Share

Bab 16.

Author: Ellea Neor
last update Huling Na-update: 2024-12-24 21:32:42

Bugh!

Tendangan diberikan Sebastian tepat di tulang kering Ramon.

Pria itu sempat roboh, namun dia bangun dengan segera. Rasa sakit seolah tersamarkan dengan ekspresi dingin dan datar.

“Apa aku menyuruhmu mengunci pintu, hah?!” Nada suara Sebastian meninggi. Wajahnya menggelap, sorot matanya tajam seolah menunjukkan emosi berlebih. Telapak tangannya mengepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih.

“Saya tidak mengunci pintunya, Tuan,” ucap Ramon. Pria ini tidak banyak mengucapkan kata pembelaan. Namun, hal itu cukup membuat Sebastian meredakan emosi dalam dirinya.

“Kau yakin?” Sebastian memicingkan mata, mencoba mencari celah kebohongan melalui raut wajah Ramon.

“Tentu saja, Tuan. Saya selalu melakukan seuai perintah Anda.”

“Lalu siapa yang menguncinya?” Sebastian menuntut sebuah jawaban yang memuaskan.

Dengan tenang, Ramon menjawab. “Pasti ada orang lain, izinkan saya menyelidikinya, Tuan.”

Sebastian menghela napas berat, emosi dalam dirinya berkurang sejak Ramon mengatakan bahwa buka
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 17.

    Clara merasa merinding, dia mengkerut sembari menarik selimut. Jantung Clara berdegup kencang. Apa Sebastian ini sudah gila? Clara memang tidak lupa dengan kontrak perjanjian itu. Akan tetapi, haruskah melakukannya di rumah sakit? Clara jadi menyesal karena telah berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Clara tidak ingin melakukannya di sini, dia harus segera mencegah Sebastian. “Ah, kepalaku sakit.” Clara memegang keningnya. Sebastian menghentikan gerakan tangannya lalu menyunggingkan senyumnya. “Dia takut rupanya,” gumamnya dalam hati. Sebastian mengancingkan kembali kancing kemejanya lalu berkata. “Beristirahatlah, aku akan kembali satu jam lagi.” Clara mengangguk kaku. Dia lantas merebahkan tubuhnya dan menaikkan selimut sebatas dada. Setelah Sebastian menghilang dari pandangannya, Clara seketika benapas lega. Semenjak menerima kontrak bersama Sebastian, hidup Clara jadi tidak tenang. Ada saja tingkah pria itu yang membuat Clara berada dalam masalah. Salah satunya saat ini. Bag

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 18.

    Butuh waktu lama bagi Clara untuk mencerna ucapan Sebastian. Apa maksud pria itu? Apa Sebastian meminta dirinya untuk tinggal satu atap dengannya? Yang benar saja?"Kenapa?" tanya Sebastian karena melihat Clara diam saja.“Tuan, itu tidak mungkin. Dalam perjanjian tidak ada poin mengharuskan kita tinggal bersama,” ujar Clara setelah lama terdiam.“Ckkk…” Sebastian berdecak. “Clara, kamu melupakan satu hal, bahwa kamu tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan,” balas Sebastian.“Tapi, Tuan…” Ucapan Clara terpotong oleh suara Sebastian.“Tidak ada pilihan lain, Clara. Kamu menolak, artinya kamu melanggar. Kamu tahu ‘kan hukumannya jika kamu melanggar perjanjian. Itu artinya kamu harus bersedia membayar hutang dua kali lipat dari jumlah yang kamu pinjam.”Mendengar itu, kedua manik indah Clara melebar sempurna. Clara merasa dirinya sudah terjebak oleh permainan Sebastian.“Tuan, bagaimana dengan kedua mertua saya jika saya tidak datang ke rumah sakit?” debat Clara.“Aku tidak bilang k

    Huling Na-update : 2024-12-26
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 19.

    Kalau tidak ingat kontrak perjanjian itu, Clara pasti sudah menolak ajakan Sebastian. Pasalnya pria itu kembali ingin dilayani. Yang artinya Clara harus kembali menyerahkan dirinya kepada Sebastian.Pintu kamar dibuka, langkah kaki Clara sejajar dengan langkah pria di dekatnya. Begitu Clara masuk, dia tertegun untuk beberapa saat. Ini kamar yang berbeda dengan kamar sebelumnya. Lebih besar, lebih luas dan yang pasti lebih mewah.Bola mata Clara bergerak mengedar ke sekitar, dinding kamar bernuansa abu-abu ini sesuai dengan pribadi Sebastian yang dingin dan tertutup. Perlengkapan di dalam kamar Sebastian sangat menakjubkan.Tempat tidur yang besar dengan selimut bulu yang lembut dan yang pasti hangat. Ruang tamu dengan sofa besar. Meja rias dengan ukiran yang rumit dan juga indah. Bisa dibilang kamar ini lebih mewah dari kamar suite hotel bintang lima. Clara bahkan bisa memastikan bahwa kamar mandinya sangat besar meski tanpa melihat.Clara tersentak ketika sepasang tangan melingkar di

    Huling Na-update : 2024-12-27
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 20.

    Clara beraktifitas seperti biasanya, bangun pagi dan membersihkan diri kemudian bersiap untuk bekerja. Hanya saja dia merasa sedikit aneh karena dia harus mengikuti rutinitas di kediaman Sebastian seperti sarapan bersama. Biasanya, dia akan berangkat dari rumah sakit lantaran berjaga malam adalah tugas dirinya. Sementara saat dirinya bekerja pada siang hari, maka tugas berjaga berganti pada Julia, ibu William.Clara juga merasa aneh ketika dia selesai mandi, pakaian ganti sudah tersedia. Dua orang pelayan telah bersiap untuk membantu Clara untuk berias.“Silakan, Nona. Saya bantu berpakaian,” ucap salah satu pelayan.Clara tertegun untuk beberapa saat kemudian menjawab, “Terima kasih, aku bisa sendiri.”“Jangan ditolak.” Seseorang muncul dari arah walk in closet.Clara menoleh dan mendapati Sebastian dengan kostum setelan jas berwarna navy. Rambutnya di sisir ke belakang dengan sangat rapi. Aroma maskulin begitu menyengat, menembus indera penciuman Clara.Dia sedikit tercengang. Sebas

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 21.

    “Apa? Kenapa tidak boleh?” Clara refleks bertanya.“Hari ini kita akan sibuk, jadi sebaiknya kamu fokus pada pekerjaan saja.” Sebastian berucap tanpa memandang lawan bicaranya. Entah mengapa saat mendengar Clara meminta izin untuk menjenguk suaminya, Sebastian jadi kesal sendiri.“Apa jadwal kita hari ini?” tanya Sebastian sengaja mengalihkan topik pembicaraan.Clara segera meraih buku catatan dan membukanya. Jadwal hari ini sudah dia rekap kemarin malam. Sesibuk apa pun dirinya, Clara harus menyempatkan diri untuk hal semacam ini karena ini sudah merupakan tugasnya.Saat Clara membaca buku catatannya, dia melihat ada beberapa jadwal penting di antaranya pertemuan dengan dua orang pemimpin perusahan besar yang akan dilakukan di luar kantor. Selebihnya tidak ada yang penting.“Kenapa diam? Kamu tuli?” sergah Sebastian. “Cepat bacakan!” serunya lagi.Clara segera melakukan apa yang Sebastian perintahkan. Dengan lantang Clara membacakan jadwal kegiatan pada hari ini dan berhasil menarik

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 22.

    Stella berlari meninggalkan Clara setelah mengatakan demikian. Dan itu membuat Clara semakin dikurung rasa penasaran. Apa yang membuat Stella menangis seperti itu hingga berakhir menyalahkan dirinya? Setahu Clara, dirinya tidak pernah berbuat buruk terhadap wanita itu. Bahkan ketika Stella menyalahi dirinya, Clara diam saja.Clara menatap pintu ruang kerja Sebastian. Clara berpikir bahwa akar permasalahannya berasal dari dalam sana. Tidak ingin terus dirundung rasa penasaran, Clara harus segera mencari tahu.Clara masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu, dan itu berhasil menarik atensi dua orang pria yang ada di dalam ruangan.“Clara! Kamu bisa mengetuk pintu terlebih dahulu!” protes Sebastian. Suaranya terdengar meninggi.“Maafkan saya, Tuan,” ucap Clara. Dia juga tidak tahu bahwa di sini juga ada Ramon. Clara menatap pria itu sekilas kemudian kembali pada Sebastian.“Tuan, apa yang terjadi pada Stella? Kenapa dia menyalahkan saya?” tanya Clara langsung pada intin pembicaraan. Dan itu

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 23.

    Pikiran Clara seketika berfantasi liar ke mana-mana. Namun hal itu segera dipatahkan oleh Sebastian.“Kita sudah melewatkan waktu makan malam, jadi sebaiknya kita makan sekarang.”Clara seketika bernapas lega. Dia nyaris saja berpikir bahwa Sebastian ingin dilayani di saat-saat seperti ini. Padahal pria itu terlihat lelah.Pukul 19.00 waktu setempat, keduanya tiba di sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota. Sebastian sudah melakukan reservasi terlebih dahulu.Sebastian mengajak Clara masuk, namun, tidak untuk Ramon. Dan itu menimbulkan rasa tidak enak hati Clara terhadap Ramon. Clara menatap pria yang masih berdiam di balik kemudi mobil, selanjutnya mobil itu bergerak menjauhi area restoran.“Tuan, mengapa Tuan Ramon tidak ikut dengan kita?” tanya Clara sembari mengekor di belakang Sebastian.Yang ditanya seketika melirik ke samping sekilas sebelum akhirnya menjawab. “Dia sudah tahu tugasnya, jadi kamu tidak perlu memikirkan dia.”Clara cukup lega mendengarnya. Mungkin saja

    Huling Na-update : 2024-12-28
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 24.

    Sebastian menyunggingkan senyumnya. Kenyataan bahwa Clara telah tertidur membuat Sebastian senang. Secara otomatis Clara tidak jadi mengunjungi suaminya. Dan hal itu menimbulkan ketenangan tersendiri bagi Sebastian.Tidak sia-sia Sebastian mengulur waktu. Sebastian memang sengaja mengajak Clara di restoran yang terkenal dengan pelayanan terlama. Dan tujuannya agar Clara melupakan niatnya menjenguk suaminya. Dan Sebastian telah berhasil.“Ke mana lagi, Tuan?” tanya Ramon sebelum kembali menjalankan mobilnya.“Kita pulang sekarang!” titah Sebastian.“Baik.”Kendaraan hitam mengkilat itu bergerak menjauhi area restoran. Sebastian terlihat sangat senang seolah baru mendapatkan sebongkah berlian. Padahal hanya hal kecil yang nilainya tidak ada harganya.Sebastian melirik ke samping dan melihat wanita yang dalam kondisi menutup mata. Dengkuran halus terdengar dan membuat Sebastian yakin bahwa Clara benar-benar tertidur.Tiba di mansion, Ramon keluar terlebih dahulu kemudian membukakan pintu

    Huling Na-update : 2024-12-29

Pinakabagong kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 223.

    Sementara Dareen mulai bekerja sebagai OB. Sebastian kini memulai rencana dengan memberi pelajaran pada Ziyon dan kedua temannya. Atas perintah langsung dari Sebastian, Ramon mulai menjalankan tugasnya dengan serius. Penyelidikan terhadap Ziyon, pria yang telah menculik Dareen dan menimbulkan kekacauan besar dalam kehidupan mereka, menjadi prioritas utama. Dalam waktu singkat, Ramon berhasil menemukan jejak keberadaan pria itu. Ziyon ternyata telah mulai membangun kembali kehidupannya setelah keterpurukan. Dengan bantuan seorang temannya yaitu Jordy. Diia kini bekerja sebagai bartender di sebuah bar eksklusif yang terletak di kawasan hiburan malam kota Arbour. Bar tersebut dimiliki oleh Jordy, teman baiknyaa yang dikenal memiliki koneksi luas dan loyalitas tinggi terhadap orang-orang yang dianggapnya keluarga. Ramon mengamati dari kejauhan, berdiri di antara bayangan bangunan seberang jalan. Dia menyaksikan bagaimana Ziyon melayani para pengunjung dengan senyum ramah, seolah-olah

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 222.

    Dareen berdiri di sisi meja dengan senyum yang melebar, tampak sedikit gugup. Dia mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tatapannya langsung bertemu dengan mata Sebastian. Sebastian menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruangan. Ramon pun segera menutup pintu dan memberi mereka ruang. "Untuk apa kamu datang kemari?" hardik Sebastian dengan tatapan intens. Terlihat sinis, dan selalu saja begitu. Namun, kali ini Dareen tidak takut. Dia datang dengan tujuan baik. Dareen menarik napas dalam. “Aku datang... untuk mengucapkan terima kasih kepada Kak Bastian. Untuk semuanya. Karena telah menyelamatkanku, karena telah menolong Mom, dan... karena tidak pernah membenciku, meskipun aku banyak menyakitimu di masa lalu.” Sebastian menatap Dareen. Wajahnya tenang. Sebelah alisnya terangkat ke atas. "Hanya itu saja 'kan?" “Ya, tapi tetap saja. Aku merasa harus mengatakannya.” Dareen tersenyum kecil. “Dad juga menyuruhku untuk belajar mengharga

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 221.

    Louis mengernyit, matanya membelalak saat mendengar penuturan Dareen tentang siapa yang telah menyelamatkannya dari peristiwa penculikan itu. Dia tak menyangka bahwa nama yang kembali disebut adalah Sebastian.“Bastian?” ulang Louis, suaranya pelan namun penuh tekanan. Saat dia datang ke rumah Sebastian untuk meminta bantuan, pria itu sedang pergi ke luar. Rupanya dia pergi untuk ini. "Jadi dia yang menyelamatkanmu?" ulang Louis. Dareen mengangguk pelan. Dia dapat melihat jelas ekspresi keterkejutan yang muncul di wajah ayahnya. “Ya, Dad. Dia yang datang dan menyelamatkanku... tepat waktu. Kalau bukan karena dia, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”Louis bersandar pada sandaran kursi rumah sakit, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Tatapannya menerawang, seolah mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Nama Sebastian telah lama berseliweran dalam kehidupan keluarga mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dia tahu, pria itu punya peran besar dalam

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 220.

    220. Begitu mendengar kabar mengenai kondisi ibunya yang dikabarkan memburuk, Dareen segera meminta izin kepada sang kakek untuk pergi ke rumah sakit. Tentu hal itu sudah mendapat persetujuan dari Maxime. Pria itu bahkan memberikan perintah kepada salah satu sopir keluarga untuk mengantarkannya. Sikap tersebut membuat Dareen merasa sedikit lega sekaligus bersyukur."Ke rumah sakit St. Mary's," ucap Dareen kepada Sopir. "Baik, Tuan." Deru mesin kendaraan terdengar. Mobil yang dikendarai salah satu anak buah Maxime itu bergerak perlahan menjauhi halaman kediaman Maxime. Di dalam kendaraan, Dareen duduk dengan gelisah. Pandangannya menatap kosong ke luar jendela, mengikuti bayang-bayang pepohonan dan bangunan yang melintas cepat seiring laju mobil. Hatinya dipenuhi rasa khawatir. Selama ini Lucia adalah orang yang selalu mendukungnya. Dalam keadaan apa pun. Wanita itu akan menjadi garda terdepan untuk dirinya. Itu sebabnya Dareen merasa sedih mendengar kondisi ibunya. Perjalanan m

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 219.

    Maxime tampak tenang, namun di balik ketenangan itu, menyimpan sebuah keterkejutan. Maxime tidak pernah menyangka bahwa Sebastian akan turun tangan sendiri untuk membantu Dareen. Selama ini, yang dia ketahui, hubungan antara kedua cucunya itu dipenuhi oleh kesenjangan yang dalam—sebuah jurang pemisah yang tampak mustahil untuk dijembatani. Perbedaan karakter, pandangan hidup, bahkan latar belakang pengalaman membuat mereka seperti dua kutub yang bertolak belakang. Maxime telah lama menerima kenyataan bahwa mereka tidak akan pernah akur, apalagi saling mendukung."Apa kamu yakin itu Bastian?" Maxime perlu memastikannya. Vanno masih berdiri tegak. Tatapannya tampak serius. Kemudian dia menjawab, "Ya, Tuan. Tuan Muda Bastian ditemani oleh asistennya, Ramon." Melihat wajah penuh kesungguhan yang ditunjukkan Vano, Maxime tidak ragu lagi. Pria yang dimaksud oleh Vanno adalah Sebastian Abraham, cucunya. "Begitu rupanya." Maxime mengangguk samar. Selama ini Sebastian selalu bersikap din

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 218.

    Napas Dareen tertahan di tenggorokan. Udara yang sedari tadi terasa dingin kini seperti membekukan paru-parunya. Jantungnya berpacu cepat, berdentum keras dalam dada seakan hendak melompat keluar. Langkahnya melambat saat dia memasuki ruang utama rumah besar itu—ruangan luas yang dipenuhi ornamen antik dan atmosfer kekuasaan yang begitu kental.Di tengah ruangan, duduklah seorang pria tua dengan sikap tenang dan wibawa yang tak terbantahkan. Maxime Abraham, sang kakek, sedang menyilangkan kaki di atas kursi berlengan, mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang tampak begitu rapi. Sorot matanya tajam, nyaris tak berkedip, seolah mampu menelanjangi seluruh isi pikiran lawan bicaranya hanya dengan sekali pandang. Di belakangnya berdiri seorang Damian, sang asisten pribadi. "Ka-kakek!" Dareen merasa lidahnya kelu. Bibirnya kaku. Namun yang membuat tubuh Dareen semakin kaku adalah senyuman yang menghiasi bibir pria tua itu. Sebuah senyum tipis yang tampak sopan di permukaan, namun menyi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 217.

    217. Sebastian terdiam. Tatapannya berubah tajam. Ekspresi wajahnya tak seramah sebelumnya. Bahkan terkesan sinis dan meja."Kenapa dia menemuimu?" Suara Sebastian terdengar dingin. Sebastian terdengar geram, tapi dia tetap bersikap tenang. Dia tidak ingin menunjukkan rasa cemburunya kepada Clara. Yang terpenting adalah Clara sudah menjadi miliknya, dan dia tidak akan pernah melepaskannya.Clara terdiam, otaknya bekerja cepat menyusun kata-kata."Sepertinya kami bertemu secara kebetulan." Singkat, padat, dan jelas. Clara menjawabnya dengan jujur. Sebastian terdiam, dia menangkap sesuatu dari ucapan Clara. Pikirannya bekerja secara kritis. "Apa yang dia inginkan?" tanya Sebastian, suaranya terdengar sedikit kasar. Seseorang yang pernah disakiti, tiba-tiba muncul. Baik sengaja atau tidak, entah mengapa Sebastian merasa bahwa William memiliki maksud tertentu. Clara menggigil sedikit ketika Sebastian membantunya membersihkan tubuhnya. "Aku tidak tahu," katanya. "Tapi aku merasa dia t

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 216.

    Clara terkejut ketika merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Dia langsung mengenali aroma khas yang melekat pada tangan itu. Senyum tipis tersungging di bibir sensualnya. "Sayang!" serunya, berputar untuk menghadap suaminya. Iris matanya menangkap wajah sang suami yang tampak lebih segar, sepertinya pria itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut basah dan aroma sabun dan shampoo yang menguar dari tubuh pria itu. Sebastian tersenyum, mata coklatnya berbinar menyambut istrinya. "Aku rindu," katanya, menarik Clara ke dalam pelukan. Clara merasa sedikit lega ketika menyadari bahwa yang memeluknya adalah Sebastian, bukan orang lain. Kekhawatiran serta kecemasan yang merundungnya sejak tadi seketika lenyap ketika melihat wajah Sebastian, suaminya. "Aku juga rindu," jawabnya, membalas pelukan suaminya. Mereka berdua berdiri di sana sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain. Setelah beberapa saat, Sebastian melepaskan pelukannya dan memandang Clara dengan mata ya

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 215.

    Clara tercekat. Jantungnya berdegup kencang, seolah hendak melompat keluar dari rongga dada. Tatapan matanya yang biasanya tenang, kini membelalak dalam keterkejutan. Manik mata beningnya membesar saat menyadari keberadaan William yang tiba-tiba muncul begitu dekat dengannya, terlalu dekat. Udara yang berhembus di sekitar seolah ribuan jarum yang menelusup kulit. "William...kamu..." Kehadiran pria itu membangkitkan gelombang emosi yang sulit dia kendalikan. Seketika kewaspadaannya meningkat tajam. Seluruh instingnya bekerja, memperingatkan bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Clara menggenggam tas di tangannya lebih erat, berusaha tetap tenang meski firasat buruk menggelayuti hatinya. Entah apa yang sebenarnya diinginkan William, namun Clara merasa, kali ini kehadirannya bukan semata kebetulan. "Aku harus pulang. Sampai jumpa..." Belum selesai Clara berucap, William lebih dulu memotong. "Sampai jumpa? Itu artinya kamu menginginkan pertemuan kita selanjutnya? Baiklah!" "Apa?

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status