkalahkan oleh Alby. Alby mengatur napasnya dalam-dalam. Melawan 10 orang sekaligus benar-benar menguras tenaganya. Apalagi tidak diberi jeda untuk berhenti se

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 94

    Khalifa berlari dan langsung memeluk Alby. Ia menangis dengan tubuh bergetar hebat. “Kak Al, makasih, makasih telah kembali….” Alby menelan salivanya pelan, bergetar hatinya kala melihat keadaan Khalifa seperti ini. “Maaf, maafkan aku baru datang Alif. Maaf telah meninggalkan kamu seorang diri.” Khalifa menggeleng, ia melerai pelukannya, mendongak untuk melihat wajah Alby. “Mereka … mereka ingin melecehkan aku, Kak. Aku--aku takut ….” Alby melihat wajah ketakutan itu, ia pegang tangan Khalifa untuk menenangkan gadisnya. Namun, yang ia lihat justru gurat merah dari pergelangan tangannya. Khalifa menunduk, ia masih terisak. “Mereka pegang tangan aku dengan keras Kak… mereka kasar dan menyeramkan….” Mendengar lirihan itu rahang Alby mengeras, menoleh ke kanan, ia dapati 11 orang itu yang tampak tertawa saja. “Ayo kabur, Kak. Mereka bukan tandingan kita,” ucap Khalifa kembali. Alby menatap Khalifa, memilih kabur? Itu bukan dirinya. “Tidak Alif, mereka harus membayar at

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 93

    Nyatanya bukan sehabis magrib Khalifa pulang, melainkan sehabis isya baru ia bisa pulang. Jangan tanyakan kenapa, karena saat ini Khalifa ingin sendirian, menjadikan ia habiskan beberapa waktu sendirian di kantor. Dan sekarang waktunya ia pulang beberapa security yang jaga pula sebagian sudah pulang, paling hanya beberapa yang tetap berjaga karena bekerja sesuai shif. Khalifa berjalan terburu-buru menuju mobilnya, lantas melaju membelah jalan tanpa menunggu lama. Takut kemalaman Khalifa makin mempercepat lajunya. Sebuah dering ponsel terdengar namun tak Khalifa gubris untuk mengangkatnya. Memilih abai Khalifa terus melajukan mobilnya di tengah keramaian. Namun, kala ia berbelok ia harus di hadapkan dengan jalan yang cukup sepi. “Huft, semoga tidak terjadi apa-apa.” Khalifa mengucap doa dalam hati. Mau bagaimana pun ia perempuan, dan jelas ia takut jika tiba-tiba ada hal aneh yang melintas. Suara bisingnya motor terdengar dari arah belakang, memusat perhatian Khalifa untuk m

  • Melahirkan Keturunan Untuk CEO   Chapter 92

    Khalifa menangkup kedua pipi di atas meja, bosan melanda hatinya. Hari ini tugas yang diberikan Aavar dalam mempelajari berbagai perbisnisan cukup menguras pikiran dan tenaga. Ternyata susah sekali untuk memahami berbagai persoalan dalam perbisnisan ini. Jika bukan karena otak yang encer mungkin Khalifa memilih tidur saja di atas kasur. Hari ini jam sudah menunjukan pukul empat sore. Tidak terasa, dari pagi sampai saat ini Khalifa menghabiskan waktu hanya di kantor saja, tentunya dengan Khanza. Namun, saat ini perempuan itu entah pergi ke mana, katanya izin keluar sebentar. “Khalifa, Om pulang lebih dulu ya, istri Om kasihan di rumah sendirian.” Tiba-tiba suara Aavar terdengar setelah pintu terbuka. “Kamu pulang lah, besok bisa dilanjutkan.” Punggung Khalifa berdiri tegap. “Nggak deh, Khalifa mau lembur. Soalnya masih banyak banget yang belum dikerjakan Om.” Aavar menoleh. “lembur?” Ia tertawa. “ya ampun Khalifa, ini kan cuma belajar aja. Gak usah terlalu dibuat serius jug

DMCA.com Protection Status