Audi hitam milik Marvin masuk ke halaman parkir G3. Sesuai dengan rencananya kemarin sore, bahwa pagi hari ini dia akan mencari lukisan bagus yang akan dia hadiahkan untuk si kembar Vionna dan Viotta. Ketika tiba di pintu masuk, Marvin dan Gennifer disambut oleh seorang wanita berpakaian ala pramugari pesawat.
“Tuan dan Nyonya, selamat datang di galeri terbaik Gloriston,” sapa wanita itu sambil tersenyum ramah.Marvin dan Gennifer membalasnya dengan senyuman pula dan ucapan terima kasih. Lalu Marvin menatap wajah wanita itu dan berkata, “Izinkan saya bertemu dengan Tuan Pablo Gaugin.”Wanita itu sedikit terkejut. “Ada perlu apa Tuan ingin bertemu dengan bos pemilik tempat ini?”Bahkan, Gennifer pun ikut tercengang. Mau apa suaminya bertemu dengan pria nomor satu di G3 tersebut? Dan bagaimana bisa Marvin bisa kenal, padahal baru kali ini mereka berkunjung ke sini?Marvin langsung to the point. “Saya ingin membeli lukisan The Violet Glory.Karena kebetulan Pablo Gaugin memang sedang berada di lokasi, maka beliau berkesempatan untuk berjumpa dengan seorang pria yang sangat berminat dengan lukisan The Violet Glory itu.“Marvin Rock? Saya pernah dengar berita tentang dirimu. Anda disangka menjadi seorang teroris, bukan?” cetus dan cecar Pablo Gaugin seraya merapikan topi tinggi ala pesulapnya, lalu dia juga merapikan kacamata hitamnya. Dari jauh, Pablo mirip Slash, sang gitaris fenomenal.“Salam kenal, Tuan Pablo Gaugin. Beruntung bisa bertemu dengan Anda secara langsung.” Bukannya tersinggung dan ambil hati, Marvin malah memberikan pujian, “Anda merupakan orang yang terkenal dengan jiwa seni yang sangat tinggi. Bahkan, sudah banyak seniman dunia yang mengakui kebolehan Anda dalam mengoleksi berbagai benda yang punya nilai seni, apa pun itu. Kami sangat salut terhadap Anda, Tuan.”Pablo tersenyum penuh kemenangan. “Ya, tidak hanya di Kota Gloriston saja, saya populer di dunia. Hebatnya, para seniman yang menemuiku, bukan sa
Meskipun sudah pernah ada yang memberikan tawaran, harganya tidak sampai menyentuh angka empat ratus juta dollar, sebuah harga yang dipasang oleh Leo Picasso sendiri. Pernah ada salah satu pengkoleksi kaya menawarnnya sebesar lima juta dollar, dan tertinggi pernah ada yang menawar dua puluh juta dollar.Mendengar Marvin memberikan tawaran empat ratus juta dollar, Pablo sangat tercengang. “Sudah saya bilang, lukisan ini tidak untuk diperjualbelikan.”Bukan itu masalahnya. Ada sesuatu yang ditutupi oleh Pablo. Jika memang lukisan The Violet Glory seratus persen miliknya, tentu dia sangat tergiur dengan uang sebanyak itu. Empat ratus juta dollar sangat banyak sekali.Marvin mengerutkan kening. “Tuan, kita tidak sedang berada di acara pelelangan. Jika harga tersebut kurang, saya merasa berat untuk menambahnya kalau terlalu banyak. Saya tetap menghargai karya lain yang sedikit di atas itu harganya. Baiklah, saya naikkan menjadi empat ratus juta dollar, plus sep
Di usianya yang amat senja, Leo Picasso pun tiba di Gold Galery Group. Mendengar ada seseorang yang memberikan penawaran harga yang amat tinggi, beliau pun bergegas ke mari. Setibanya di VIP, Leo Picasso terperanjat kala melihat sosok Marvin Rock.“Naga Glory?” cetusnya dengan mulut menganga.Mendengar panggilan itu, Marvin Rock terhenyak. ‘Astaga! Bagaimana bisa Tuan Leo Picasso mengenaliku?’ Seketika ekspresi Marvin menegang.Saat ini, Gennifer berada di sisi Marvin. Bahkan, seorang Gennifer saja baru kali ini mendengar suaminya dipanggil dengan sebutan Naga Glory. Julukan apa itu?Dalam cerita yang banyak beredar, sering terdengar Naga Langit, Naga Hitam, dan sejenisnya. Namun, baru kali ini terdengar Naga Glory? Apa mungkin Leo Picasso salah orang? Atau bagaimana?Marvin mendekat sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman, “Senang bertemu dengan Anda, Tuan Leo. Meski sudah sangat tua, Anda tampak masih gagah. Perkenalkan nama saya Ma
Minggu itu pun tiba. Acara opening Vionta Cafe n Resto berlangsung meriah. Ratusan papan bunga berderet sepanjang jalan di sekitar sana, sebagai bentuk ucapan selamat dan sukses atas berdirinya bisnis baru dari Keluarga Charlie Winston.Beberapa kerabat dan teman dekat pun turut menghadiri acara pada siang hari ini. Berbagai macam menu pun dihadirkan, dikasih gratis untuk semua tamu undangan, sebuah hari spesial buat mempromosikan Vionta di khayalak umum.Sulit membedakan yang mana Vionna dan yang mana Viotta. Mereka berdua punya kesamaan dari banyak hal, baik di wajah, badan, bahkan suara. Tidak hanya cantik, mereka berdua punya daya tarik yang luar biasa.Dengan setelan seperti dalam anime Jepang, mereka berdua menyapa semua tamu undangan, hingga sampai di meja paling belakang, mereka berdua menyapa Marvin dan Gennifer.“Sepupuku yang malang, kenapa kau duduk di belakang?” tanya Vionna terbelalak. “Seharusnya kau berada di kursi depan sana bersama keluarga besar Winston yang lain.”“
Benar saja, baru juga tiba, Charlie Winston lebih menyemarakkan suasana. Dia menyeret tangan Marvin lalu meletakkannya di tengah-tengah. Dia pun menghadapkan Marvin kepada semua Winston.“Istriku, anakku, saudaraku, keponakanku, semuanya yang berasal dari Winston. Kita kedatangan tamu spesial pada hari ini. Sambutlah, Marvin Rock, yang katanya akan menaikkan citra Keluarga Winston di Gloriston!”Sekitar tiga puluh orang bertepuk tangan meriah menyambutnya.“Ya, tapi itu hanya utopia!”Semua orang pun tertawa terpingkal-pingkal.Saat ini, Derick dan Russel tidak mau berkata apa-apa.Charlie tergelak geli sambil memegangi perut. “Kau ingin menjadikan Keluarga Rock dan Keluarga Winston sama seperti Harvard dan Wilmer?! Kau sudah gila, Marvin! Ha-ha!”Lalu dua wanita kembar itu pun membelah keramaian dan berdiri pas di samping ayahnya.Vionna tersenyum remeh. “Itulah alasan kenapa paman Derick mengundangnya ke mari.
Aldous Morgan tentu tidak akan mau menyeret paksa keluar bosnya. Meskipun Charlie memaksanya, tetap Aldous tidak bersedia. Parah sekali dia mau mengusir Marvin Rock, mending dia saja yang keluar dari sini sekalian.Vionta Cafe n Resto memilih Morgan Security sebagai organisasi keamanan yang dipakai untuk bisnis mereka. Di acara opening ini, sengaja Aldous diundang oleh pihak tuan rumah.Namun tak dinyana, ternyata Marvin hadir di acara ini.Charlie menatap heran. “Aldous, kau adalah bos mafia dan kepala organisasi Morgan Security, tidak mungkin kau tidak bisa mengentaskan sampah kecil ini.”Sampah kecil?Aldous menahan napas.Apa dia harus memberi tahu kepada Charlie bahwa Morgan Security merupakan milik Marvin?Tidak ingin salah langkah, Aldous pun menunduk di hadapan Marvin. “Tuan Rock, apakah ada hal yang membuat Tuan tidak nyaman?”Marvin menggeleng. “Laksanakan tugasmu sekarang, Aldous.”“Maksud Tu
Tidak mau rahasia besar itu terbuka terlalu cepat, akhirnya Marvin buka suara juga, “Tidak ada hubungan spesial apa pun antara aku dan Aldous. Jika kalian pikir Aldous menghormatiku, tentu tidak. Dia hanya salah tingkah, atau bisa jadi kalian semua salah persepsi.”Lalu Marvin memberikan tatapan yang mengisyaratkan bahwa Aldous tidak usah lagi banyak bunyi apalagi menampilkan sikap yang bakal memancing kecurigaan.Namun, tuan rumah tidak membiarkan perseteruan ini kelar begitu saja.“Kau sangat payah, Aldous! Aku kira kau bisa diandalkan dalam situasi seperti ini,” cecar Charlie, yang tidak bisa untuk tidak emosi. Wajahnya dipenuhi amarah. Gara-gara Marvin, acara keluarganya jadi sedikit rusak.Tidak mau ada keributan yang panjang, akhirnya Marvin bilang kepada Aldous dengan bijak, “Silakan kau memberikan keamanan untuk acara ini. Suruh anak buahmu untuk bekerja dengan baik. Layani Keluarga Winston seperti kau melayani keluargamu sendiri.”
“Bisa jadi Marvin benar, Dik.”Charlie terperanjat. “Apanya yang benar, Kak Derick? Sangat mustahil bisa punya salah satu lukisan terbaik dari seorang maestro. The Violet Glory sudah beberapa kali menerima penghargaan. Karya tersebut sangat terjaga di Gold Galery Group.”Derick berusaha serius. “Hm. Apa pun bisa terjadi.”Seakan tak terima dengan komentar sang kakak, Charlie terus meminta sebuah kalimat yang menerangkan bahwa lukisan tersebut merupakan imitasi. Namun, Derick tak bisa berkomentar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh adiknya itu. Setelah melihat sekilas, dia pun segera menyibukkan diri dengan hal lain, begitu juga Russel.Ketika sudah mendengar omongan Marvin yang terdengar gila, meskipun di luar nalar, mereka dipaksa menerima omongan tersebut bagaimana pun ceritanya.Vionna memperlihatkan lukisan The Violet Glory pada keluarga dan kerabatnya. “Lihatlah! Nyaris tidak ada bedanya dengan lukisan yang pernah aku li
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.
GOAL! 1 – 3. Di menit ke delapan puluh, sang pelatih terus memutar otak agar timnya keluar dari lubang jarum kekalahan, namun upaya keras dari sang pelatih tak menuai hasil baik. Kata-kata kotor dan botol plastik pun mengarah ke dua bench pemain. Kesal sama tim sendiri dan muak melihat kemenangan tim lawan. Satu per satu penonton mulai meninggalkan stadion karena mereka yakin bahwa tim kesayangan mereka tidak bakal menang. Sungguh, hasil buruk dan mengecewakan. GOAL! 1 – 4. Ketika peluit panjang ditiupkan, saat itu pula kericuhan besar terjadi di dalam stadion maupun di luar stadion. Para penonton tidak terima atas hasil buruk pada pertandingan hari ini. Mereka mengamuk kepada tim sendiri dan juga kepada tim musuh. Jika pihak keamanan tidak sigap, pasti bakal ada korban jiwa dan banyak fasilitas stadion yang rusak. Harven mengawas ke atas, ‘Tiga bajingan itu sudah melarikan diri rupanya’. Ketik
Ini adalah pertandingan pembuka di musim yang baru dan kebetulan bermain di kandang, dan sangat kebetulan pula bertemu Iron United, musuh terberat yang selalu membayangi. Iron United menjadi tim tersukses selama lima tahun belakangan. Mereka memborong lima gelar juara liga secara beruntun dan total mereka tela mengoleksi sebanyak lima belas kali juara di Chemisland League One. Membaca data yang ada sekarang, di mana Gloriston FC sedang terpuruk dan juga Iron United sedang naik daun, dan meskipun bermain di kandang, Gloriston FC tidak dijagokan menang pada pertadingan kali ini. Banyak pengamat yang memberikan prediksi bahwa Iron United bakal menguasai permainan dan memenangkan laga walaupun dengan hasil yang tidak mencolok, menang tipis. Scott murka. “Sial!” umpatnya menyeringai. “Tiga pemain top kita dijual musim ini. Ketika ada mereka saja, klub tidak bisa juara, apalagi mereka tidak ada. Mereka merupakan pemain kunci, dua gelandang dan satu striker.”
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di