Edgard tidak mau menanggapi ucapan Collin, sedangkan Collin sendiri langsung dibungkam oleh Nara karena bagi Nara, Collin sudah tidak sopan. Sementara Edgard sendiri tidak mau menanggapinya lagi. Hatinya masih kesal, tapi anehnya, Edgard juga masih belum mau pergi dari sana, seolah ada sesuatu yang menahan kakinya agar tidak pergi sama sekali. "Bos, bagaimana? Apa yang kita lakukan di sini? Apa kau tidak mau mendonorkan darahmu?" bisik Jefry yang sudah entah ke berapa kalinya sejak tadi. "Sial, Jefry! Aku tidak akan mendonorkan darahku yang berharga ini untuk anak wanita itu! Kalaupun ada yang harus melakukannya, cari saja ayah kandungnya yang tidak jelas itu, mengapa harus aku? Sial!" "Eh? Ayah kandungnya?" Jefry pun terdiam mendengar ucapan Edgard, namun ada banyak pertanyaan absurd yang mendadak muncul di otak Jefry tentang ayah kandung si kembar. Tidak ada yang bicara lagi setelahnya karena Janice hanya bisa menangisi Calista yang masih begitu lemas. Calista sendiri tidak ba
Janice tidak berhenti bersyukur saat akhirnya ia bisa melihat Calista tidur dengan nyenyak sore itu setelah mendapatkan transfusi darah dari Edgard. Rasanya hati seorang Ibu begitu lega sekarang. Janice pun sama sekali tidak menyesal sudah membuat kesepakatan gila itu dengan Edgard selama itu demi keselamatan anaknya. "Janice, bosmu itu begitu baik, tapi mengapa sikapmu begitu kurang ajar padanya! Ibu tidak habis pikir denganmu!""Tapi Ibu masih merasa pernah melihatnya di mana ya selain di supermarket waktu itu. Ibu tidak bisa mengingatnya, tapi syukurlah ternyata darahnya cocok dengan Calista." Nara tidak berhenti berbicara sendiri walaupun Janice sama sekali tidak menanggapinya. Janice hanya tetap duduk di samping Calista dan membelainya. Biarkan saja Nara berpikiran apa pun sekarang, tapi Janice tidak akan mengatakan apa pun karena memang waktunya sama sekali tidak tepat. Janice pun tidak mau memikirkan hal lainnya selain kesembuhan Collin dan Calista. "Mama, Collin lapar.
Janice begitu tegang saat melihat Edgard terus memperhatikan Collin dan Calista.Janice pun segera memutus kontak mata itu dan mendadak sibuk mondar-mandir untuk mengalihkan perhatian Edgard. Dan cara itu ampuh karena Edgard mendadak sudah tidak memperhatikan si kembar lagi, tapi malah memperhatikan Janice yang langsung melayani anaknya itu. "Ini ... kita lihat apa saja yang dibawa," gumam Janice. Jefry yang mendengarnya pun langsung maju dan kembali menjelaskan barang bawaannya, layaknya seorang sales yang sedang mempromosikan barang dagangannya. "Ini ada jus buah katanya bagus untuk menaikkan trombosit. Biasanya kalau demam berdarah memang disarankan minum jus ini, jus jambu biji. Kalian pasti akan suka!" Jefry mengangkat kotak jus dan memperlihatkan pada anak-anak yang langsung antusias itu. "Lalu ini ada keju! Karena anak-anak menyukai keju jadi makan makanan yang disukai saat sakit itu bisa meningkatkan imun tubuh juga."Jefry kembali menunjukkan kejunya pada anak-anak yang
Tiga hari berlalu dan si kembar pun akhirnya diijinkan untuk keluar dari rumah sakit. Janice dan Nara pun begitu lega dan mereka tidak berhenti bersyukur melihat Collin dan Calista yang kembali aktif dan ribut seperti biasa. Jefry mengurus semua pembayaran rumah sakit dan Janice benar-benar tidak mengeluarkan satu sen pun untuk biaya rumah sakit itu. Jefry membantu mengantarkan Janice dan yang lain pulang ke rumah dan selama tiga hari itu, Janice tidak pernah melihat Edgard lagi datang ke rumah sakit. Bukannya rindu, tapi Janice hanya penasaran mengapa pria brengsek itu tidak menampakkan batang hidungnya lagi. Janice pun akhirnya menekan harga dirinya dan bertanya pada Jefry. "Hei, mengapa bosmu tidak pernah menjenguk anak-anak lagi?" Jefry langsung terkekeh. "Apa kau mau bosku menjenguk anak-anakmu?" "Jangan halu! Aku hanya penasaran karena dia terus bilang kalau aku tidak bisa lepas darinya, tapi sekarang mendadak dia yang menghilang!""Haha, tenanglah, Janice! Dia tidak meng
"Itu ... tugas pelayan apa?""Buatkan aku kopi lalu pijati aku!"Janice pun langsung membelalak mendengarnya. "Apa? Buatkan kopi? Kau pikir aku office girl? Bukankah di kantor ini ada orang yang biasa membuatkanmu kopi, mengapa aku yang harus melakukannya?""Tapi aku tidak mau orang lain, aku mau dibuatkan kopi olehmu, Janice. Jadi cepatlah buatkan kopi untukku, bawa ke sini lalu pijati aku! Aku lelah sekali setelah pulang dari luar kota tadi malam." Janice makin menganga mendengarnya. "Pijat? Kau pergi saja ke tempat pijat refleksi kalau kau memang pegal-pegal! Sekalian saja ke tempat refleksi plus-plus agar ada yang bisa menangani ular sanca di bawah sana yang suka memaksa melecehkan wanita baik-baik!" desis Janice geram. Edgard yang mendengarnya langsung memicingkan matanya. "Ular sanca? Memaksa melecehkan wanita baik-baik? Siapa wanita baik-baiknya? Kau? Kau sudah bukan perawan, Janice! Lagipula kau dan ular sancaku juga adalah teman lama jadi dia tidak melecehkan siapa pun di
Edgard sudah duduk manis di mobilnya saat melihat Janice yang masih berdiri di depan gedung perusahaan karena menunggu Pak ojek. Setelah dipijat oleh Janice tadi, Edgard mengusir Janice keluar dan Janice pun bernapas lega. Janice kembali melanjutkan pekerjaannya sampai jam pulang kantor tiba dan berniat pulang lebih cepat, tapi sialnya Pak ojek malah terlambat menjemputnya. Janice sendiri masih terus mengumpat kesal saat tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya dan ia melihat wajah Edgard begitu kaca mobil dibuka. "Masuk, Janice!" titah Edgard tegas. "Untuk apa aku masuk ke mobilmu? Aku tidak mau masuk!" tolak Janice. "Kubilang masuk, Janice! Kau ingat siapa kau kan? Masuk atau aku akan meminta orang menculikmu lagi seperti waktu itu!" Janice terdiam mendengarnya sambil mengerjapkan matanya. "Astaga, kau mengancamku ya! Dasar keterlaluan! Coba saja kalau kau berani macam-macam! Ini di tempat umum dan akan ada banyak orang yang melihatmu!""Memangnya aku peduli? Kau sendiri
"Ini rumah Calista, Uncle!" Calista terus menggandeng Edgard, sedangkan Collin sudah melepaskan gandengannya dan berlari masuk menghampiri Janice dan Nara. "Ayo, Uncle!" ajak Calista lagi sampai Edgard merasa kikuk sekarang. Ia hanya bisa terus mengikuti Calista walaupun sebenarnya ia tidak mau masuk ke rumah kecil ini. "Eh, Pak Edgard, apa kabar? Astaga, aku malu sekali menerimamu berkunjung di sini karena rumah kami sempit dan kotor," kata Nara sungkan. "Ah, tidak apa, Oma!" Edgard tidak menyahutinya dan malah Jefry yang menyahut. "Bosku ini sudah biasa blusukan! Haha!" "Astaga, benarkah begitu? Ayo, silakan duduk di sini, Pak!" Nara buru-buru membersihkan kursi di meja makan dan mempersilakan Edgard duduk, sedangkan Calista sudah mengernyit bingung. "Apa itu blusukan, Uncle?" tanya Calista yang sekarang berdiri di samping Edgard dengan gaya begitu manis. Edgard pun sempat menahan napasnya sejenak karena ia sama sekali tidak mengharapkan interaksi apa pun dengan keluarga Ja
Edgard masih mematung tidak jelas saat akhirnya suara Jefry pun terdengar di sana. "Hmm, kurasa Oma benar, Bos. Sekali-sekali kita makan di sini saja ya! Aku juga bosan makan steak terus," celetuk Jefry tiba-tiba."Eh, memangnya Uncle makan steak setiap hari ya? Wow, Calista juga mau ...," pekik Calista antusias sambil menatap Jefry.Jefry hanya tersenyum mendengarnya, namun mendadak Edgard yang menyahutinya. "Kalau kau mau, kau juga bisa makan steak setiap hari," sahut Edgard tiba-tiba sambil menatap Calista layaknya seorang pria yang menatap cinta pertamanya. Semua orang pun terus menatap bingung melihat sikap Edgard yang lebih diam, lebih jinak, dan lebih lembut hari ini. Sedangkan Calista yang mendengar ucapan Edgard pun langsung menatap Edgard dengan mata yang berbinar-binar. "Apa Uncle mau mengajak Calista sama Collin makan steak?" Edgard sendiri langsung menelan saliva mendengarnya. Sial! Mengapa lagi-lagi Edgard terpaku mendengar ajakan Calista. Ada keinginan dalam diri