Chapter: HappyThat day, William sat alone in a small café on the outskirts of town. He observed each person entering, hoping to catch a glimpse of Keyza's face. Suddenly, the café door swung open, and a woman walked in. William could hardly believe his eyes. It was Keyza!Keyza smiled broadly as she saw William. She walked over to the table where William was sitting and sat across from him. William was surprised and overjoyed to see her. His heart fluttered, as if seeing the sun shining again after heavy rain."Keyza! I can't believe it!" he exclaimed, his voice trembling, adorned with a happy expression.FlashbackOn a bright evening on Keyza's terrace, William and Keyza sat together under the starry sky, enjoying each other's company after a long day.William noticed Keyza's slightly serious expression, and he asked gently, "Keyza, what's on your mind? You seem a bit worried."Keyza took a deep breath before replying, "Will, there's something I want to talk to you about. It's not an easy decision
Last Updated: 2024-04-05
Chapter: 11. Mida : I thought you …I shifted my body, to let the princess sit next to me."Take a look at this, Mida! Again there is a group of students who again ngadain bazar around here. But we can buy online, loh. Take a look at the books they sell!" said my girl while showing her phone to Mida who was not initially interested, but changed her interest when she heard the word 'Book' and immediately pulled Keyza's phone for her to observe further. My girl seemed happy because she managed to attract the attention of her interlocutor."Eh yes really good there is a fable story ... let's buy ayoo," said Mida while holding my girl's hand, I'm a little unwilling someone else to touch my girl's hand, even though I'm the one who just dated her very rarely touch her hand. I pulled my girl's hand out of her grasp."Let's go home!" I asked Keyza as he pulled out my backpack. Jealous because her attention is no longer centered on me. "Uh, wait a minute." He stopped my move. "You mas ...
Last Updated: 2021-05-28
Chapter: 10. Naannananaa I was back in my seat when AuntIe Em served me the dish. Oh yes why me and my girl call Aunt Em, it's because all the kids in this orphanage call Aunt Em, mom, so me and my girl to call Aunt Em, auntie, and of course this is agreed aunt Em."Have a drink, son," said AuntIe Em, allowing me to drink."Thank you Bi Em." I sipped a cup of tea served to me. The scent of jasmine briefly fill my sense of smell before I sip the tea."It has been a long time since you two did not come here, at first the children of the orphanage were very sad because of the loss of the figure of the brothers who invited them to play and learn. But luckily, some weeks you're not here, there are new people who entertain the hearts of the children here by inviting them back to play chases,
Last Updated: 2021-05-27
Chapter: 9. Auntie Em"Wait!"The voice of a woman I used to hear quite often because the woman I like always brought me here every two months, made me stop my move."Mas Williem why here? Don't want to go inside first?" Auntie Em stepped on her feet towards me. In her hand he was holding a garbage can, ah surely Auntie had just returned from the back of the house after throwing away some garbage bags."Where are the kids? Why is Auntie Em throwing garbage alone?" I asked wondered, because usually the kids must always go wherever Auntie Em goes."The kids were sleeping, they were just working today, and after having a big dinner party, they were exhausted and ended up asleep." Auntie Em explained."Wow it must be so exciting." I'm sure the kids must have had a great time earlier.I'm trying to take over the trash can in Auntie Em's hands. "No, your hands will be dirty, mas Williem better come in first, Auntie
Last Updated: 2021-05-26
Chapter: 8. illusion – Tinung tinung tinung, "That's enough, when are you going to start working to win that race if it keeps spoiling me?" she was trying to escape, from the trappings of my arms. "Ah I don't want to. let us be like this first." I'm shaking her body to the right and to the left. she suddenly pushed me until I fell down on the couch, and she who put her hands on the right and left sides of my head, with one leg bent on the couch, almost hit my future. At first I looked into her eyes then checked my future, I made an expression of relief, hufft fortunately still safe I thought. she ducked down and laughed. "Hahahaa... Almost yes babe, will it hurt?" she asked in a plaintive tone. I pulled it to sit on my left thigh. "Stay here, keep me doing my job." I then took my drawing pad which luckily didn't fall when I threw it. Turn it on and start designing something.
Last Updated: 2021-05-24
Chapter: 7. Who are you?But all of a sudden she pushed me to the ground."aw." My ass landed perfectly, luckily the fur carpet around the couch was so thick that it made my ass not too sore."Aha! Let's see this!" she exclaimed after getting my phone."Ah! Sh**!" I swear by the temptation."You're swearing at me baby?" she asked in a seductive tone. I immediately rose from the falling position of my seat. Then immediately sit behind her and hug her from behind. Kissed her neck that eweed a sweet scent."You're naughty!" I said, pretending to scold her. And still holding her body from behind, while my nose was still perched on her fragrant white neck."How abut now? Which is more naughty? Me or you?" she mocked me apparently. I tickled her stomach, made her roll."Ah, that's enough," she said with a blushing face. If I hadn't waited I would
Last Updated: 2021-05-23
Chapter: Part 23 - Dhuar"Bener ya apapun yang gue minta bakal di kabulin nih? " tanya Nisa sambil menaik turunkan alisnya"Jangan gitu deh, lo serem kalo kayak gitu" protes Diza melihat kelakuan sahabatnya yang super duper aneh itu."Canda kali, dahlah lama kalo nungguin lo, mending naik lift, duh gile gue laper banget gara-gara ngurusin urusan percintaan lo" ucap Nisa kemudian memilih naik lift dari pada harus capek-capek naik tangga."Tungguin" ucap Diza membuntuti langkah Nisa.Setelah di dalam lift,Hening beberapa saat,Diza memilin-milin jari tangannya, masih gelisah tentang kejelasan dimana suaminya berada, "tapi Rayden ... ""Ssstt lo nggak denger perut gue udah demo mau di isi, curhatnya nanti aja pas kita abis makan aje yaa, kita tuh perlu mengisi tenaga untuk pembicaraan yang sangat menguras tenaga itu. " jelas Nisa sambil memegang perutnya yang berbunyi.Sambil tertunduk pasrah, Diza menjawab " iya , iyaa.""Mending sela
Last Updated: 2021-04-02
Chapter: Part 22 - jodoh nggak akan kemanaJodoh nggak akan kemana"~hibur NisaDiza yang biasanya membalas sapaan-sapaan itu, kini menghiraukannya karena bergegas ingin menemui Rayden. Beberapa karyawan kebingungan tentang sikap bu bosnya namun tak ada yang berani menggosipkannya karena tahu bahwa pak bos-Rayden- sangat mencintai istrinya, 'yah awas saja kalo macam-macam nanti bisa-bisa dipecat' pemikiran seluruh karyawan perusahaan Rayden.Kecewa menghampiri Diza saat pintu ruangan Rayden terbuka dan tak terdapat seorang pun disana. Diza kemudian beralih pada meja sekertaris Rayden. Dan bertanya "Apa Rayden belum datang?""Maaf bu bos, tapi pak bos belum datang." Jawab sekertaris Rayden"Hmm lalu apa jadwal Rayden hari ini? Apa ada pertemuan penting? Jam berapa ? Dimana? " tanya Diza bertubi-tubi.Sekertaris Rayden terlihat salah tingkah saat akan menjelaskan pada Diza, " Anu bu bos, tapi kemarin pak bos bilang ingin mengosongkan jadwal untuk hari ini sampai seminggu ke depa
Last Updated: 2021-03-20
Chapter: Part 21 - MonyetDiza kemudian berjalan mendekati meja disamping tempat tidur, terduduk, kemudian mengambil sebuah bingkai yang didalamnya terdapat foto yang mengabadikan momen paling bahagianya bersama Rayden -foto pernikahannya-'Ah, bee. Apa yang salah denganmu? Kenapa pergi? Padahal baru belum sampai 24 jam, kenapa aku merindukan senyum hangatmu, ah tidak, bukan hanya senyummu, tapi segala apa yang ada pada dirimu' batin Diza sambil mengelus wajah Rayden yang terpatri dalam foto dan terpatri juga dalam hatinya.Diza kemudian memeluk foto itu dan berkata "bee, apapun yang terjadi kamu harus dengerin penjelasan dari aku, SEMANGAT ISTRINYA BEE!"Semangat Diza pada dirinya sendiri kemudian pergi membersihkan diri.Setelah memastikan penampilannya tidak terlalu menampakkan kesedihannya di depan cermin, Diza kemudian turun ke bawah untuk menemui mo- sahabatnya.Diza yang turun dengan anggun membuat silau mata Nisa "Woaahh apa ini Diza sang ch****l stylis
Last Updated: 2021-02-21
Chapter: Part 20 - Sihibit"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
Last Updated: 2021-02-21
Chapter: Part 20 - Sihibit"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
Last Updated: 2021-02-19
Chapter: Part 19 - NgenesRayden berhenti di depan sebuah cafe pelangi kemudian memarkirkan mobilnya. Setelah masuk ke cafe Rayden duduk dan memesan segelas Coffee latte art, memilih duduk di samping kaca yang menembus dunia luar, Rayden memandang jalanan yang ramai akan deru kendaraan yang lalu lalang, ponsel di saku celana Rayden bergetar membuatnya mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah pesan. Rayden termenung menatap datar pesan di ponselnya kemudian membatin, "Ahh.. apa yang ku lakukan sudah benar?"Tak terasa sinar mentari tak lagi terlihat dan langit biru telah tergantikan oleh gelapnya malam yang dingin, Diza yang masih setia terduduk di aspal kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian duduk di kursi tempat kejadian mereka bertengkar tadi dan memungut foto-foto yang Rayden lemparkan.Diza meremas foto itu dan mengumpat kasar "Aaahhh!!! S***********n!!!"Diza
Last Updated: 2021-02-08
Chapter: Happy Hari itu, William duduk sendirian di sebuah café kecil di pinggiran kota. Dia memperhatikan setiap orang yang masuk, berharap bisa melihat wajah Keyza. Sampai tiba-tiba, pintu café terbuka dan ada seorang wanita yang masuk. William hampir tidak percaya pada matanya sendiri. Itu adalah Keyza!Keyza tersenyum lebar ketika dia melihat William. Dia berjalan ke meja tempat William duduk dan duduk di depannya. William terkejut dan bahagia melihatnya. Hatinya berbunga-bunga, seperti melihat matahari kembali bersinar setelah hujan lebat."Keyza! Aku tidak bisa percaya!" serunya dengan suara bergetar, dihiasi dengan raut wajah bahagia.FlashbackDi sebuah malam yang cerah di teras rumah Keyza, William dan Keyza duduk bersama di bawah langit berbintang, menikmati kebersamaan mereka setelah hari yang panjang.William memperhatikan ekspresi wajah Keyza yang tampak sedikit serius, dan dia bertanya dengan lembut, "Keyza, apa yang ada di pikiranmu? Kamu terlihat sedikit khawatir."Keyza menarik napa
Last Updated: 2024-04-05
Chapter: 12. Fabel“Sama, kok. Ya udah, aku mau lanjut keliling perpustakaan.” Ijinku karena memang yang menjaga perpustakaan adalah Mida sepertinya.Mida mengangguk. Namun, saat aku berdiri ingin melangkah ke dalam perpustakaan, Mida mencegahku. “Eh tunggu, tunggu dulu, Kak Will. Kakak udah nggak apa-apa, ‘Kan? Nggak perlu di panggilin ambulans?” tanyanya dengan nada khawatir.Aku sedikit tertawa karena tingkahnya yang pasti khawatir takut dimarahi Bi Em, padahal Bi Em tidak galak, hanya mungkin sedikit diberi pencerahan yang akan memakan waktu sangat lama. “Hehehe … Nggak apa-apa, kok. Saya juga nggak akan bilang ke Bi Em kejadian hari ini.”“Hufffttt … untunglah,” ujar Mida lega. “Silahkan masuk, Kak. Banyak buku baru, loh …, tapi saya disini aja ya, Kak? Soalnya mau lanjutin cerita ini dulu.” Mida menunjuk buku novel bersampul astronaut yang berdiri di atas laut.“Oke,” ja
Last Updated: 2021-05-27
Chapter: 11. MidaAku menggeser tubuhku, untuk mempersilahkan tuan putri duduk di sebelahku. “Coba lihat ini deh, Mida! Lagi ada kumpulan mahasiswa yang lagi ngadain bazar di sekitar sini. Tapi kita bisa beli secara online, loh. Coba lihat buku-buku yang mereka jual!” ucap gadisku sambil menunjukkan hpnya pada Mida yang awalnya tidak tertarik, tetapi berubah tertarik saat mendengar kata ‘Buku’ dan langsung menarik hp Keyza untuk dia amati lebih jauh. Gadisku tampak senang karena berhasil menarik perhatian lawan bicaranya. “Eh iya beneran bagus ada cerita fabelnya … ayo ayoo beli,” ucap Mida sambil menggandeng tangan gadisku, aku yang sedikit tidak rela ada orang lain yang menyentuh tangan gadisku, padahal aku saja yang baru berpacaran dengannya sangat jarang menyentuh tangannya. Aku menarik tangan gadisku agar lepas dari genggamannya. “Ayo pulang!” ajakku pada Keyza sambil menarik ranselku. Cemburu karena perhatiannya tidak lagi terpusat padaku. “Eh
Last Updated: 2021-05-26
Chapter: 10. NananaananaanaaAku kembali duduk saat bibi Em menghidangkan sajiannya. Oh iya kenapa aku dan gadisku memanggil Bibi Em, itu karena semua anak di panti ini memanggil bibi Em, ibu, jadi aku dan gadisku untuk memanggil bibi Em, bibi, dan tentu ini sudah di setujui bibi Em."Silahkan di minum, Nak," ucap Bibi Em mempersilahkanku untuk minum."Terimakasih Bi Em." Aku meneguk segelas teh yang disuguhkan pada ku. Aroma melati sempat sekilas tecium indra penciumanku sebelumaku meneguk tehnya."Sudah lama sejak kalian berdua tidak kemari, awalnya anak-anak panti sangat sedih karena kehilangan sosok kakak-kakak yang mengajak mereka bermain dan belajar. Tapi untung saja, beberapa minggu kalian tidak kemari, ada orang baru yang menghibur hati anak-anak di sini dengan mengajak mereka
Last Updated: 2021-05-24
Chapter: 9. Bibi Em"Nak tunggu!"Suara seorang wanita yang dulu lumayan sering ku dengar karena perempuan yang aku suka selalu mengajakku kesini tiap dua bulan sekali, membuatku menghentikan langkahku."Mas Williem kok disini? Nggak mau masuk ke dalam dulu?" Bibi em melangkahkan kakinya mendekatiku. Di tangannya dia memegang sebuah keranjang sampah, ah pasti bibi baru saja kembali dari belakang rumah setelah membuang beberapa kantong sampah."Kemana anak-anak bi em? Kenapa bibi em membuang sampah sendirian?" tanyaku heran, karena biasanya anak-anak pasti selalu mengitu kemanapun Bibi Em pergi."Anak-anak sedang tidur, mereka baru saja bekerja bakti hari ini, dan setelah melakukan pesta makan besar, mereka kelelahan dan akhirnya tertidur." Bibi Em menjelaskan."Wah pasti seru sekali." Aku yakin anak-anak pasti bersenang-senang tadi. aku berusaha mengambil alih keranjang sampah di tangan Bibi E
Last Updated: 2021-05-22
Chapter: 8. Ilusi - Tinung tinung tinung"Sudah cukup, kapan kamu akan mulai bekerja untuk memenangkan lomba itu jika terus-terusan manja pada ku?" Dia berusaha melepaskan diri, dari jeratan pelukan ku."Ah aku tidak mau. biarkan kita seperti ini dahulu." Aku menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.Dia tiba-tiba mendorongku sampai aku jatuh terduduk di sofa, dan dia yang menumpukan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri kepalaku, dengan satu kaki yang menekuk diatas sofa, hampir saja mengenai masa depanku.Awalnya aku menatap matanya kemudian memeriksa masa depanku, aku membuat ekspresi lega, hufft untung masih aman pikirku.Dia ikut menunduk dan tertawa. "Hahahaa ... Hampir saja ya babe, apa nanti bakal sakit?" tanyanya dengan nada polos.Aku menariknya agar duduk di paha kiriku. "Diam disini, temani aku melakukan tugasku." Aku kemudian mengambil drawing pad ku yang untung saja tidak jatuh saat ku lempar ta
Last Updated: 2021-05-21