Awalnya Maxime meragu, ia tak begitu yakin akan menikah lagi setelah tujuh tahun lamanya menduda. Natasha mendapatkan segala hal yang dibutuhkan tanpa merasa kekurangan. Namun ternyata Natasha malah menginginkan ibu baru dan Maxime tak berhasil menolak permintaan Natasha yang satu itu. Nayra, gadis itu baik dan tulus. Maxime tahu dan yakin hanya dengan bertemu satu kali. Meski terpaut usia yang cukup jauh, tapi Nayra bisa membangun suasana yang tidak canggung dan menyenangkan saat bersamanya. Dan yang lebih penting lagi, putrinya menyukai gadis itu. Natasha sudah metasa cocok dan mendukung Maxime menikahinya. Malam itu Maxime masuk ke dalam kamar dimana pintunya selalu tertutup dan terkunci rapat. Kamar dimana dia dan Maria tidur dulu. Tidak seperti biasa, Maxime mendadak ingin masuk ke dalam ruangan yang senantiasa gelap itu. Seperti yang dia takutkan, jantungnya terasa sakit saat kakinya pertama kali setelah sekian tahun tidak pernah menginjak lantai kamar itu. "Maria." Kamar itu
Marina memiliki wajah yang benar-benar mirip dengan Maria. Hanya yang membedakan sorot mata dan garis senyum membuat keduanya seperti memiliki hal berbeda sebagai saudara kembar. Selama hidup, Maria lebih cenderung tertutup dibandingkan Marina yang memilih kebebasan. Marina leluasa memutuskan apa yang dia inginkan, sementara Maria selalu menjadi tameng bagi Marina demi melancarkan insting bebasnya sejak menginjak remaja. Dijodohkan dengan putra mafia tersohor, Nichole Louise Xanders, yaitu Maxime Nichole Xanders, Marina langsung menolak tegas dengan alasan tak ingin menikah dengan pria manapun. Marina merasa dirinya terlalu bagus untuk pria manapun, karena tak ada yang seperti dirinya. Marina merasa sempurna sebagai seorang gadis, dan lebih memilih hidup melajang dengan kebebasan. "Marina, lakukan ini demi kelangsungan hidup kita, Nak." "Apa? Demi kelangsungan hidup kita? Maksud Mom hidup Mommy dan Daddy?" "Marina kau jangan lancang!" Letisha membentak Marina yang berani-beraniny
Maxime akhirnya menyadari bahwa nalurinya telah memilih Nayra. Pertemuan pertama kali saat ia belum menikah dengan Maria, sewaktu Nayra datang mencari Laura, sepupunya, ia sudah menaruh rasa pada Nayra. Menurutnya gadis kecil itu bisa memenuhi hasratnya. Namun Maxime tak mengikuti naluri itu atas dasar tak tega, sebab Nayra merupakan sahabat sepupunya, Laura. Sampai akhirnya Maxime tak beraksi sama sekali dan membiarkan target lepas begitu saja. "Laura, sudah lama sekali," ucap Maxime melihat senyum di foto yang telah usang di makan waktu. Semalam ia menemukan foto itu di gudang sewaktu hendak mencari sesuatu. Laura remaja pasti sudah berubah menjadi dewasa, dia seumuran dengan Nayra. "Daddy!" "Natasha." "Daddy kenapa pulang? Bukannya tadi daddy bekerja?" "Sayang, ada yang tertinggal jadi daddy pulang ke rumah dulu," jawab Maxime."Ah, rupanya begitu. Kalau begitu apa daddy mau kembali ke kantor?" tanya Natasha. "Ya, Baby, daddy harus kembali ke kantor karena ada meeting pentin
Maxime tidak mengira dunia benar-benar sempit. Rupanya orang yang akan menjadi saudaranya adalah Brandon, yang memang sudah sejak dulu ia anggap sebagai sahabat. Ia pun tersenyum tenang, karena takdir begitu indah menyatukan dia dengan gadis bernama Nayra. "Daddy!" "Natasha." "Daddy baru pulang, ya?" "Iya, Sayang, kamu sedang apa?" Maxime melihat Natasha sedang memegang buku gambar. "Sedang melukis, lihatlah, ini Mama Maria," jawab gadis kecil itu. "Ma-Maria?" Tak mengira jika putrinya sangat berbakat dalam hal melukis. Gambar Maria memang sangat mirip dengan wajah Maria asli. Sampai-sampai Maxime ingin menangis kala melihat hasil karya sang putri. "Daddy kenapa malah menangis?" Tangan kecil Natasha menyentuh pipi Maxime kemudian menyeka air mata yang mengalir. "Natasha sangat pintar melukis, Daddy sampai terharu," ucap Maxime dengan suara gemetar saking teringat Maria hanya dari melihat sketsa wajah itu. "Daddy, apa daddy merindukan mama Maria?" tanya Natasha tiba-tiba lalu
Maxime mengajak Nayra makan malam di rumahnya sekaligus mempertemukan Nayra dengan Natasha. Nayra sangat senang bisa bertemu lagi dengan gadis kecil yang memiliki aura sangat positif itu. "Natasha." "Kak Nayra!" seru Natasha yang langsung menghambur memeluk Nayra begitu Nayra muncul di ambang pintu. "Kak Nayra, Natasha kangen banget!" "Sayang, aku juga sangat kangen dengan kamu." Nayra memeluk erat Natasha seperti putrinya sendiri. "Natasha kenapa belum tidur?" Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Sengaja menunggu daddy, rupanya daddy datang bersama mommy baru." "Mommy baru?" Maxime tersenyum mendengar panggilan baru Natasha untuk Nayra. "Um, boleh, kan, Kak? Aku mau panggil kakak jadi mommy saja." Nayra sangat terharu. Dia sengaja tak ingin meminta macam-macam dalam hal panggilan pada Natasha. Karena menurutnya itu semua hanya akan membuat Natasha tak nyaman. Tapi begitu Natasha sendiri yang ingin memanggilnya mommy, tentu itu sangat menyentuh hatinya. "Mom
Maxime menggendong tubuh Nayra, setelah semua tamu undangan pulang dan mereka pun telah kembali ke rumah. Natasha berkenalan dengan Jessica, dia memutuskan untuk tidak mengganggu malam pertama Daddy dan Mommy barunya, Nayra. Jessica mengajak Natasha ikut dengannya, dan Brandon menawarkan diri agar Jessy mau tidur di rumahnya bersama dengan Natasha.Awalnya Jessica menolak, tapi Natasha sebaliknya. Ia cepat akrab dengan Brandon dan ia sangat antusias ingin tidur di rumah Brandon bersama dengan Jessica. Tentu saja Jessy tidak dapat menolaknya, karena melihat Natasha sangat senang. Dalam hatinya ia juga senang, bisa tidur serumah dengan Brandon, pria yang dikaguminya diam-diam.“Kak, apa tidak apa-apa kalau Natasha tinggal di tempat Uncle, seminggu? Apa tidak terlalu lama?” tanya Nayra. “Itu kemauan Brandon, bukannya bagus. Karena itu dia bahkan menunda jadwalnya pergi ke Italia. Lagi pula, Natasha sangat senang dengan Brandon, mereka sangat akrab tadi, aku pun tidak menyangka nya,”
Pagi pertama Nayra, menyaksikan dirinya berada di sisi pria yang ia cintai dalam satu selimut. Maxime masih terlelap, semalam keduanya begitu liar, tak menyangka bahwa akan menjadi sepanas itu. Malam pertama keduanya berjalan dengan begitu mengagumkan untuk mereka.Dipandanginya wajah Max yang begitu tenang ketika tertidur. Hidung mancungnya terlihat sangat indah dengan bibir penuh dan seksi yang tak pernah berhenti menyita perhatian Nayra.Teringat lagi, kala Max memukulnya bertubi-tubi di bagian tubuh belakangnya. Itu tidak menyakitkan, karena Max tidak menggunakan tenaganya. Itulah sebabnya, Nayra malah merasa itu adalah sensasi yang mendebarkan. Ya, Max menolak pada awalnya tapi Nayra tetap ingin merasakan hal itu hingga akhirnya Max menuruti permintaan Nayra.Tak ada trauma, tidak juga pengalaman di masa lalu yang buruk. Nayra merasakan itu tidak menyakitinya, dia tahu Max tidak ingin menyiksanya. Ya, Nayra seratus persen wanita normal dan bukan seorang masokis. Tentu saja dia
“Hmm ... segarnya. Astaga, lihatlah ini, banyak sekali kissmark yang dia berikan, aku tidak bisa menghitungnya,” ucap Nayra pelan. Sekujur tubuhnya penuh dengan tanda merah sebagai jejak yang diberikan Max semalam dan pagi ini.Nayra mengenakan pakaiannya. Di kamar Maxime, ia melihat sudah tidak ada lagi foto-foto Maria, ke manakah kira-kira Max menyimpan foto-foto tersebut? Nayra bertanya dalam hati.Mendadak ia teringat Marina, wanita itu sudah tidak muncul lagi semenjak terakhir kali Maxime mendorongnya di butik. Itu adalah pertemuan mereka terakhir kalinya.“Semoga setelah ini dia tidak muncul lagi dalam kehidupanku dan Max.”Setelah berganti pakaian. Nayra pun segera turun ke ruang makan, Max bilang menunggunya di meja makan. Saat itu Nayra mengenakan kemeja putih agak besar, tanpa menggunakan celana pendek, hanya underwer dan kemeja saja.“Kak, kamu masak apa?” tanya Nayra terkejut saat melihat Maxime sedang di dapur, menggunakan celemek sambil mengaduk masakan di atas kompo