Share

31. Susunan Acara

Seyi menenteng dua sepatu haknya dengan kedua tangan. Dari tadi, mulutnya tidak berhenti berbicara. Ia terus menggerutu ketika Wima meninggalkannya tanpa basa-basi.

Seyi sungguh kesal. Mengingat kejadian di mana pria itu lari saja sudah membuat darah Seyi naik.

Dengan keadaan mengenaskan, Seyi berjalan di trotoar menggunakan sandal bermerk swallow yang harganya terjangkau itu. Yang baru saja ia beli di toko yang tak sengaja ia lewati.

Sudah diperingati, tetapi tetap saja, Wima bersikap tidak peduli.

Saat mendatangi kafe pada malam hari, Seyi sudah merengek dan menjelaskan segalanya.

"Aku nggak bawa uang Mak. Jangan ke sini yah. Ke rumah aku aja gimana? Aku masakin deh, isi kulkas di rumah aku masih banyak."

Wima tetaplah Wima. Seorang pria yang keras kepala dan batu. Dengan senyum menyeringai, ia memutar kemudinya untuk memasuki halaman parkir kafe Je.

Seyi meringis takut. Ia takut jika Wima tiba-tiba meninggalkannya, dan lupa untuk membayar tagihan makanan.

Hancur sudah harga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status