Seorang pria berjas hitam panjang seperti mafia, sepertinya dia adalah kepala bodyguard dari Leo Picasso, merangsek masuk ke panggung acara. “Acara ini milik siapa?” tanyanya sambil menyeringai tegas.
Di sampingnya, ada seorang berkemeja hitam dan berkaca mata, lebih mirip dosen bahasa inggris yang kalem. Dia merupakan penasehat dari Leo Picasso. “Kami mendapatkan laporan bahwa orang yang punya acara ini menjiplak desain dan model dari karya-karya dari Tuan Leo Picasso, dalam banyak hal. Bahkan, sampai langit-langit tenda ini pun sama seperti salah satu lukisan dari Tuan Leo Picasso.”Seketika Charlie dan kedua putrinya tercengang takut. Saat itu juga, mereka menggigil ngeri. Jika mereka dianggap melakukan pelanggaran terkait copyright, mereka bisa kena beberapa pasal apabila sang punya karya berkehendak.Mereka dalam bahaya besar.Charlie memberikan tatapan memelas. “Kami sekeluarga merupakan penggemar berat dari karya-karya Tuan Leo Picasso. KamMeskipun acara peresmian The Rock Holding Company masih cukup lama dan hingga saat ini masih dirahasiakan dari banyak pihak, Marvin Rock sudah mempersiapkan segala dari jauh-jauh dari. Pabrik MR-25 di distrik Rockley dan gedung kantor utama yang terletak di pusat kota Gloriston terus dikebut pembangunannya.Selain mengurus infrastruktur dan struktur organisasi perusahaan, Marvin tengah sibuk menyiapkan undangan-undangan penting. Dari sekian banyak tamu yang bakal hadir di acara spesial itu nanti, ada satu pria yang dianggap istimewa oleh Marvin Rock, seseorang yang berjasa baginya, dialah Fabrizio yang berasal dari luar kota Gloriston.Saat ini, Fabrizio mendedikasikan hidupnya di salah satu badan milik pemerintah di bawah kementerian pariwisata Chemisland. Dia menghabiskan waktunya menjadi seorang arkeolog dan meneliti berbagai macam penemuan yang terkait khusus mengenai sejarah Gloriston dan sekitarnya, serta Kerajaan Glory yang sangat melegenda.Sebelum
Karena harga lima juta dollar terlampau tinggi, akhirnya Marvin pun mengalihkan pusat perhatiannya ke salah satu artefak di dalam kaca itu, sebuah ukiran unik, diperkiran ukiran itu juga sudah ada sejak zaman Kerajaan Glory, mungkin di era kedua atau ketiga.Dilihat dari kemauannya, Marvin cukup mencintai sejarah. Meskipun bukan tipe pria yang memang menggeluti dunia sejarah, dia menghormati sejarah dengan segala peninggalannya. Setidaknya, dia tahu semua raja dan pangeran Kerajaan Glory dari era pertama hingga terakhir, sebelum kerajaan terbesar itu runtuh karena kapitalisme dan Komunisme.“Bungkus!” kata Marvin sambil tersenyum ke arah Pablo.Tiba-tiba Pablo menjadi sangat kikuk. Waduh, seharusnya dia terima saja harga delapan puluh ribu dollar dari awal tadi karena jika sudah deal, keuntungganya 2000 kali lipat. Sebuah bisnis yang memang gila!Pablo terbatuk jaim. “Sebentar Tuan Marvin. Saya yakin Anda jauh lebih tertarik dengan manus
Kartu Vibra?Orang pertama yang sangat tercengang tentu adalah Pablo Gaugin. Tak percaya, berulang kali dia mengucek-ucek kelopak matanya lalu mengerjap-ngerjapkannya.Sementara semua orang yang berada di sekitar kasir langsung mengalihkan pandangan ke arah wajah Marvin Rock. Setahu mereka, hanya dua orang yang memiliki kartu itu di Gloriston City dan tidak ada nama Marvin Rock di sana.Seketika wanita petugas kasir itu menggigil badannya, jemarinya bergetar, dan matanya berkedut-kedut. “B-baiklah, Tuan. Ada dua barang yang akan dibayar. Satu seharga delapan ribu dollar plus dua ribu dollar dan satu lagi seharga dua puluh ribu dollar. Jadi totalnya dua puluh delapan ribu dollar.”Marvin kembali mengawasi orang-orang. “Benar ya tiga puluh ribu dollar untuk dua barang?” Kemudian dia memanggil salah seorang petugas untuk segera mengangkut kotak kaca yang berisi manuskrip puisi kuno itu lalu melanjutkan, “Saya tambah dua ribu dollar untuk kotak kacany
“Maksud kedatanganku ke sini untuk mengantarkan undangan. Aku harap kau hadir nanti. Oke?” Marvin menepuk-nepuk pundak Fabrizio dengan sangat akrab.“Wow! Calon CEO perusahaan besar?” Pria yang sekilas mirip wajah Harry Potter itu pun berdecak penuh kagum. “Dari watak dan kecerdasan, kau mirip dengan sang pangeran terbuang itu, Marvin Rock!”“Dari dulu kau sering bilang itu padaku, Fabrie!” Tidak mau dipuji, Marvin melengos beberapa saat.“Semua karya tulis dari beliau, yang tersisa, semua sudah aku pelajari. Dan aku juga banyak mempelajari siapa beliau sebenarnya dari berbagai macam sumber dan literasi. Dari apa yang aku dapatkan, kau sangat mirip dengan beliau, bahkan wajah dan fisik. Terutama, akhlak dan keberanianmu, Marvin Rock!”Meski apa yang diucapkan oleh Fabrizio memang tampak sangat berlebihan, Marvin menanggapinya dengan santai dan tidak besar kepala, apalagi sampai membusungkan dada.Melihat sikap Marvin yang selalu rendah ha
“Serius manuksrip itu memang karya dari sang pangeran terbuang?” tanya Marvin.“Untuk apa aku berbohong padamu? Meskipun banyak sejarawan meragukannya, tapi aku yakin bahwa manuskrip itu asli hasil tangan dari sang pangeran terbuang.”Kemudian Fabrizio menerangkan kepada Marvin soal artefak di Gold Galery Group seharga delapan ribu dollar. “Saat ini aku masih belum punya uang segitu, Marvin, aku sangat tertarik untuk memilikinya karena itu merupakan hasil tangan dari sang pangeran terbuang juga. Sejarawan mengatakan bahwa pemberinya bertugas sebagai penasehat kerajaan namun mereka belum bisa memastikan di era kapan si penasehat tersebut membuatnya. Dan aku berkesimpulan bahwa penasehat yang dimaksud adalah ya sang Pangeran Glory I yang terbuang.”Mendengar kesaksian dari Fabrizio yang begitu meyakinkan, Marvin tercengang takjub. Dia menghembuskan napas panjang dan berkata, “Aku sudah membelinya dan sekarang benda itu berada di mobil. Pablo Gaugin dengan so
Suatu hari di Villa Winston.Sudah ada Derick, Russel, Charlie, Elena, Vionna, Viotta, Gennifer, serta setengah lusin Winston lainnya. Mereka semua sengaja berkumpul hanya untuk menyidang Marvin terkait The Violet Glory dan ingin tahu apa maksud omongan Leo Picasso soal Naga Glory.Charlie mengerutkan alis dan berkata heran, “Kami tidak mengerti jalan ceritanya. Hanya saja, kami tidak bisa mengelak dari semua fakta yang kami lihat waktu itu. Kau begitu dihormati oleh sang maestro, bahkan sampai dipanggil dengan sebutan Tuan Naga Glory.”Dipaksa mengakui kebolehan Marvin, Vionna pun akhirnya harus memaksakan sebuah senyuman yang terbit di bibirnya. “Kau belum sempat menceritakan kepada kami tentang kedekatanmu dengan Leo Picasso, Marvin.”Viotta tersenyum riang dan berkata, “Kemarin itu, kau langsung diajak pergi oleh Leo Picasso. Ke mana kalian pergi padahal acara belum juga selesai?”Terus dicecar berbagai macam pertanyaan, Marvin tidak
Karena cukup banyak melakukan aktivitas yang padat dan melelahkan, Marvin dan Gennifer memutuskan untuk berlibur di waktu liburan tengah tahun ini. Mereka berdua akan menikmati hari dan malam di sebuah hotel yang berada di sisi Pantai Lembayung, Hotel South.Setibanya di sana, Marvin langsung check-in untuk dua hari dua malam. Dia sengaja memilih sebuah kamar di mana jendelanya menghadap air laut, kamar VIP, dengan harga dua ribu lima ratus dollar per harinya. Sebuah harga yang cukup standar jika dinilai berdasarkan kualitas.Di dalam kamar, Marvin melepaskan semua pakaiannya kecuali hanya tersisi celana dalam berwarna abu. Jika sudah demikian, maka semua ototnya akan tampak mulai dari atas sampai bawah, betis seperti betis pemain bola, lengannya seperti lengan petinju, dan telapak tangannya agak kasar seperti pekerja bangunan.Marvin Rock meregangkan otot-ototnya lalu melakukan pemanasan sebentar. Sembari menghadapkan pandangnnya ke arah jendela, dia meng
Ketika meraba perut istrinya, Marvin mulai merasakan sesuatu yang beda pada istrinya. Merasakan itu, Marvin pun tersenyum bahagia, hingga matanya nyaris berkaca-kaca. “Sudah masuk satu bulan?” tanyanya dengan wajah berbinar.“Ya, kata dokter begitu. Marvin, karena aku sedang mengandung, sebaiknya kau jangan terlalu kuat melakukan goncangan, karena dikhawatirkan akan menganggu kandunganku.”Marvin melepaskan pelukan tersebut lalu langsung mundur beberapa langkah. Tiba-tiba wajahnya menampilkan sebuah penyesalan. “Astaga! Aku lupa kalau kau sedang mengisi, sayang. Apa aku telah salah?”Gennifer membalik badannya, ketika melihat wajah suaminya agak tertekuk dan merasa bersalah, dia langsung maju dan menatap suaminya dengan pandangan meyakinkan. “Tidak ada yang salah kok. Gerakan kita tadi masih wajar.”“Tidak, sayang. Aku terlalu sering kuat memberikan dorongan. Aku khawatir akan terjadi apa-apa dengan kandunganmu.”“Serius, tidak apa-apa. L