“Nggak!” Florence menggeleng tegas sembari menatap Grissham tajam. “Aku nggak setuju!”“Kenapa kau tidak setuju?” tanya Grissham dengan mengerutkan keningnya. Florence kembali menggelengkan kepala berkali-kali. “Jangan beritahu mereka. Ayah sama Ibun nggak boleh tau tentang semua ini.” Grissham seketika mengubah raut wajahnya menjadi datar saat mengerti alasan Florence yang melarang memberitahu orang tuanya. “Kau jangan egois, Flo. Uncle Raynald dan Aunty Radha harus mengetahui siapa sebenarnya putri kandung mereka. Ini demi kebaikan bersama,” ucapnya tanpa intonasi.Florence tertawa sarkas. Ekspresi wajahnya tampak sudah tidak bersahabat lagi. “Kebaikan? Kebaikan apa yang kamu maksud, hah?! Ini tuh cuma demi kebaikannya Lora! Bukan kebaikan bersama!”Grissham melipat tangannya di depan dada. “Dari awal memang semuanya demi Lora. Aku melakukan penyelidikan ini untuk mencari tahu kebenaran tentang Lora.”“Kau sendiri yang tiba-tiba datang dan menawarkan diri. Aku tak pernah memaksam
Florence menatap Grissham dengan mata memerah. “Lalu bagaimana dengan Lora? Bisa aja kan dia merebut semuanya dariku?”Grissham menggeleng tegas. “Tidak akan! Lora tidak akan tega melakukan itu, Flo. Bahkan dia akan merasa tidak enak denganmu. Aku tahu bagaimana karakter Lora. Percayalah, dia tidak sejahat itu.”Florence menarik napasnya guna mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Ia menggeleng pelan. “Tapi tetap aja semuanya bakal berubah. Perlahan-lahan aku yang akan tersingkirkan karena bukan darah daging mereka.”Grissham memegang kedua bahu Florence dan menghadapkan ke arahnya. “Flo, dengarkan aku.”Tangannya beralih menangkup wajah Florence seraya mengusap lembut pipi yang basah itu. “Semuanya tidak akan berubah. “Kehadiran Lora tidak akan membuatmu tersingkirkan malahan kau mempunyai saudara perempuan plus dua keponakan lucu. Kau akan tetap menjadi putri mereka, hm?”Florence mengerti, tetapi hatinya masih dilingkupi kecemasan yang berlebihan. Ia kembali menitikkan air mata tida
Grissham beralih menatap wanita yang berstatus ibunya Florence. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Aunty.”“Jika Tuhan sudah berkehendak, maka hal mustahil pun pasti akan terjadi. Memang sulit dipercaya, tetapi inilah faktanya.”“Aku pun sama terkejutnya seperti Aunty saat pertama kali mengetahui semua ini, apalagi Florence yang belum bisa menerima. Ingin menyangkalnya juga tidak bisa,” ujarnya lugas.Pak Raynald manggut-manggut paham dengan tatapan tak pernah lepas dari layar laptop. “Semuanya memang masuk akal.”“Saya baru mengetahui bila Florence dan Lora mempunyai tanggal lahir yang sama. Mereka juga lahir di rumah sama pula,” balasnya.“Dan jangan lupa wajah Lora yang sangat mirip dengan Uncle, terutama di bagian mata yang berwarna hijau,” sahut Grissham menambahkan.Ia menatap Pak Raynald lekat-lekat. “Bukan hanya aku, tetapi sudah banyak orang yang mengatakan hal ini ketika kalian berdampingan,” lanjutnya.“Bisa aja kan cuma kebetulan semata?” bantah Dokter Radha yang
Anuradha Raharjeng Kusumaningtyas dulunya menjadi siswi populer dan banyak yang menyukainya. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada sekelompok siswa yang membencinya atau sebut saja dengan haters. Mereka itu merupakan sekumpulan murid yang sering melanggar aturan karena melakukan perundungan terhadap siswa lain.Linda yang sangat membenci Radha pun masuk ke komplotan mereka dan bekerja sama untuk menjahili gadis itu. Tindakan jahilnya pun bertahap, mulai dari level terendah sampai level tertinggi sehingga membuat hidup Radha tidak tenang ketika berada di sekolah. Namun, ia tentu saja tidak memberitahu hal semua itu kepada Radha. Ia tetap bersikap seperti sedia kala layaknya sahabat terbaik yang senantiasa ada ketika Radha membutuhkan. Ia juga berpura-pura menjadi penolong pertama ketika sahabatnya itu mengalami kesusahan. Iya, Linda memainkan peran yang sangat apik sampai-sampai Radha tidak menyadari bahwa dirinya merupakan dalang utama bahkan menjadi otak dari ke
Plak! Radha langsung bangkit berdiri seraya memegang pipi kirinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari Linda. Ia menatap gadis itu dengan pandangan bingung sekaligus tidak percaya. “Linda.... Kenapa kamu menamparku?” tanyanya pelan. “Brengsek kamu, Radha!” Linda maju hendak menyerang Radha kembali, tetapi dihalangi oleh beberapa penghuni kelas ini. Ia menuding jari telunjuknya tepar di depan muka gadis itu. “Gara-gara kamu, ayahku jadi turun jabatan!”Suara Linda yang sangat keras berhasil menarik perhatian siswa lainnya, baik di kelas ini maupun dari kelas lain. Mereka berbondong-bondong mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Radha mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan Linda. “Turun jabatan? Maksudnya gimana? Aku benar-benar nggak paham apa maksudmu.” Linda tersenyum sinis sembari memutar bola mata malas. “Nggak usah pura-pura bego, Radha!”“Aku tau kalau kamu yang mengadu sama orang tuamu tentang semua yang kulakukan padamu.”“Kamu menghasut a
Ayah Linda menatap Pak Arya terkejut. “Saya terima keputusan Bapak yang memecat saya.”“Tapi untuk masalah itu apakah tidak bisa dipikirkan lagi, Pak? Biaya sekolahnya sangat mahal apalagi saya sekarang tidak bekerja di perusahaan ini lagi,” balasnya bernegosiasi.Pak Arya mengangkat kedua bahunya tak acuh. “Ya, itu urusanmu sebagai ayahnya. Tujuan saya biayai mahal-mahal sekolah putrimu bukan untuk mencelakai putri saya.”“Percuma saya membayar pendidikannya kalau dia menjadi penyebab putri saya menderita selama di sekolah. Rasanya sia-sia saja,” ujarnya.Ayahnya Linda menggangguk pelan sebagai tanda menerima keputusan atasannya. “Sebentar lagi kenaikan kelas, saya janji akan memindahkannya ke sekolah lain.”“Tapi saya minta tolong, Pak, jangan dulu cabut biaya pendidikan putri saya. Biarkan dia bersekolah di sana sampai ujian kenaikan kelas selesai,” pintanya.Pak Arya melihat kalender kecil yang berdiri tegak di meja kerjanya. Ujian kenaikan kelas memang tinggal satu setengah bulan
Grissham tersenyum misterius. “Bukan hal yang sulit, Uncle. Ada Mira yang membantuku mengambil beberapa helai rambut Lora yang sudah rontok.” Pak Raynald ikut terkekeh kecil lalu menyimpan sampel rambut itu ke tempat yang lebih aman. “Baiklah, saya akan segera menjadwalkan tes DNA.”“Bukan begitu, Sayang?” tanyanya sembari menoleh ke arah sang istri. Dokter Radha mengangguk mantap. “Lebih cepat lebih baik. Nanti aku yang akan mengurusnya.” “Kalau boleh kusarankan, sebaiknya tes DNA ini dikawal dengan ketat. Aku takut ada pihak-pihak lain yang bisa saja menyabotase hasilnya,” ujar Grissham memberikan usulan. Raynald menganggukkan kepalanya setuju. “Saya mengikuti saran darimu, Grissham.”Dokter Radha mengalihkan pandangannya ke arah Florence yang duduk sendirian di sofa seberang. Seketika rasa bersalah mulai bersarang dalam hatinya. Terlalu fokus membahas tentang Lora, ia sampai melupakan keberadaan putrinya di sana.Wanita itu beranjak menghampiri Florence lalu berpindah tempat d
Lora membulatkan mata terkejut bahkan sampai menutup mulutnya sejenak. Ia mengambil benda pipih berwarna putih dan biru itu dari tangan sahabatnya. Dirinya kembali menatap Zelda dengan pandangan penuh haru. “Zelda, kamu… kamu hamil?”Zelda mengangguk semangat disertai senyum yang mengembang lebar. “Iya, aku juga baru tau kemarin.” Lora langsung memeluk sahabatnya erat dengan tangan yang masih memegang test pack itu. “MasyaAllah tabarakallah, selamat, ya. Aku ikut senang banget.”Wanita itu melepaskan pelukannya dan beralih mengusap perut Zelda yang masih rata. “Alhamdulillah, Allah memberikan kepercayaan padamu dengan cepat. Si kembar bakal punya teman nih.”Zelda tertawa kecil. “Iya, personilnya nambah buat bikin kakek-neneknya kerepotan.” Lora ikut tertawa lantas mengembalikan testpack itu kepada pemiliknya. “Om Albern sama Kak Sham udah kamu beritahu belum?”Zelda menyimpan kembali testpack-nya ke dalam tas dan menggeleng. “Rencananya nanti sekalian mau menginap. Mama sama Papa
Dhafin tertawa pelan membuat Zelda dan beberapa orang diantara mereka melongo sejenak. Pasalnya pria yang jarang sekali tersenyum itu kini tertawa. Dan itu karena Lora! “Nggak, Lora, kamu salah paham. Mana mungkin aku nggak peduli sama putraku sendiri?”“Aku menyusun semua rencana ini tanpa melibatkan siapapun termasuk orang tuaku. Aku bertindak sendirian dengan dibantu oleh orang suruhanku.”“Sebelum kamu menyerahkan bukti itu, aku udah menemukan bukti dalam bentuk CCTV yang sangat akurat. Makanya waktu itu aku bilang percaya dengan bukti yang kamu berikan,” lontarnya. Ia menjeda sejenak untuk mengambil napas. “Bagaimana? Apa masih ada hal yang mengganjal di hatimu? Bilang aja, jangan dipendam. Aku siap menjelaskan semuanya.”Lora menggeleng pelan, semua penjelasan Dhafin sudah sangat jelas. “Semua udah clear.”Dhafin tersenyum sebagai balasan lalu mengalihkan pandangannya pada orang tua Lora. Ia pun maju untuk mencium tangan mereka dengan sopan. "Om, Tante… saya sama sekali tidak
“The last plan, now!”Tak berselang lama, suasana berubah menjadi gaduh. Ada sejumlah orang berpakaian hitam yang masuk di ballroom hotel ini dan langsung menuju panggung utama. Beberapa tamu undangan pun ada yang ikut ke depan. “Mereka itu dari pihak kepolisian yang sudah kita ajak kerja sama untuk menangkap keluarga Pak Irawan.”“Beberapa dari mereka juga menyamar sebagai tamu undangan yang merupakan bagian dari rencananya Dhafin,” jelas Pak Raynald melihat Lora yang menatapnya heran. “Ayah tahu tentang rencananya Mas Dhafin?” tanya Lora terkejut sekaligus tak menyangka. “Of course, Sweetheart. Hotel ini milik keluarga ibumu. Tentunya kami memiliki akses untuk itu bahkan pihak Dhafin yang meminta izin ke kita,” jawab Pak Raynald.“Kenapa Ayah nggak memberitahuku atau Kak Sham?” tanya Lora setengah protes. Pak Raynald terkekeh kecil seraya mencubit hidung mancung putrinya. “Biar menjadi surprise, Sayang. Sebenarnya ayah juga baru tahu dua hari sebelum acara.”Lora manggut-manggut
Dokter Radha menyunggingkan senyum manis, mengerti maksud terselubung dari pertanyaan itu.Pasti mantan sahabatnya itu berharap ia belum menemukan keberadaan putri kandungnya.“Tentu saja, aku udah bertemu dengannya. Karena itulah aku berada di sini. Ya kan, Mas?” jawabanya lugas lalu menoleh ke arah sang suami. Pak Raynald mengangguk sebagai balasan. “Baiklah, kalau begitu sekalian saya umumkan di sini.”Tatapannya menyorot pada Lora yang menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Ia tersenyum lembut dan mengangguk untuk memberikan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.“Dia merupakan wanita kuat yang selama ini hidup sendirian tanpa sanak saudara. Sebelum bertemu dengan kami, dia hanya mempunyai anak-anaknya yang dianggap sebagai keluarga kandung.”“Dan yang tak kalah pe pentingnya, dia hadir di sini karena diundang langsung oleh pemilik acara.”Pria berwajah bule itu menjeda ucapannya sejenak. Beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik mempertanyakan siapakah yang menjadi put
Prok prok prok! Suara tepuk tangan itu membuat semua orang menoleh ke arah belakang. Di sana, ada Dokter Radha dan Pak Raynald sedang berjalan di tengah-tengah jalur yang langsung menuju ke panggung utama.Mereka terkejut melihat kehadiran dua orang yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Siapa yang tidak mengenal Raynald Brighton? Seorang pengusaha berdarah asing yang mengembangkan perusahaannya di Indonesia dan sudah dikenal baik oleh publik. Lalu Anuradha Kusumaningtyas, seorang dokter anak sekaligus putri tunggal dari keluarga Kusuma yang merupakan salah satu keluarga konglomerat. Semua orang yang di sana tampak tercengang sekaligus terheran-heran tak terkecuali Dhafin dan keluarganya.“Raynald Brighton?” gumam Dhafin dengan tatapan yang mengarah pada dua orang tersebut. “Untuk apa mereka kemari?” tanya Pak Daniel pada dirinya sendiri. Ia tentu saja mengenal sosok yang tengah melangkah mendekat ke arahnya itu. Meski belum pernah menjalin kerja sama, tetapi citra dari o
Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,
Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,
“Kak, semua itu rencana yang Kakak jalankan?” Lora bertanya kepada Grissham tanpa mengalihkan pandangan dari depan.Ia sangat speechless sekaligus terkejut melihat semua bukti kejahatan Freya yang ditayangkan di hadapan semua orang. Bahkan ada bukti yang bukan berasal dari dirinya. “Tidak, bukan aku.” Grissham menggeleng menjawab pertanyaan Lora. Ia menoleh bersamaan dengan Lora yang menatap ke arahnya.“Rencana yang kususun memang kurang lebih seperti itu, tetapi aku belum memberikan aba-aba kepada mereka untuk beraksi.”“Rencananya nanti setelah akad agar Pak Dhafin merasa menyesal telah menikahi perempuan yang salah,” jelasnya.Lora manggut-manggut paham. Keningnya mengerut memikirkan siapa kira-kira dalang di balik tayangan itu. “Kalau bukan Kak Sham terus siapa? Apa Ayah yang melakukannya?” Grissham menggelengkan kepala. “No! Uncle Raynald menyerahkan semuanya padaku dan terima beres saja. Ayahmu akan datang nanti setelah semuanya terbongkar.”Lora kembali menatap ke depan. Ia
Lora berjalan memasuki gedung hotel tempat akad sekaligus resepsi pernikahan Dhafin dan Freya. Di sampingnya ada Grissham yang memang ikut diundang sebagai rekan bisnis Dhafin.Ia datang sendiri tanpa membawa anak-anaknya yang dititipkan di rumah orang tua Zelda bersama Amina. Kebetulan hari ini weekend sehingga mereka bisa menjaga sekalian menghabiskan waktu dengan si kembar. Malahan dengan senang hati dititipi karena sudah sangat merindukan duo bocil itu. “Apa kau beneran baik-baik saja, Lora?” tanya Grissham saat keduanya berada dalam lift menuju lantai tempat ballroom berada.“Hm?” Lora mendongak menatap Grissham yang lebih tinggi darinya. Ia mengerjapkan mata sejenak, cukup kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari laki-laki itu. “Aku baik-baik aja, Kak. Kenapa memangnya?” tanyanya balik.Grissham tersenyum sambil membalas tatapan Lora tepat di kedua bola matanya. “Mungkin saja kau merasa sakit atau bagaimana melihat mantan suamimu yang menikah lagi.”“Ditambah menikahnya deng
Freya terdiam sejenak, teringat ketika dirinya mengizinkan Tika melakukan live streaming di acara itu. “Tapi kenapa nggak kamu matikan saat kita sedang party?”Terdengar suara tawa pelan di seberang sana. “Logika aja sih, Frey. Di acara itu, kita semua melakukan party dan bersenang-senang.”“Beberapa dari kita bahkan ada yang mabuk termasuk aku sendiri. Mana kepikiran buat mematikan live? Jangankan mematikan, ingat kalau live streaming masih menyala aja kagak,” jelasnya.Freya lagi-lagi terdiam. Sedikit banyak ia membenarkan perkataan Tika. Ia sendiri pun tidak ingat apalagi dirinya yang paling parah di sini. Tetapi….“Kenapa kamu malah melakukan live streaming di acara itu? Kamu sengaja, ya?” tanyanya setengah menuduh. Tika menghembuskan napas kasar. Mungkin merasa kesal karena selalu dipojokkan. “Itu udah menjadi kebiasaanku ketika kita kumpul bareng.”“Apa kamu lupa? Aku niatnya cuma pengen seru-seruan sekalian mengabadikan momen itu. Aku pun nggak pernah menduga kalau akhirnya ja