Semua tentangmu, akan selalu jadi yang terkenang. Bahkan hatiku, akan tetap menjadi milikmu.
~May i go ? - Hansaehi
Tiring tiring tring..!
Bunyi lonceng di pintu masuk membuyarkan lamunanku tentangnya, mengganggu saja, mungkin aku harus kembali ke apartemenku agar lebih nyaman untuk kembali mengingatnya. Aku kembali termenung, rasanya terlalu sulit untuk menghilangkannya dari ingatanku apalagi dari salah satu organku yang dikenal dengan nama hati. Terlalu banyak kenangan akan nya. Tentang senyumnya, tawanya, bahkan tangisnya. Bahkan kenangan itu sendiri sudah terukir di hatiku dan selamanya akan selalu membekas di dalam hatiku. Kruyuukkk bunyi perutku.
Ahh... ternyata mengingat kenangan itu di perlukan tenaga yang banyak. Untuk mengisi kembali tenagaku aku memesan Spaghetti Carbonara dan untuk minuman kali ini adalah Green tea frappe. Sembari menunggu pesananku datang aku menyapu pandanganku ke sekitar. Cafe ini ternyata cukup banyak di minati rupanya. Pengunjungnya berisi para muda mudi yang seperti baru saja dipanah panah asmara, para keluarga yang menikmati liburan mereka, para gadis atau wanita yang berkumpul untuk bergosip, dan mungkin para jomblo seperti ku yang sedang patah hati.
Padahal cafe ini terhitung berumur tua di wilayah ini, karena aku dan dia sering menghabiskan waktu di sini dahulu dan hal paling tersembunyi dari diriku juga ada di sini. Tapi desainnya yang menarik dengan paduan berbagai mural dengan tema kopi dengan nuansa coklat klasik di dinding dan tempatnya yang strategis mungkin menjadi salah satu sebabnya cafe ini memiliki pengunjung yang banyak. Aku baru menyadarinya sekarang, mungkin karena aku terlalu banyak melamunkannya, pikirku. Pemikiranku membuatku tersenyum sendiri.
Ahh... mengingatnya saja bisa membuatku tersenyum. Lamunanku buyar saat pramusaji menyajikan pesananku. Hmm.. aku tak sabar menyantap hidangan dihadapanku. Selama aku mengunyah makanan aku merasakan cita rasanya dan mulai mengoceh sendiri di pikiranku, spaghetti carbonara adalah salah satu makanan yang sering aku pesan di cafe ini, aku menyukai saus cream yang membuat cita rasa pasta bertambah dagingnya juga gurih dan sangat mudah untuk digigit. Makananku habis, dan aku baru sadar satu hal, tiga tahun lalu aku tidak pernah sekalipun menyukai minuman sejenih teh, karena menurutku rasanya membosankan. Tapi tiga tahun belakangan ini aku sepertinya tanpa sadar memesan minuman sejenis teh. Dan minuman di hadapanku membuktikan itu semua, Green tea frappe. Seperti dia, Ahh aku teringat lagi tentang gadis menyebalkan tapi ngangenin+gemesin+imut+lucu dan +++++. Pikiranku menerawang kembali ke ingatan masa laluku saat kami pertama kali berkencan.
Surabaya, 02 Oktober 2017
Pertama kali kami berkencan di hari itu. Semuanya serba canggung dari aku yang menjemputnya di rumahnya dan berpamitan dengan orang tuanya. Dia yang bingung meletakkan tangannya dimana saat di bonceng oleh ku, kali ini aku naik motor. Aku menyuruhnya memelukku saja, tapi dia malah meletakkan kedua tangannya di bahuku. Aku tersenyum kecil kala itu dan semakin melebarkan senyumku saat melihat wajahnya tersipu malu dari spion. Kami berhenti di depan restoran sushi karena dari informasi yang kudapatkan dari hasil tanya sana-sini dengan teman-temannya dan ibunya mereka mengatakan kalau dia menyukai sushi ichi.
Aku memasuki pintu resto dengan menggenggam tangannya yang dingin dan juga berkeringat, berbeda denganku tanganku yang biasa saja menggenggamnya -ehemm.. biasa mantan playboy- tapi lain dengan jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku menuntunnya ke meja yang sudah ku pesan. Kencan pertama untuknya harus yang spesial bukan? Jadi aku sudah menyiapkan ini semua dari seminggu yang lalu. Saat kami duduk berhadapan di depan meja, suasana canggung mulai mendera. Jika ini waktuku berkencan dengan pacar yang menembakku duluan mungkin aku akan menggombalinya, tapi ini lain bung, dia spesial, karena aku yang memilihnya. Mari kita skip bagian pertunjukan musik dan makanan pembuka. Saat makanan utama datang dia terkejut saat melihat isinya, mungkin dia tak menyangka saat melihat model resto ini yang beraroma eropa bukan jepang. Ia menyantapnya makanan kali ini dengan lahap tak seperti hidangan pembuka yang ia makan ogah-ogahan. Aku bertanya apa dia suka makanannya, dan dia menjawab dengan panjang lebar dan dikali luas, saking banyaknya hal yang ia bicarakan,tapi aku suka.
Aku suka bagaimana matanya berbinar saat menceritakan pengalamannya pertama kali menyukai makanan jepang itu, bagaimana tangan halusnya menyingkirkan rambut yang nakal mengganggu wajahnya. Aku terpesona akannya kata-katanya seperti udara kuhiraukan tapi tetap ku hirup, artinya aku masih mendengarnya walau sedikit-sedikit sibuk terpesona akannya yang pandai berbicara itu, mungkin ia ingin menjadi presenter pikirku, dan untuk menghargainya ku berikan senyum termanisku sepanjang ia bercerita. Dari situ suasana mulai mencair kami mulai saling menceritakan diri satu sama lain, pengalaman-pengalaman yang kami lewati, dan hal-hal konyol yang pernah kami lakukan. Di situ kami mulai menemuka chemistry . Bermula dari sepotong sushi, menjadi sebuah perekat dua insan yang sedang dimabuk asmara.
Sebagai hidangan penutup pihak resto menghidangkan seteko teh asli jepang, teh sencha, teh yang dipetik dari daun segar yang kemudian di kukus untuk menghentikan fermentasi. Dan dia kembali bercerita tentang pengalamannya saat pertama kali meminum teh sencha, siapa yang mengajaknya, bersama siapa saja, kapan, dan dimana ia ungkapkan semua padaku yang kadang ia selingi dengan meminum tehnya. Sama seperti tadi aku membiarkan ia kembali bercerita sepuasnya, membagi ceritanya padaku dan hanya ku balas dengan senyum indahku. Ibunya telah mengingatkanku jika dia sudah mulai cerita tentang hal yang di sukainya dia tidak akan berhenti bercerita sampai ia benar-benar sudah berhenti dan jangan pernah menyelanya atau dia akan badmood sepanjang hari, aku boleh menanggapinya saat ia bertanya padaku, ibunya telah mewanti-wanti ku, terimakasih tante.
Ucapku dalam hati dan tadi sudah disampaikan saat aku bertanya pada ibunya makanan kesukaannya. Ceritanya ia tutup dengan bagaimana ia mendeskripsikan citra rasa teh itu. Dan aku sebagai pendengar setia tetap mendengarkannya. Terakhir ia bertanya pendapatku akan rasa teh itu, aku menjawab 'teh nya nyaman dan menentramkan, seperti orang yang ada di hadapanku'. Pipinya memerah, ia cepat-cepat menunduk agar aku tidak melihatnya.
Terlambat.. aku sudah tahu. Aku tertawa memandangnya lucu, ia marah dan lari keluar resto. Aku mengejarnya dan berhasil ku tangkap saat mencapai pintu keluar. Menjelaskan bahwa ia terlalu cantik dengan pipi memerah itu dan aku menganggap itu lucu karena itu terlalu menggemaskan. Ia paham dan mulai tersenyum malu-malu, adegan romantis kami harus buyar karena ada pasangan yang permisi ingin keluar dan kami menghalangi jalan mereka.
Kami menyingkir keluar sambil bergandengan tangan dan dengan senyum yang mengembang. Tak seperti tadi awal kita masuk resto, kikuk dan canggung. Saat ini.. genggaman tangannya terasa hangat membuat jantungku berdetak 2 kali lebih dari yang tadi apalagi saat aku menoleh dan melihat senyumnya yang indah. Dalam hatiku aku berkata ini adalah kenangan yang akan selalu kuingat seumur hidupku. Pulangnya, saat kami berkendara dia tidak lagi meletakkan tangannya di bahuku, melainkan di depan perutku, artinya, ia sedang memelukku, kami tersenyum bahagia di sepanjang perjalanan pulang. Tanpa kata, membiarkan hati yang merasakan. Dan rasanya aku harus mengingat satu hal ini. Untuk tidak mengajaknya makan malam, karena mungkin kami akan pulang besok paginya karena terlalu asik dengan ceritanya. Ungkapku dalam hati.
"Sorry sir.."
Dengan kamu yang sudah mengisi hatiku, itu sudah cukup.Terimakasih untukmu, karena telah mengisi hatiku. Walau kamu disampingku hanya sebentar tapi kau akan selalu membekas. Dan itu sudah cukup bagiku. Sekali lagi terimakasih cinta.~May I Go -Hansaehi"Sorry sir..... kami akan menutup cafe kami 10 menit lagi ini bill nya." Ucap pelayan kafe menegurku sekaligus memecahkan balon lamunanku"Oh, sure. Ini.. " ucapku memberi uang sesuai dengan yang tertera di bill"Thank you, sir. Happy holiday" ucapnya sambil tersenyumAku balas tersenyum padanya sebentar dan mulai beranjak pergi.Apartemenku hanya berjarak 500 meter dari tempat ini, jadi aku memilih jalan kaki untuk kembali. Saat kakiku melangkah aku kembali berpikir.Dirinya sudah mengisi hatiku bahkan hingga titik terdalamnya, hingga aku sendiri tidak mampu untuk menjangkaunya lagi untuk mengeluarkannya. Tapi aku sendiri juga tidak ingin melepaskannya atau membuangnya dari tit
Mengingatmu membuatku menguarkan luka yang tak terlihat.Pedih, tapi aku suka sensasinya.~May i go?Ku buka mataku tapi refleks menutup kembali saat melihat cahaya lampu yang terlalu terang. Kembali ku buka mataku, kali ini dengan perlahan. Mengerjab-ngerjabkannya sebentar untuk menyesuaikan cahaya.Ku lihat sekeliling untuk memastikan berada dimana diriku. Dinding putih dengan bau obat-obatan yang menyengat hidungku, juga jarum infus yang tertancap di tangan kananku, sudah cukup menjelaskan dimana aku berada.Rumah sakit.Tempat yang paling ku benci di dunia ini.'Ahh aku mau pulang.'Tepat saat kalimat terakhir dalam benakku kuucapkan, pintu terbuka, menampakkan seorang wanita dengan daster motif bunga-bunga dan kerutan di wajah cantiknya.Aku membenci kerutan di wajahnya. Karena itu semua disebabkan olehku.Cepat-cepat wanita yang biasa kupanggil mama menghampiriku dengan ekspresi khawatir yang sudah melekat
Kamu selalu bertingkah konyol, anehnya, aku selalui menyukai itu.5Aku memilih meninggalkan rumah sakit keesokan paginya. Aku tak menyangka bahwa Tuhan masih memberi aku ,anak yang sangat durhaka pada ibunya, kesempatan untuk hidup. Kemarin saat aku melamunkan dirinya, aku yang terhanyut akan kenangan kita tak menyadari ada mobil yang oleng ke arah jalan dan hampir menabrakku, beruntung pemilik mobil segera memutar setir dan hanya menyenggolku, namun aku yang terjatuh dan kepalaku yang terhantam aspal aspal jalan membuat aku kehilangan kesadaran dan segera dilarikan ke rumah sakit. Administrasi rumah sakit juga di tanggung oleh pemilik mobil.Kemarin saat aku sedang sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi dan membawa kabar yang dapat menenangkan hatiku yang bergemuruh. Mamaku mengirimkan pesan padaku agar bahwa mama baik-baik saja dan hanya shock karena kecelakaan yang aku alami, dan dia berpesan agar aku harus mengina
Dduukkk"Ahh!"Aku mengerang kesakitan. Kepalaku berdenyut. Sebuah bola basket menghantam kepalaku.Seorang pria dewasa dan anak kecil mendekat ke arah ku, anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar tujuh tahun itu mengambil bola basket yang menggelinding di sebelah kursi taman, membawanya dalam pelukannya di depan perutnya, kemudian kembali ke sisi pria itu. Pria itu kemudian tersenyum tidak enak sambil menatapku."Maaf, Pak. Saya sedang mengajari anak saya bermain basket. Ayo, 'Nak minta maaf," ujarnya meminta anaknya untuk meminta maaf padaku. Awalnya anak itu menatap polos ayahnya, kemudian dengan wajah tanpa dosanya itu dia menatap wajahku. "Maaf ya, Om," ucapnya.Hah sudahlah ini juga salahku, batinku mencemooh diriku yang kembali teringat tentang gadis berambut coklat yang terus menghantui pikiranku, bahkan hanya dengan melihat fotonya yang ada di laya
Tapi tiba-tiba dia mendorongku sampai jatuh dari sofa."Aww." Bokongku mendarat dengan sempurna, beruntung karpet bulu di sekitar sofa memiliki ketebalan yang lumayan sehingga membuat bokongku tidak terlalu sakit."Aha! Mari kita lihat ini!" serunya setelah mendapatkan hapeku."Ah! Sh**!" Aku mengumpat karena terkecoh godaannya."Kamu mengumpatiku sayang?" tanya nya dengan nada menggoda.Aku segera bangkit dari posisi jatuh terdudukku. Lalu segera duduk dibelakangnya dan memeluknya dari belakang. Menciumi lehernya yang menguarkan aroma manis."Kamu nakal!" ucapku pura-pura memarahinya. Dan masih mendekap tubuhnya dari belakang, sedang hidungku masih bertengger di leher putihnya yang harum."Kalo sekarang? Lebih nakal mana? Aku atau kamu?" Dia mengejekku rupanya.Aku menggelitik perutnya, membuatnya menggelinjang kegelian."Ah sudah, sudah cukup," ucapnya dengan wajah memerah.
"Sudah cukup, kapan kamu akan mulai bekerja untuk memenangkan lomba itu jika terus-terusan manja pada ku?" Dia berusaha melepaskan diri, dari jeratan pelukan ku."Ah aku tidak mau. biarkan kita seperti ini dahulu." Aku menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.Dia tiba-tiba mendorongku sampai aku jatuh terduduk di sofa, dan dia yang menumpukan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri kepalaku, dengan satu kaki yang menekuk diatas sofa, hampir saja mengenai masa depanku.Awalnya aku menatap matanya kemudian memeriksa masa depanku, aku membuat ekspresi lega, hufft untung masih aman pikirku.Dia ikut menunduk dan tertawa. "Hahahaa ... Hampir saja ya babe, apa nanti bakal sakit?" tanyanya dengan nada polos.Aku menariknya agar duduk di paha kiriku. "Diam disini, temani aku melakukan tugasku." Aku kemudian mengambil drawing pad ku yang untung saja tidak jatuh saat ku lempar ta
"Nak tunggu!"Suara seorang wanita yang dulu lumayan sering ku dengar karena perempuan yang aku suka selalu mengajakku kesini tiap dua bulan sekali, membuatku menghentikan langkahku."Mas Williem kok disini? Nggak mau masuk ke dalam dulu?" Bibi em melangkahkan kakinya mendekatiku. Di tangannya dia memegang sebuah keranjang sampah, ah pasti bibi baru saja kembali dari belakang rumah setelah membuang beberapa kantong sampah."Kemana anak-anak bi em? Kenapa bibi em membuang sampah sendirian?" tanyaku heran, karena biasanya anak-anak pasti selalu mengitu kemanapun Bibi Em pergi."Anak-anak sedang tidur, mereka baru saja bekerja bakti hari ini, dan setelah melakukan pesta makan besar, mereka kelelahan dan akhirnya tertidur." Bibi Em menjelaskan."Wah pasti seru sekali." Aku yakin anak-anak pasti bersenang-senang tadi. aku berusaha mengambil alih keranjang sampah di tangan Bibi E
Aku kembali duduk saat bibi Em menghidangkan sajiannya. Oh iya kenapa aku dan gadisku memanggil Bibi Em, itu karena semua anak di panti ini memanggil bibi Em, ibu, jadi aku dan gadisku untuk memanggil bibi Em, bibi, dan tentu ini sudah di setujui bibi Em."Silahkan di minum, Nak," ucap Bibi Em mempersilahkanku untuk minum."Terimakasih Bi Em." Aku meneguk segelas teh yang disuguhkan pada ku. Aroma melati sempat sekilas tecium indra penciumanku sebelumaku meneguk tehnya."Sudah lama sejak kalian berdua tidak kemari, awalnya anak-anak panti sangat sedih karena kehilangan sosok kakak-kakak yang mengajak mereka bermain dan belajar. Tapi untung saja, beberapa minggu kalian tidak kemari, ada orang baru yang menghibur hati anak-anak di sini dengan mengajak mereka
Hari itu, William duduk sendirian di sebuah café kecil di pinggiran kota. Dia memperhatikan setiap orang yang masuk, berharap bisa melihat wajah Keyza. Sampai tiba-tiba, pintu café terbuka dan ada seorang wanita yang masuk. William hampir tidak percaya pada matanya sendiri. Itu adalah Keyza!Keyza tersenyum lebar ketika dia melihat William. Dia berjalan ke meja tempat William duduk dan duduk di depannya. William terkejut dan bahagia melihatnya. Hatinya berbunga-bunga, seperti melihat matahari kembali bersinar setelah hujan lebat."Keyza! Aku tidak bisa percaya!" serunya dengan suara bergetar, dihiasi dengan raut wajah bahagia.FlashbackDi sebuah malam yang cerah di teras rumah Keyza, William dan Keyza duduk bersama di bawah langit berbintang, menikmati kebersamaan mereka setelah hari yang panjang.William memperhatikan ekspresi wajah Keyza yang tampak sedikit serius, dan dia bertanya dengan lembut, "Keyza, apa yang ada di pikiranmu? Kamu terlihat sedikit khawatir."Keyza menarik napa
“Sama, kok. Ya udah, aku mau lanjut keliling perpustakaan.” Ijinku karena memang yang menjaga perpustakaan adalah Mida sepertinya.Mida mengangguk. Namun, saat aku berdiri ingin melangkah ke dalam perpustakaan, Mida mencegahku. “Eh tunggu, tunggu dulu, Kak Will. Kakak udah nggak apa-apa, ‘Kan? Nggak perlu di panggilin ambulans?” tanyanya dengan nada khawatir.Aku sedikit tertawa karena tingkahnya yang pasti khawatir takut dimarahi Bi Em, padahal Bi Em tidak galak, hanya mungkin sedikit diberi pencerahan yang akan memakan waktu sangat lama. “Hehehe … Nggak apa-apa, kok. Saya juga nggak akan bilang ke Bi Em kejadian hari ini.”“Hufffttt … untunglah,” ujar Mida lega. “Silahkan masuk, Kak. Banyak buku baru, loh …, tapi saya disini aja ya, Kak? Soalnya mau lanjutin cerita ini dulu.” Mida menunjuk buku novel bersampul astronaut yang berdiri di atas laut.“Oke,” ja
Aku menggeser tubuhku, untuk mempersilahkan tuan putri duduk di sebelahku. “Coba lihat ini deh, Mida! Lagi ada kumpulan mahasiswa yang lagi ngadain bazar di sekitar sini. Tapi kita bisa beli secara online, loh. Coba lihat buku-buku yang mereka jual!” ucap gadisku sambil menunjukkan hpnya pada Mida yang awalnya tidak tertarik, tetapi berubah tertarik saat mendengar kata ‘Buku’ dan langsung menarik hp Keyza untuk dia amati lebih jauh. Gadisku tampak senang karena berhasil menarik perhatian lawan bicaranya. “Eh iya beneran bagus ada cerita fabelnya … ayo ayoo beli,” ucap Mida sambil menggandeng tangan gadisku, aku yang sedikit tidak rela ada orang lain yang menyentuh tangan gadisku, padahal aku saja yang baru berpacaran dengannya sangat jarang menyentuh tangannya. Aku menarik tangan gadisku agar lepas dari genggamannya. “Ayo pulang!” ajakku pada Keyza sambil menarik ranselku. Cemburu karena perhatiannya tidak lagi terpusat padaku. “Eh
Aku kembali duduk saat bibi Em menghidangkan sajiannya. Oh iya kenapa aku dan gadisku memanggil Bibi Em, itu karena semua anak di panti ini memanggil bibi Em, ibu, jadi aku dan gadisku untuk memanggil bibi Em, bibi, dan tentu ini sudah di setujui bibi Em."Silahkan di minum, Nak," ucap Bibi Em mempersilahkanku untuk minum."Terimakasih Bi Em." Aku meneguk segelas teh yang disuguhkan pada ku. Aroma melati sempat sekilas tecium indra penciumanku sebelumaku meneguk tehnya."Sudah lama sejak kalian berdua tidak kemari, awalnya anak-anak panti sangat sedih karena kehilangan sosok kakak-kakak yang mengajak mereka bermain dan belajar. Tapi untung saja, beberapa minggu kalian tidak kemari, ada orang baru yang menghibur hati anak-anak di sini dengan mengajak mereka
"Nak tunggu!"Suara seorang wanita yang dulu lumayan sering ku dengar karena perempuan yang aku suka selalu mengajakku kesini tiap dua bulan sekali, membuatku menghentikan langkahku."Mas Williem kok disini? Nggak mau masuk ke dalam dulu?" Bibi em melangkahkan kakinya mendekatiku. Di tangannya dia memegang sebuah keranjang sampah, ah pasti bibi baru saja kembali dari belakang rumah setelah membuang beberapa kantong sampah."Kemana anak-anak bi em? Kenapa bibi em membuang sampah sendirian?" tanyaku heran, karena biasanya anak-anak pasti selalu mengitu kemanapun Bibi Em pergi."Anak-anak sedang tidur, mereka baru saja bekerja bakti hari ini, dan setelah melakukan pesta makan besar, mereka kelelahan dan akhirnya tertidur." Bibi Em menjelaskan."Wah pasti seru sekali." Aku yakin anak-anak pasti bersenang-senang tadi. aku berusaha mengambil alih keranjang sampah di tangan Bibi E
"Sudah cukup, kapan kamu akan mulai bekerja untuk memenangkan lomba itu jika terus-terusan manja pada ku?" Dia berusaha melepaskan diri, dari jeratan pelukan ku."Ah aku tidak mau. biarkan kita seperti ini dahulu." Aku menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.Dia tiba-tiba mendorongku sampai aku jatuh terduduk di sofa, dan dia yang menumpukan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri kepalaku, dengan satu kaki yang menekuk diatas sofa, hampir saja mengenai masa depanku.Awalnya aku menatap matanya kemudian memeriksa masa depanku, aku membuat ekspresi lega, hufft untung masih aman pikirku.Dia ikut menunduk dan tertawa. "Hahahaa ... Hampir saja ya babe, apa nanti bakal sakit?" tanyanya dengan nada polos.Aku menariknya agar duduk di paha kiriku. "Diam disini, temani aku melakukan tugasku." Aku kemudian mengambil drawing pad ku yang untung saja tidak jatuh saat ku lempar ta
Tapi tiba-tiba dia mendorongku sampai jatuh dari sofa."Aww." Bokongku mendarat dengan sempurna, beruntung karpet bulu di sekitar sofa memiliki ketebalan yang lumayan sehingga membuat bokongku tidak terlalu sakit."Aha! Mari kita lihat ini!" serunya setelah mendapatkan hapeku."Ah! Sh**!" Aku mengumpat karena terkecoh godaannya."Kamu mengumpatiku sayang?" tanya nya dengan nada menggoda.Aku segera bangkit dari posisi jatuh terdudukku. Lalu segera duduk dibelakangnya dan memeluknya dari belakang. Menciumi lehernya yang menguarkan aroma manis."Kamu nakal!" ucapku pura-pura memarahinya. Dan masih mendekap tubuhnya dari belakang, sedang hidungku masih bertengger di leher putihnya yang harum."Kalo sekarang? Lebih nakal mana? Aku atau kamu?" Dia mengejekku rupanya.Aku menggelitik perutnya, membuatnya menggelinjang kegelian."Ah sudah, sudah cukup," ucapnya dengan wajah memerah.
Dduukkk"Ahh!"Aku mengerang kesakitan. Kepalaku berdenyut. Sebuah bola basket menghantam kepalaku.Seorang pria dewasa dan anak kecil mendekat ke arah ku, anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar tujuh tahun itu mengambil bola basket yang menggelinding di sebelah kursi taman, membawanya dalam pelukannya di depan perutnya, kemudian kembali ke sisi pria itu. Pria itu kemudian tersenyum tidak enak sambil menatapku."Maaf, Pak. Saya sedang mengajari anak saya bermain basket. Ayo, 'Nak minta maaf," ujarnya meminta anaknya untuk meminta maaf padaku. Awalnya anak itu menatap polos ayahnya, kemudian dengan wajah tanpa dosanya itu dia menatap wajahku. "Maaf ya, Om," ucapnya.Hah sudahlah ini juga salahku, batinku mencemooh diriku yang kembali teringat tentang gadis berambut coklat yang terus menghantui pikiranku, bahkan hanya dengan melihat fotonya yang ada di laya
Kamu selalu bertingkah konyol, anehnya, aku selalui menyukai itu.5Aku memilih meninggalkan rumah sakit keesokan paginya. Aku tak menyangka bahwa Tuhan masih memberi aku ,anak yang sangat durhaka pada ibunya, kesempatan untuk hidup. Kemarin saat aku melamunkan dirinya, aku yang terhanyut akan kenangan kita tak menyadari ada mobil yang oleng ke arah jalan dan hampir menabrakku, beruntung pemilik mobil segera memutar setir dan hanya menyenggolku, namun aku yang terjatuh dan kepalaku yang terhantam aspal aspal jalan membuat aku kehilangan kesadaran dan segera dilarikan ke rumah sakit. Administrasi rumah sakit juga di tanggung oleh pemilik mobil.Kemarin saat aku sedang sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi dan membawa kabar yang dapat menenangkan hatiku yang bergemuruh. Mamaku mengirimkan pesan padaku agar bahwa mama baik-baik saja dan hanya shock karena kecelakaan yang aku alami, dan dia berpesan agar aku harus mengina