Apartement Nayra.Entah kenapa saat itu ia ingin mengajak Maxime mengobrol di apartemennya. Karena tidak mungkin kalau ia mengajak Max ke rumah pamannya, Brandon. Saat ini Uncle Nayra itu juga sedang tidak di rumah, karena ada urusan yang tidak tahu apa, Nayra sama sekali tidak tahu apa urusan uncle-nya itu.“Kak, kamu mau minum?”“Tidak usah, Nayra, nanti merepotkan." "Gapapa, aku gak repot kok." Maxime tersenyum. "Kamu duduk saja, Nayra." "Sebentar kok, minum itu gak lama.""Hem, yasudah kalau begitu," jawab Maxime. Nayra duduk di sisi Maxime. “Aku ajak kamu ke sini, karena aku mau mengobrol lebih santai. Kamu nggak apa-apa kan?”Tentu saja Max tidak keberatan, hanya saja ia malah cemas kalau dia tidak dapat menahan diri ketika berdekatan dengan Nayra. Dia berusaha bersikap sebaik mungkin demi menjaga harga diri Nayra. Kalau saja Nayra tahu, sebenarnya saat berdekatan Nayra, libidonya kerap muncul.“Iya, aku enggak masalah kok. Kamu udah nggak marah, kan, sama aku?” tanya M
Maxime mulai ragu ingin menceritakan tentang dirinya pada Nayra. Bukan karena dia meragukan Nayra, atau karena Nayra merupakan orang baru yang masuk ke kehidupannya. Tapi, dia takut kalau Nayra tidak bisa menerima fakta tentang masa lalunya yang jujur belum bisa dia ubah sampai saat ini. Keinginan itu menguat sejak dia bertemu Nayra, hal yang sudah pasti dianggap tabu oleh banyak orang. Tentang orientasi seksnya, atau fetish yang dia miliki. Flashback "Max, kumohon, aku tidak bersedia begini." Gadis itu baru pertama kali tanpa pakaian di depan laki-laki. Hanya di hadapan Maxime, suami yang satu minggu ini menjadi suaminya. "Kau bilang ingin menjadi istriku, dan ingin diperlakukan sebagai seorang istri Maxime. Beginilah caraku memperlakukan wanitaku, Maria." "T-tidak, Max, tapi kenapa aku harus diikat begini." Ada rantai di leher Maria, itu semacam tali yang digunakan untuk hewan peliharaan. Maria merasa dirinya sangat hina sekarang. "Kau malah tampak seksi dengan kostum itu, Saya
Hal itu membuat Maxime mengingat kembali awal mula bagaimana cintanya dapat bersemi untuk Maria. Wanita yang bersabar, menjadi paling sabar menghadapinya. Hanya saja, dia tidak bisa melakukan hal itu pada Nayra. Bisa jadi, Nayra akan lebih ketakutan dibandingkan Maria. Apalagi Nayra adalah penyelamatnya. Karena hanya Nayra yang berhasil lolos kualifikasi sebagai mama baru untuk sang putri, Natasha. Akhirnya Nayra kembali setelah berganti pakaian. Melihat senyum Nayra yang halus membuat Max makin yakin tak akan frontal menceritakan tentang dirinya sekarang. "Maaf ya lama." Nayra duduk di samping Maxime. "Gapapa, apa kamu gak kedinginan. Kenapa malah pakai celana pendek?" tanya Maxime. Nayra mengenakan tank top dan juga celana jeans pendek saja malam itu. "Ah, aku terbiasa begini. Em, apa kamu gak nyaman liatnya? Aku bisa ganti bajunya kok," sahut Nayra kikuk."Oh tidak perlu, Nayra. Kalau kau nyaman itu tidak masalah." Maxime tersenyum santai. Mereka saling melempar senyum beber
“I want to quit. Please stop here.”Tajamnya sepasang mata yang begitu tegas mengatakan ia ingin berhenti.Berhenti dari dunia yang selama ini menjadi hidupnya.“Pazzo! Smettila con quelle stronzate!" “Arrivederci, me ne vado."Brandon sudah memutuskan, ia akan berhenti dari dunia yang selama ini mengenalkannya pada dunia kelompok mafia ternama di Italia. Marquez Pattinson yang sudah tiada, pria itu adalah ayah angkatnya, yang mengenalkan dia dan Jack pada dunia tersebut, tapi seiring berjalannya waktu, Brandon menyadari bahwa jalannya ini tidak dapat ia pertahankan. Dia memiliki seseorang untuk dijaga yaitu Nayra. Mana mungkin dia terus berada pada dunia yang penuh dengan bahaya, ia takut hal itu malah menjerumuskan Nayra ke dalam masalah.Tentu saja akan ada banyak yang harus dia korbankan, setelah keputusannya untuk berhenti dari dunia yang membesarkan namanya dikalangan gengster.Ingatan kelam itu memperburuknya. Membuat ia terus diselimuti dendam yang tak berkesudahan. Terlal
Awalnya Maxime meragu, ia tak begitu yakin akan menikah lagi setelah tujuh tahun lamanya menduda. Natasha mendapatkan segala hal yang dibutuhkan tanpa merasa kekurangan. Namun ternyata Natasha malah menginginkan ibu baru dan Maxime tak berhasil menolak permintaan Natasha yang satu itu. Nayra, gadis itu baik dan tulus. Maxime tahu dan yakin hanya dengan bertemu satu kali. Meski terpaut usia yang cukup jauh, tapi Nayra bisa membangun suasana yang tidak canggung dan menyenangkan saat bersamanya. Dan yang lebih penting lagi, putrinya menyukai gadis itu. Natasha sudah metasa cocok dan mendukung Maxime menikahinya. Malam itu Maxime masuk ke dalam kamar dimana pintunya selalu tertutup dan terkunci rapat. Kamar dimana dia dan Maria tidur dulu. Tidak seperti biasa, Maxime mendadak ingin masuk ke dalam ruangan yang senantiasa gelap itu. Seperti yang dia takutkan, jantungnya terasa sakit saat kakinya pertama kali setelah sekian tahun tidak pernah menginjak lantai kamar itu. "Maria." Kamar itu
Marina memiliki wajah yang benar-benar mirip dengan Maria. Hanya yang membedakan sorot mata dan garis senyum membuat keduanya seperti memiliki hal berbeda sebagai saudara kembar. Selama hidup, Maria lebih cenderung tertutup dibandingkan Marina yang memilih kebebasan. Marina leluasa memutuskan apa yang dia inginkan, sementara Maria selalu menjadi tameng bagi Marina demi melancarkan insting bebasnya sejak menginjak remaja. Dijodohkan dengan putra mafia tersohor, Nichole Louise Xanders, yaitu Maxime Nichole Xanders, Marina langsung menolak tegas dengan alasan tak ingin menikah dengan pria manapun. Marina merasa dirinya terlalu bagus untuk pria manapun, karena tak ada yang seperti dirinya. Marina merasa sempurna sebagai seorang gadis, dan lebih memilih hidup melajang dengan kebebasan. "Marina, lakukan ini demi kelangsungan hidup kita, Nak." "Apa? Demi kelangsungan hidup kita? Maksud Mom hidup Mommy dan Daddy?" "Marina kau jangan lancang!" Letisha membentak Marina yang berani-beraniny
Maxime akhirnya menyadari bahwa nalurinya telah memilih Nayra. Pertemuan pertama kali saat ia belum menikah dengan Maria, sewaktu Nayra datang mencari Laura, sepupunya, ia sudah menaruh rasa pada Nayra. Menurutnya gadis kecil itu bisa memenuhi hasratnya. Namun Maxime tak mengikuti naluri itu atas dasar tak tega, sebab Nayra merupakan sahabat sepupunya, Laura. Sampai akhirnya Maxime tak beraksi sama sekali dan membiarkan target lepas begitu saja. "Laura, sudah lama sekali," ucap Maxime melihat senyum di foto yang telah usang di makan waktu. Semalam ia menemukan foto itu di gudang sewaktu hendak mencari sesuatu. Laura remaja pasti sudah berubah menjadi dewasa, dia seumuran dengan Nayra. "Daddy!" "Natasha." "Daddy kenapa pulang? Bukannya tadi daddy bekerja?" "Sayang, ada yang tertinggal jadi daddy pulang ke rumah dulu," jawab Maxime."Ah, rupanya begitu. Kalau begitu apa daddy mau kembali ke kantor?" tanya Natasha. "Ya, Baby, daddy harus kembali ke kantor karena ada meeting pentin
Maxime tidak mengira dunia benar-benar sempit. Rupanya orang yang akan menjadi saudaranya adalah Brandon, yang memang sudah sejak dulu ia anggap sebagai sahabat. Ia pun tersenyum tenang, karena takdir begitu indah menyatukan dia dengan gadis bernama Nayra. "Daddy!" "Natasha." "Daddy baru pulang, ya?" "Iya, Sayang, kamu sedang apa?" Maxime melihat Natasha sedang memegang buku gambar. "Sedang melukis, lihatlah, ini Mama Maria," jawab gadis kecil itu. "Ma-Maria?" Tak mengira jika putrinya sangat berbakat dalam hal melukis. Gambar Maria memang sangat mirip dengan wajah Maria asli. Sampai-sampai Maxime ingin menangis kala melihat hasil karya sang putri. "Daddy kenapa malah menangis?" Tangan kecil Natasha menyentuh pipi Maxime kemudian menyeka air mata yang mengalir. "Natasha sangat pintar melukis, Daddy sampai terharu," ucap Maxime dengan suara gemetar saking teringat Maria hanya dari melihat sketsa wajah itu. "Daddy, apa daddy merindukan mama Maria?" tanya Natasha tiba-tiba lalu