Home / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 207. Curahan Hati Seorang Freya

Share

207. Curahan Hati Seorang Freya

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2025-01-03 23:52:55

Freya menjatuhkan ponselnya di pangkuan. Ia menutup kedua telinganya sambil menggelengkan kepala berkali-kali. “Nggaaak! Berhenti menggangguku!”

Perempuan itu meluruhkan tubuhnya di lantai yang dilapisi karpet tebal. Ia memeluk lutut ketakutan sambil menenggelamkan wajahnya di sana. Penampilannya sudah tidak karuan.

Drrt!

Ponselnya kembali berbunyi, tetapi kali ini ada panggilan masuk. Freya mengangkat kepala lalu mencari letak ponselnya.

Setelah ketemu, ia langsung menerima panggilan telepon itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

“Apa lagi sih, hah?! Aku bilang berhenti, ya, berhenti! Stop mengganggu dan mengusik hidupku!”

“Freya? Kau kenapa?”

Freya tertegun lantas menjauhkan ponselnya dari telinga untuk melihat orang yang meneleponnya saat ini. “Dhafin?”

“Iya, ini aku. Kau kenapa?”

Freya menggelengkan kepala seraya mengusap air matanya. Ia berdehem untuk menormalkan suaranya. “Nggak papa. Ada apa menelponku? Tumben banget.”

“Kamu ada di rumah kan? Atau kamu sedang nggak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Penasaran apakah yang direncanakan oleh dhafin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   208. Rencana Pernikahan

    “Ada yang hal penting yang ingin kubicarakan padamu.”“Tentang apa?” tanya Freya lalu menundukkan kepalanya karena merasa salah tingkah ditatap seperti itu.Dhafin mengubah posisi duduknya menjadi serong menghadap Freya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. “Tak terasa udah tiga tahun kita menjalin hubungan sebagai tunangan. Ternyata cukup lama juga, ya.”“Aku berpikir bahwa udah saatnya kita mengakhiri pertunangan kita ke jenjang yang lebih serius, yakni pernikahan. Aku ingin menikahimu, Freya,” ungkapnya.Sontak, hal tersebut membuat Freya mengangkat kepalanya dan menatap Dhafin dengan pandangan tidak menyangka. Jantungnya berdegup kencang mendengar pernyataan yang selama ini ditunggu-tunggu. “Dhafin… kamu… kamu serius?”Dhafin mengangguk mantap dan meraih kedua tangan Freya untuk digenggamnya. “Sure, aku serius.”“Beberapa hari terakhir, aku meyakinkan hatiku dan meminta petunjuk. Ini menjadi salah satu alasan kenapa kemarin aku nggak ada waktu untukmu.”“Dan jaw

    Last Updated : 2025-01-03
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   209. Putri yang Tertukar?

    Tok tok tok “Masuk!” Grissham yang sedang berkutat dengan laptop mengalihkan perhatiannya ke arah pintu ruang kerjanya di kantor. Tak lama pintu itu terbuka dan mendapati dua orang perempuan yang dikenalnya berdiri di sana. “Permisi, Pak Grissham. Ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak dan sudah membuat janji sebelumnya,” ucap salah satu perempuan yang menjabat sebagai sekretaris Grissham. “Baiklah, kau boleh meninggalkan kami,” balas Grissham. Ia mengukir senyum ramah menyambut sang tamu setelah sekretarisnya undur diri. Laki-laki itu menunjuk sofa yang tak jauh dari meja kerjanya. “Silakan duduk dulu, Florence. Aku masih ada sedikit pekerjaan yang harus kuselesaikan. Hanya sebentar saja. Tunggu, ya.”Florence, tamu yang mendatangi kantor Grissham, hanya mengangguk sebagai balasan lantas mendudukkan dirinya di sofa panjang.Ia memilih memainkan ponsel sambil menunggu si tuan rumah menyelesaikan pekerjaannya. Sepuluh menit kemudian, Grissham telah menyelesaikan semua pekerjaan

    Last Updated : 2025-01-06
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   210. Belum Siap Kehilangan

    “Nggak!” Florence menggeleng tegas sembari menatap Grissham tajam. “Aku nggak setuju!”“Kenapa kau tidak setuju?” tanya Grissham dengan mengerutkan keningnya. Florence kembali menggelengkan kepala berkali-kali. “Jangan beritahu mereka. Ayah sama Ibun nggak boleh tau tentang semua ini.” Grissham seketika mengubah raut wajahnya menjadi datar saat mengerti alasan Florence yang melarang memberitahu orang tuanya. “Kau jangan egois, Flo. Uncle Raynald dan Aunty Radha harus mengetahui siapa sebenarnya putri kandung mereka. Ini demi kebaikan bersama,” ucapnya tanpa intonasi.Florence tertawa sarkas. Ekspresi wajahnya tampak sudah tidak bersahabat lagi. “Kebaikan? Kebaikan apa yang kamu maksud, hah?! Ini tuh cuma demi kebaikannya Lora! Bukan kebaikan bersama!”Grissham melipat tangannya di depan dada. “Dari awal memang semuanya demi Lora. Aku melakukan penyelidikan ini untuk mencari tahu kebenaran tentang Lora.”“Kau sendiri yang tiba-tiba datang dan menawarkan diri. Aku tak pernah memaksam

    Last Updated : 2025-01-08
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   211. Tidak Mudah Percaya

    Florence menatap Grissham dengan mata memerah. “Lalu bagaimana dengan Lora? Bisa aja kan dia merebut semuanya dariku?”Grissham menggeleng tegas. “Tidak akan! Lora tidak akan tega melakukan itu, Flo. Bahkan dia akan merasa tidak enak denganmu. Aku tahu bagaimana karakter Lora. Percayalah, dia tidak sejahat itu.”Florence menarik napasnya guna mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Ia menggeleng pelan. “Tapi tetap aja semuanya bakal berubah. Perlahan-lahan aku yang akan tersingkirkan karena bukan darah daging mereka.”Grissham memegang kedua bahu Florence dan menghadapkan ke arahnya. “Flo, dengarkan aku.”Tangannya beralih menangkup wajah Florence seraya mengusap lembut pipi yang basah itu. “Semuanya tidak akan berubah. “Kehadiran Lora tidak akan membuatmu tersingkirkan malahan kau mempunyai saudara perempuan plus dua keponakan lucu. Kau akan tetap menjadi putri mereka, hm?”Florence mengerti, tetapi hatinya masih dilingkupi kecemasan yang berlebihan. Ia kembali menitikkan air mata tida

    Last Updated : 2025-01-09
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   212. Dulunya Sahabat

    Grissham beralih menatap wanita yang berstatus ibunya Florence. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Aunty.”“Jika Tuhan sudah berkehendak, maka hal mustahil pun pasti akan terjadi. Memang sulit dipercaya, tetapi inilah faktanya.”“Aku pun sama terkejutnya seperti Aunty saat pertama kali mengetahui semua ini, apalagi Florence yang belum bisa menerima. Ingin menyangkalnya juga tidak bisa,” ujarnya lugas.Pak Raynald manggut-manggut paham dengan tatapan tak pernah lepas dari layar laptop. “Semuanya memang masuk akal.”“Saya baru mengetahui bila Florence dan Lora mempunyai tanggal lahir yang sama. Mereka juga lahir di rumah sama pula,” balasnya.“Dan jangan lupa wajah Lora yang sangat mirip dengan Uncle, terutama di bagian mata yang berwarna hijau,” sahut Grissham menambahkan.Ia menatap Pak Raynald lekat-lekat. “Bukan hanya aku, tetapi sudah banyak orang yang mengatakan hal ini ketika kalian berdampingan,” lanjutnya.“Bisa aja kan cuma kebetulan semata?” bantah Dokter Radha yang

    Last Updated : 2025-01-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   213. Dibully?

    Anuradha Raharjeng Kusumaningtyas dulunya menjadi siswi populer dan banyak yang menyukainya. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada sekelompok siswa yang membencinya atau sebut saja dengan haters. Mereka itu merupakan sekumpulan murid yang sering melanggar aturan karena melakukan perundungan terhadap siswa lain.Linda yang sangat membenci Radha pun masuk ke komplotan mereka dan bekerja sama untuk menjahili gadis itu. Tindakan jahilnya pun bertahap, mulai dari level terendah sampai level tertinggi sehingga membuat hidup Radha tidak tenang ketika berada di sekolah. Namun, ia tentu saja tidak memberitahu hal semua itu kepada Radha. Ia tetap bersikap seperti sedia kala layaknya sahabat terbaik yang senantiasa ada ketika Radha membutuhkan. Ia juga berpura-pura menjadi penolong pertama ketika sahabatnya itu mengalami kesusahan. Iya, Linda memainkan peran yang sangat apik sampai-sampai Radha tidak menyadari bahwa dirinya merupakan dalang utama bahkan menjadi otak dari ke

    Last Updated : 2025-01-11
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   214. Anak Membuat Ulah, Orang Tua yang Susah

    Plak! Radha langsung bangkit berdiri seraya memegang pipi kirinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari Linda. Ia menatap gadis itu dengan pandangan bingung sekaligus tidak percaya. “Linda.... Kenapa kamu menamparku?” tanyanya pelan. “Brengsek kamu, Radha!” Linda maju hendak menyerang Radha kembali, tetapi dihalangi oleh beberapa penghuni kelas ini. Ia menuding jari telunjuknya tepar di depan muka gadis itu. “Gara-gara kamu, ayahku jadi turun jabatan!”Suara Linda yang sangat keras berhasil menarik perhatian siswa lainnya, baik di kelas ini maupun dari kelas lain. Mereka berbondong-bondong mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Radha mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan Linda. “Turun jabatan? Maksudnya gimana? Aku benar-benar nggak paham apa maksudmu.” Linda tersenyum sinis sembari memutar bola mata malas. “Nggak usah pura-pura bego, Radha!”“Aku tau kalau kamu yang mengadu sama orang tuamu tentang semua yang kulakukan padamu.”“Kamu menghasut a

    Last Updated : 2025-01-13
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   215. Dendam Masa Lalu

    Ayah Linda menatap Pak Arya terkejut. “Saya terima keputusan Bapak yang memecat saya.”“Tapi untuk masalah itu apakah tidak bisa dipikirkan lagi, Pak? Biaya sekolahnya sangat mahal apalagi saya sekarang tidak bekerja di perusahaan ini lagi,” balasnya bernegosiasi.Pak Arya mengangkat kedua bahunya tak acuh. “Ya, itu urusanmu sebagai ayahnya. Tujuan saya biayai mahal-mahal sekolah putrimu bukan untuk mencelakai putri saya.”“Percuma saya membayar pendidikannya kalau dia menjadi penyebab putri saya menderita selama di sekolah. Rasanya sia-sia saja,” ujarnya.Ayahnya Linda menggangguk pelan sebagai tanda menerima keputusan atasannya. “Sebentar lagi kenaikan kelas, saya janji akan memindahkannya ke sekolah lain.”“Tapi saya minta tolong, Pak, jangan dulu cabut biaya pendidikan putri saya. Biarkan dia bersekolah di sana sampai ujian kenaikan kelas selesai,” pintanya.Pak Arya melihat kalender kecil yang berdiri tegak di meja kerjanya. Ujian kenaikan kelas memang tinggal satu setengah bulan

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   266. Perlakuan Manis

    Lora bergidik ngeri padahal Grissham mengatakannya dengan suara tenang seperti biasa. Namun, entah kenapa ia merasa merinding ketika mendengarnya.Seperti ada ancaman tersirat di dalamnya. Ia menggelengkan kepala dan memilih segera menghabiskan makanannya yang tersisa sedikit.Grissham tersenyum kecil melihat respon calon istrinya ini. Ia meletakkan sendok dan garpu ke dalam piringnya yang sudah kosong lantas mendorong ke tengah meja.Dengan tangan yang terlipat di atas meja, Grissham menatap Lora lekat-lekat. Ia memperhatikan setiap gerakan kecil wanita itu yang selalu menarik di matanya.Lora yang merasa ditatap pun menjadi salah tingkah dibuatnya meski sudah sering. Kepala tertunduk menghindari bertemu pandang dengan Grissham. “A-apaan sih, Kak? Kenapa menatapku seperti itu?”Grissham tidak menjawab melainkan mengulurkan tangannya lalu mengusap sudut bibir Lora yang terdapat sisa makanan. “Bibirmu sedikit belepotan. Rupanya kau tidak pernah berubah, ya.”Sontak, tubuh Lora menegan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   265. Lunch Bersama

    “Assalamu'alaikum, Lora, calon istriku.”Lora yang semula fokus pada laptop mengangkat kepalanya lalu menyunggingkan senyum begitu melihat seseorang yang baru saja masuk. “Waalaikumsalam, Kak Sham.”Grissham berjalan menghampiri Lora yang duduk di kursi kerja dan berdiri di seberangnya. Ia menumpukan tangannya di atas meja dengan sedikit mencondongkan tubuh. “Tampaknya kau sangat sibuk. Apa kau sedang banyak pekerjaan, hm?” tanyanya.“Cuma ngecek laporan keuangan bulanan aja sih. Ini udah selesai kok.” Lora mengeluarkan semua tab dalam laptopnya lantas menekan tombol ‘Shutdown’ untuk menonaktifkan.Grissham tersenyum lebar dan menegakkan tubuhnya. “Baguslah, aku ingin mengajakmu makan siang bersama.”Lora menutup laptopnya setelah memastikan benar-benar mati. Ia beranjak dari duduknya lalu mendekati Grissham. “Boleh, mau makan dimana?”“Di sini saja agar tidak jauh-jauh. Untuk apa makan di luar kalau kita sendiri mempunyai restoran?” Grissham menggandeng tangan Lora, mengajak keluar

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   264. Ajarkan Aku Mencintaimu

    “Apa kau bahagia hari ini, Lora?” tanya Grissham menatap Lora yang tengah memandang ke arah langit malam.Keduanya sekarang ini duduk di salah satu kursi panjang taman samping mansion yang luas. Masih dengan memakai baju batik couple serta riasan yang belum di hapus.“Iya, aku bahagia, sangat.” Lora menatap Grissham sejenak disertai senyum manis lalu kembali menatap ke atas. “Jujur, ini pertama kalinya aku berada di momen ini. Dan aku merasa… berharga.”Grissham mengerutkan keningnya. “Pertama kali? Memangnya saat bersama Dhafin dulu kau tidak….” Ia langsung menghentikan perkataannya melihat Lora yang langsung melunturkan senyum. “Ah, iya, aku lupa.”Lora kembali menatap Grissham dengan wajah sedikit murung. “Kakak kan tau sendiri gimana pernikahanku sama Mas Dhafin. Mana ada acara lamaran kayak gini?”Grissham menjadi tidak enak. “Maaf, Lora, aku benar-benar lupa tentang itu.”Lora kembali mengulas senyuman. “Nggak papa. Makasih, ya, Kak, udah datang kemari dan menunjukkan keseriusa

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   263. Calon Istri

    Lora tidak langsung menjawab, melainkan berusaha mengendalikan debaran jantungnya yang menggila. Ia tak menduga Grissham bisa seromantis ini bahkan tanpa membawa teks.Dalam hati, wanita itu merasa terharu sekaligus dicintai sebegitu dalamnya. Sebelum menjawab, Lora mengalihkan tatapan ke arah orang tuanya. Mereka mengangguk kompak seakan memberi isyarat agar dirinya segera menjawab. Ia kembali menatap Grissham sambil menarik napasnya.“Bismillahirrahmanirrahim…. Dengan restu Ayah sama Ibun dan seluruh keluarga besar, aku bersedia menikah denganmu, Kak Sham,” ujarnya disertai senyuman.Seruan syukur terucap bebarengan hingga terdengar memenuhi ruangan. Lora menghembuskan lega, berhasil menyelesaikan bagiannya dengan lancar tanpa terbata-bata. Selanjutnya, ada pertukaran cincin. MC pun memanggil seseorang yang bertugas membawakan cincin itu. Tak lama, datanglah seorang gadis kecil berusia sekitar sepuluh tahun yang merupakan anak dari sepupu pertama Lora. Di tangannya membawa kotak

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   262. Melamarmu

    Ruang tamu di mansion utama keluarga Kusuma yang sangat luas itu tampak indah dengan beberapa ornamen bunga sebagai hiasannya. Di bagian depan yang menjadi panggung utama terdapat dua kursi dan dekorasi sederhana bertuliskan ‘G & L’ pada dindingnya. Ya, hari ini atau lebih tepatnya malam ini acara pertunangan Lora dengan Grissham akhirnya digelar. Acaranya berlangsung secara intimate yang hanya dihadiri oleh sanak saudara dan orang terdekat saja. Beberapa tamu sudah mulai berdatangan karena memang acaranya dilaksanakan pukul tujuh dengan tujuan agar tidak kemalaman. Sementara itu, sang pemeran utama masih berada di kamar sedang bersiap. Ia membiarkan MUA menyiapkan penampilannya di hari istimewa ini, mulai dari make-up hingga tatanan kerudung. “Sudah selesai.” “Cantik banget, Mbak Lora.” Lora tersenyum menanggapi ucapan mereka dan mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu bersiap-siap. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Di sana dirinya tampak sangat cantik dengan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   261. Pilihan Akhir Lora

    Lora berdiri dengan perasaan resah. Kedua bola matanya bergerak liar untuk menghindari tatapan Dhafin yang terasa menusuk itu. Ia bingung, tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana. Otaknya tiba-tiba terasa kosong. Kedatangan Dhafin kemari saja sudah membuatnya kaget bukan main. Lora tak pernah menduga hal yang ditutup-tutupi dari Dhafin akhirnya terungkap sekarang. Ya, meskipun pria itu akan tahu nantinya, tetapi bukan berarti secepat ini juga. “Lora,” panggil Dhafin terdengar sangat dingin bercampur geram. Ia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Namun, ia ingin mendengar langsung penjelasan dari mulut Lora sendiri. “Ee… itu… a-aku… aku….” Lora berkata dengan gagap hingga tanpa sadar mengeratkan pegangan tangannya pada lengan sang ayah seolah meminta bantuan. Pak Raynald yang menyadari itu dan mulai bisa membaca situasi menoleh pada putrinya. “Apa kau belum belum memberitahu Dhafin tentang ini, Princess?” “Ayah…” Lora menatap ayahnya melas dan menggeleng samar. Tangannya semakin

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   260. Perjuangkan Cintamu, Dhafin!

    Lora lagi-lagi menggeleng tegas. “Nggak usah, Mas Dhafin. Udah jelas orang tuaku nggak setuju, jadi percuma aja. Jangan membuang waktu untuk keputusan yang udah final.” ‘Maaf, Mas. Aku cuma nggak ingin kamu tau kalau aku udah dijodohkan sama Kak Sham. Kamu pasti akan lebih kecewa lagi,’ lanjutnya dalam hati seraya menatap Dhafin dengan perasaan bersalah. “Tapi, Lora–” Drrtt! Ucapan Dhafin terpotong oleh suara dering ponsel milik Lora. Wanita itu segera mengangkat telepon dan berbincang sejenak dengan sang penelepon yang ternyata dari Amina. Setelah mengakhiri telepon, Lora kembali memusatkan perhatiannya pada Dhafin. “Mas Dhafin, aku udah mantap dengan keputusanku. Aku minta maaf atas jawabanku yang mengecewakan.” “Aku pamit pulang duluan, ya, Mas. Si kembar udah mencariku.” Ia lantas beranjak dari duduknya sambil sedikit menunduk. “Sekali lagi aku minta maaf. Aku pergi dulu, assalamu'alaikum,” pamitnya lantas berlalu meninggalkan Dhafin sendirian. “Wa’alaikumsalam.” Dhafin me

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   259. Keputusan Bulat

    “Apa?” Dhafin sedikit melebarkan mata tajamnya. Netra berwarna coklat itu memperlihatkan keterkejutan yang tak mampu disembunyikan.Ia berharap salah mendengar. Namun, suara Lora yang pelan seakan-akan berdengung di telinganya membuat napasnya tercekat.“Iya, Mas, orang tuaku nggak setuju kalau kita rujuk.” Lora mengulang perkataannya. Ia menatap tepat di kedua bola mata Dhafin seolah menegaskan bahwa ucapannya tidak main-main.Dhafin tertegun dengan jantung yang mempompa liar. Hatinya mencelos serasa diremas oleh tangan tak kasat mata. Jadi, Lora menolak rujuk karena orang tuanya tidak setuju.“Kenapa nggak setuju? Padahal semuanya baik-baik aja. Bukankah mereka udah memaafkanku?” tanyanya yang terdengar seperti protes.Lora mengangguk sembari melipat tangannya di atas meja. “Mereka memang memaafkanmu, tapi bukan berarti bisa kembali. Orang tuaku punya kekhawatiran yang besar padaku yang akan terluka lagi kalau kita rujuk.”Dhafin merasakan dadanya bergemuruh hebat mendengar pengaku

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   258. Satu Jawaban

    [Assalamu'alaikum, Mas. Apa hari ini kamu ada waktu untuk bertemu?][Aku ingin membahas kelanjutan permintaan rujuk waktu itu sekaligus memberikan jawaban. Rasanya nggak enak kalau lewat telepon][Waalaikumsalam, Lora. Sepulang kantor nanti sore aku free. Ingin bertemu dimana?][Di kafe dekat kantormu aja. Bisa kan?][Bisa-bisa, sampai bertemu nanti]Itu merupakan sepengal pesan yang dikirimkan oleh Lora siang tadi. Dhafin jadi kembali teringat dengan permintaan mantan istrinya yang ingin minta petunjuk lewat sholat Istikharah selama seminggu.Tanpa terasa tibalah hari ini saatnya Dhafin mendengar jawaban itu. Sungguh, ia sangat antusias dan tidak sabar ingin segera bertemu Lora. Ia berharap jawaban yang diberikan oleh Lora sama seperti yang dirinya punya usai melaksanakan sholat Istikharah juga.Kini, pria berparas tampan itu duduk sendiriam di salah satu meja yang berada di dekat jendela. Tubuhnya bersandar pada kursi sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.Ia menunggu kehadiran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status