Selama Marvin mengurus istrinya di Desa Abyaneh, urusan bisnis Keluarga Rock sekarang telah dilimpahkan kepada Harven Rockwell. Harven secara resmi telah ditunjuk sebagai CEO pengganti Marvin di The Rock Holding Company, meski tetap mendapat pengawasan dari ayahnya, Lester, dan Zavier.
Karena tidak tahu kapan Marvin bakal pulang kembali, maka selama itu pula Harven akan terus ditugaskan mengurus semua apa saja yang terkait dengan urusan perusahaan sebesar The Rock Holding Company, sebuah perusahaan induk yang digadang-gadang bakal menyamai Harvard Corp dan The Oxy.Bertempat di kantor Rockxill karena kantor pusat masih proses pembangunan, Harven baru saja memimpin sebuah rapat mingguan kepada rekan-rekannya. Seorang sekretaris cantik terus menempel Harven hingga Harven masuk ke dalam ruangannya.“Ada yang bisa aku bantu lagi, Tuan CEO?” tanya Aleya seraya menyibakkan rambut panjangnya ke belakang.“Tidak ada. Silakan bekerja kembali.”“Aku orang pertama yang tidak setuju dengan usulan tersebut!” Scott terpaksa melakukan interupsi. “Alasannya ... aku kasihan dengan keberadaan para cacing tanah di sana. Jika di sana dibangun ibu kota negara dengan segala gedung dan sarana lainnya, maka populasi cacing bakal terganggu.” Anggota rapat tidak terlalu mengerti apa maksud Scott. Mereka pikir, lawakan Scott sangat garing. Tidak ada dari mereka yang merespons. Harven sudah cukup sering membahas perkara pemindahan ibu kota negara dan soal kebodohan pemerintah yang sering keliru dalam mengeluarkan kebijakan. Dia ingin membahas masalah pendidikan. “Ada seroang Youtub3r mengeluarkan statement kritis. Katanya, mutu pendidikan di suatu negeri sangat kurang, karena outputnya tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita mereka.” Kemudian Harven menyampaikan bahwa Youtub3r tersebut menyalahkan tenaga pendidik dan sistem pendidikan di negara tersebut. Dia bilang bahwa tenaga pendidik di sana keba
“Kami selalu berharap yang terbaik bagimu, Jack,” ucap Harven antusias. Scott tertawa penuh ejekan. “Harven, Fany, apa kalian tahu salah satu karakter yang dibuat oleh Jack. Hidungnya sangat panjang seperti pinokio dan tingkahnya lebih aneh dari pada Patrick. Haha. Itu adalah karakter animasi paling aneh yang pernah aku temui. Haha.” Scott melepaskan tawanya hingga didengar oleh orang-orang di sekitarnya. Tak sampai di situ, Scott teringat dengan sebuah adegan absurd. “Masa’ satu pukulan bisa melepaskan dua bola mata musuh sekaligus. Asli, aneh sekali itu! Cerita mu tidak masuk akal dan tidak menghibur, Jack!” kritik Scott panas. Saat Scott merasa puas dengan penilaiannya, biasanya Fany tak banyak komentar, tetapi Harven tak bergeming, karena bagaimana pun juga dia punya respect terhadap Jack. “Aku suka dengan karakter berambut putih itu. Tapi aku lupa namanya siapa. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dan bahkan aku terapkan di kehidupan nya
Scott mengakui kelebihan Harven dalam banyak hal, termasuk dalam mendapatkan cinta dari seorang wanita. Sejak dulu, Harven sangat digandrungi oleh kaum hawa karena banyak alasan, dan tidak perlu dijelaskan lagi apa alasannya. Harven terlalu keren. Namun, untuk seorang wanita bernama Aleya, Scott agak sangsi kalau Harven bisa mendapatkan cinta Aleya dalam waktu tiga hari ke depan. Dengan sejumlah pertimbangan dan pikiran negatifnya, maka Scott berkesimpulan bahwa dia bakal menang taruhan. Fany meninggikan Harven. “Aku pernah melihat Harven sangat berani meminta nomor ponsel seorang cewek pas dulu mandi di kolam berenang. Tidak ada yang berani di antara kita kecuali Harven. Jack, apa kau meragukan kelebihan Harven?” Jack mengulas senyum eksotis. “Kalau aku jadi cewek, aku rela dipersunting saat ini juga. Siapa yang tidak mau dengan cowok setampan dan sekaya Harven? Dia siswa dan mahasiswa terbaik, dan sekarang menjadi CEO perusahaan besar. Wanita buta saj
Setelah menyapa si kembar Vionna dan Viotta, kemudian Harven Rockwell menuju ke sebuah bangku yang agak berada di sudut ruangan. Sengaja dia memilih lokasi ini biar tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan di antara mereka. “Jangan panggil aku Tuan CEO karena kita tidak berada di kantor dan tidak pula memakai pakaian formal. Aleya, anggaplah aku sebagai teman dekat, atau bahkan lebih dari tiu.” Siapa yang tidak terpesona dengan kegantengan seorang Harven. Namun, Aleya tidak suka dengan kepribadian dan keseharian Harven. Aleya lebih cenderung dengan sosok pria matang dan dewasa. Bagi Aleya, Harven terkadang berlaku seperti anak-anak. Baru beberapa menit duduk, sudah ada bahasan. “Aleya, coba lihat dua gadis remaja yang sedang main aplikasi Tekatok itu! Bodoh sekali!” Harven menyunggingkan senyum sebelah. Harven tidak suka dengan perilaku remaja sekarang yang hanya banyak menghabiskan waktu di media sosial. “Makan
Karena status mereka bukan sekedar bos dan atasan lagi, Aleya punya ruang untuk menggali sejumlah informasi yang dia butuhkan. Sejatinya, dia tidak berharap bisa menjalin hubungan dekat dan spesial bersama Harven. Namun, rupanya realita jauh lebih baik dari pada ekspektasi. “Harven, kenapa kakakmu rela meninggalkan perusahaan sementara waktu dan menyerahkannya kepadamu, sedangkan kau belum punya banyak pengalaman?” “Karena, kakakku percaya terhadap aku. Selain itu, kenapa dia rela meninggalkan beban pekerjaan yang sangat banyak, di saat dia baru saja membangun sebuah perusahaan induk yang mempayungi banyak perusahaan di bawahnya, ya karena dia sangat sayang terhadap istrinya, Gennifer.” Aleya menggigit bibirnya. “Aku mendengar berita dan cerita dari banyak orang bahwa Gennifer sakit jiwa yang sangat parah. Berita tersebut telah tersebar di beberapa media. Aku cukup prihatin, Harven.” Aleya menundukkan pandangannya. Lalu, dia menggeser piring dan cangkir
Keesokan paginya. Deruman suara motor Harven menggelegar di sekitar gerbang kantor. Dia membuka kaca helm dan meneriaki Scott yang sedang asyik minum kopi di pos penjagaan. “Hei kau security ikal! Keluar dari pos!” Scott tergopoh-gopoh. Di tahu kalau ada Harven di sana. “Tumben ceria sekali pagi ini. Ada angin apa, Tuan CEO?” Jika berada di lingkungan tempat kerja, Scott harus memperlakukan Harven tidak sebagaimana di tempat tongkrongan. Harven membuka helm full yang menutupi wajah itu lalu memampang wajah riang. “Tiket online pertandingan akhir pekan nanti sudah ada. Cepatlah pesan sekarang! Cari kursi yang agak di atas, Scott! Aku malas mendengar teriakan pelatih musuh yang bertandang di Glora Stadium!” Tanpa menunggu kalimat balasan dari Scott, Harven memakai helmnya kembali. BRUMM! Dia menuju halaman parkir khusus. Ketika berjalan di sekitar lobi, dia berpapasan dengan Jack yang sedang mengepel lanta
Ketika telah berada di lobi kantor, tak sengaja mereka berempat berpapasan dengan Aleya yang sedang berjalan dengan satu rekan wanitanya. Jack dan Fany gesit menghadang dua wanita tersebut, memandang mereka dengan begitu ceria seperti hadir di sebuah acara ulang tahun. “Bu Sekretaris, kalau ruanganmu kotor dan butuh aku bersihkan, sekarang juga aku meluncur ke sana!” Jack berdiri tegap dan siap melaksanakan perintah apa pun. Seandainya Aleya memerintahkan padanya untuk membersihkan ruangannya pakai tangan kosong, dia bersedia. “Bu Sekretaris, kalau jaringan internet di komputermu terganggu, atau ada masalah dengan program komputer, atau apa saja, silakan bilang padaku, aku segera melaksanakannya.” Fany memberi hormat sambil tersenyum hangat. Aleya tidak merasa aneh dengan tingkah laku empat pria kocak di sekitarnya sebab sudah sangat sering mengganggu, tetapi hari ini cukup berbeda. Dia melihat Scott tampak sangat murung dan Harven tidak begitu enjoy al
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di