Beranda / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 201. Tentang Ibu Kandung Lora

Share

201. Tentang Ibu Kandung Lora

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 23:55:46

Lora mengangguk lantas menyandarkan tubuhnya di sofa. “Ibu Tari bilang, Bapak udah menuntut keadilan atas kecelakaan ini. Tapi pihak kepolisian menolak mentah-mentah.”

“Kami hanya orang kecil yang nggak punya kuasa untuk melawan. Akhirnya, kasus ini dipaksa damai dan ditutup begitu saja. Si supir taksi itu pun bebas dari hukuman dan hanya membayar denda aja.”

“Ibu Tari juga bilang semenjak itu sifat Bapak juga berubah. Lebih banyak diam seperti menanggung banyak beban. Ketika ditanya bilangnya baik-baik saja.”

“Ibu Tari merasa Bapak menyembunyikan sesuatu, tapi nggak tau tentang apa itu. Hingga di akhir hayatnya, Bapak sama sekali nggak cerita apa-apa.”

“Setelah seratus harinya Bapak, Ibu Tari mengajakku pindah ke kota dan bekerja di rumah Freya,” ceritanya panjang lebar sambil mengingat kembali apa saja yang diceritakan oleh almarhumah ibu angkatnya semasa hidup.

Grissham terdiam mendengarkan semua cerita Lora sambil sesekali mencatat poin penting yang langsung dikirimkan kepada oran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
iya lora kasian grisham, gak usah lagi balik sama mantan, toh dia juga udah banyak nyakitin kamu selama kalian menikah, bahkan terang" an bercumbu didepan kamu sama jalang Freya, dan abai sama anaknya dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   202. Fakta Mengejutkan

    Hari ini merupakan hari spesial bagi Zelda dan Evan, di mana mereka akhirnya melangsungkan pernikahan yang sudah lama ditunggu-tunggu. Pesta pernikahan keduanya berlangsung sangat megah dengan mengundang banyak tamu undangan. Maklum Zelda adalah putri tunggal keluarga Steward sehingga Pak Anton dan Bu Kayla tidak tanggung-tanggung dalam mengadakan pesta ini. Pak Albern pun ikut membantu sekaligus menjadi perwakilan dari pihak Evan yang sudah tidak mempunyai orang tua maupun sanak saudara. Di pernikahan ini, Lora berperan sebagai bridesmaid bersama dengan teman Zelda yang lain. Ia kini tampil sangat cantik dengan balutan seragam bridesmaid pilihan sahabatnya. Si kembar pun memiliki peran tak kalah pentingnya dengan sang ibu. Kedua balita itu menjadi pengiring pengantin ketika berjalan menuju tempat pelaminan.“Sayang, ayo, beri selamat ke Onty El,” ucap Lora kepada putrinya dengan badan membungkuk. Ia mengangkat Zora ke dalam gendongannya agar lebih mudah berinteraksi. “Celamat,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   1. Aku Lelah

    Plak!“Dasar wanita pembunuh! Untuk apa kau di sini?!”Baru saja Naina tiba di acara pemakaman sang putra, ibu mertuanya sudah menghampiri dan menamparnya.Tak siap, Naina pun tersungkur di tanah. Hal ini membuat para tamu menatap penasaran akan pertengkaran mertua dan menantu itu.Naina menatap ibu dari suaminya itu dengan pandangan penuh luka. Air mata yang tadinya sudah mengering kembali lolos disertai rasa nyeri menghantam dada.“Tidak, Ma. Aku tidak mungkin membunuh putraku sendiri.” Naina menggeleng keras.Wanita itu telah berjuang membawa putranya ke dunia. Mana mungkin, ia melakukannya?Naina hendak meraih tangan sang mertua–mencoba menjelaskan.Sayangnya, ia justru didorong menjauh.Bugh!“Tidak mungkin?! Dokter bilang Altair meninggal karena ada racun dalam tubuhnya yang berasal dari makanan!” teriak sang mertua, “hanya kamu yang menyentuh makanan cucuku. Apa kamu mau menuduh orang lain?”Naina semakin terisak. Tubuhnya bergetar hebat mendengar perkataan menyakitkan dari ib

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   2. Rencana Pertunangan

    “Aku yang akan menggugat cerai.”“Kamu serius?” Terkejut, Zelda tampak tidak menyangka Naina akan menjawab seperti itu.“Jangan mengambil keputusan saat kamu sedang kacau, Nai. Meski aku berharap kalian berpisah, tapi jangan sampai kamu menyesal nantinya. Dan lagi, pikirkan juga tentang calon anakmu.”Naina kembali menghela napas panjang. “Aku udah mempertimbangkan baik-baik keputusan ini dengan segala resikonya termasuk masalah anak.”“Aku akan merawat dan membesarkannya sendirian. Menjadi single mom bukan pilihan yang buruk daripada bertahan di keluarga toxic itu,” paparnya.Zelda tersenyum. “Inilah yang kutunggu-tunggu darimu, Nai. Kamu mampu mengambil keputusan tegas. Aku akan membantumu lepas dari mereka.”Ia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih condong ke arah Naina. “Tapi sebelum itu, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah merubah sikap.”“Jangan terlalu patuh yang membuat dirimu ditindas terus. Buktikan kalau kamu nggak selemah yang mereka kira.” Naina menyimak denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   3. Mari Berpisah

    “Mas, aku ingin kita pisah.” Sekuat tenaga, Naina mengatakan kalimat yang ditahannya beberapa minggu ini.Namun, Dhafin hanya menatap Naina datar. “Jangan kekanakan, Naina. Lebih baik, istirahat saja,” balasnya dingin.Jantung Naina mencelos. Netranya berkaca-kaca membalas tatapan Dhafin. Kekanak-kanakan?Jadi, seperti itu penilaian Dhafin terhadapnya. Apa Dhafin tak melihat perjuangannya selama empat tahun ini?Naina telah melakukan segala hal agar kehadirannya dianggap oleh Dhafin. Ia berusaha semaksimal mungkin menjadi istri yang baik dan penurut.Wanita itu rela resign dari tempat kerja lalu mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk suami. Bahkan ketika dijadikan pembantu gratisan oleh ibu mertuanya, ia tetap patuh. Selain karena kewajiban, Naina ingin meluluhkan hati suami dan keluarganya. Namun, ternyata ketulusannya sama sekali tak terlihat. Semuanya sia-sia.Naina berdehem pelan. “Mas, aku udah mendengar pembicaraan kalian tadi.”Kali ini, Dhafin menghentikan gerakannya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   4. Berita Viral

    [Tidak ada ibu yang akan menyakiti anaknya. Kalau ada, dia bukan manusia, tapi binatang!]Deg!Sejenak, detak jantung Naina terasa berhenti. Tubuhnya lemas hingga membuatnya langsung luruh ke lantai. Badannya gemetar hebat.Tanpa dosa, Freya juga men-tag akunnya untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa dialah pelakunya.Beberapa saat terunggah, postingan itu langsung diserang komentar netizen.[Wanita gila! Yang tega meracuni anaknya sendiri sampai meninggal. Dia tak layak menjadi ibu. Pembunuh!!!]Naina merasakan ada pukulan kuat yang menghantam dadanya ketika membaca komentar kakak iparnya di bagian paling teratas.Belum lagi berbagai komentar jahat di bawahnya membuat ia semakin diliputi rasa kecewa.[Binatang aja masih punya rasa sayang untuk anaknya. Ini sih bukan binatang lagi, tapi iblis!][Iblis berkedok manusia][Dasar pembunuh!][Wanita seperti itu nggak pantas hidup. Lebih baik mati!][Anj lo! Lo tuh yg seharusnya mati! Bukan anak lo yg nggak salah apa-apa][Pembunuh!!

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   5. Kepercayaan yang Lenyap

    “Aku nggak bodoh sampai-sampai nggak bisa membedakan mana yang vitamin, mana yang bukan! Yang kucampurkan itu memang benar-benar vitamin, bukan racun seperti yang mereka tuduhkan!” Napasnya terdengar memburu dengan dada naik-turun. Ia mengepalkan tangannya kuat menahan emosi.“Nggak usah mengelak! Bukti udah jelas kalau kamu pelakunya.”“Bukti itu palsu. Ada yang sengaja merekam saat aku lagi memasukkan vitamin ke dalam makanan Altair. Kamu bisa tanya sama Bi Lastri sebagai saksi.” Menurunkan ego, Naina tak menyerah meyakinkan Dhafin. Tangannya terulur untuk menggenggam lengan sang suami. “Percayalah, Mas, bukan aku pelakunya.”Dhafin melepaskan tangannya kasar membuat Naina sangat terkejut lalu menatap kedua bola mata suaminya. Manik cokelat itu menyorot tajam dan dingin.“Cukup, Naina! Berhenti membela diri. Semua udah terbukti bahwa kau yang membunuh putraku!”Naina mematung. Setetes air jatuh dari pelupuk matanya. “Sedikitpun aku nggak pernah menyakiti Altair apalagi sampai memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   6. Selamat Tinggal, Suamiku

    Ia sangat terkejut mendengar ucapan Freya. Kepalanya menggeleng tidak percaya. Tidak! Naina tidak mungkin salah memasukkan vitamin. Ia sangat mengenali bentuk dan isinya. Ia juga ingat betul hari dimana video diambil.Waktu itu Naina sedang membuatkan sarapan untuk Altair yang mengalami GTM. Dibantu oleh Bi Lastri, kepala pelayan, ia juga sedang memasak sarapan untuk semua orang.Setelah makanan Altair jadi, dirinya menambahkan vitamin sesuai anjuran dokter. Sebelumnya, ia sudah memastikan bahwa yang dipegangnya benar-benar vitamin. Mulai dari bentuk, isi, hingga takarannya.“Teliti banget, Non. Bukannya sama aja, ya?” Bi Lastri pun sampai terheran-heran melihat tingkahnya.Naina tertawa kecil. “Harus dong, Bi, biar nggak salah memasukkan.”Ia kemudian mengkreasikan makanan itu dengan membuat bentuk lucu. Altair sangat menyukai makanan yang menarik di matanya.Entah bagaimana video itu diambil padahal Naina tidak merasa direkam. Mungkin ia yang tidak menyadari saking asyiknya berse

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   7. Tolong Aku

    [Zelda, malam ini aku memutuskan pergi dari rumah neraka itu. Aku udah nggak kuat berada disana]Harap-harap cemas, Naina mengirimkan pesan untuk sahabatnya itu. Sayangnya, hanya centang dua dan belum dibaca. Mungkin Zelda sedang menikmati waktu bersama keluarganya?Naina jadi sungkan meminta bantuan. Meski sebelumnya Zelda sudah menawarkan, tetap saja dirinya tidak ingin merepotkan Zelda terus.Kini, Naina berjalan kaki tak tentu arah. Cukup jauh dari kompleks perumahan mertuanya.Sudah memesan ojol juga bahkan sampai tiga kali, tetapi semuanya ditolak dengan alasan sudah larut malam.Tidak mungkin ia pulang ke kampung halaman karena rumahnya sudah dijual untuk modal ke kota ini.Kembali ke rumah Freya yang selama ini menjadi tempat tinggalnya sebelum menikah pun bukan pilihan bagus. Itu sama saja dengan masuk ke kandang musuh.Wanita cantik itu kembali memesan ojol dengan tujuan menuju terminal, berharap kali ini orderannya diterima. Lelah berjalan, ia memutuskan istirahat di sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   202. Fakta Mengejutkan

    Hari ini merupakan hari spesial bagi Zelda dan Evan, di mana mereka akhirnya melangsungkan pernikahan yang sudah lama ditunggu-tunggu. Pesta pernikahan keduanya berlangsung sangat megah dengan mengundang banyak tamu undangan. Maklum Zelda adalah putri tunggal keluarga Steward sehingga Pak Anton dan Bu Kayla tidak tanggung-tanggung dalam mengadakan pesta ini. Pak Albern pun ikut membantu sekaligus menjadi perwakilan dari pihak Evan yang sudah tidak mempunyai orang tua maupun sanak saudara. Di pernikahan ini, Lora berperan sebagai bridesmaid bersama dengan teman Zelda yang lain. Ia kini tampil sangat cantik dengan balutan seragam bridesmaid pilihan sahabatnya. Si kembar pun memiliki peran tak kalah pentingnya dengan sang ibu. Kedua balita itu menjadi pengiring pengantin ketika berjalan menuju tempat pelaminan.“Sayang, ayo, beri selamat ke Onty El,” ucap Lora kepada putrinya dengan badan membungkuk. Ia mengangkat Zora ke dalam gendongannya agar lebih mudah berinteraksi. “Celamat,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   201. Tentang Ibu Kandung Lora

    Lora mengangguk lantas menyandarkan tubuhnya di sofa. “Ibu Tari bilang, Bapak udah menuntut keadilan atas kecelakaan ini. Tapi pihak kepolisian menolak mentah-mentah.”“Kami hanya orang kecil yang nggak punya kuasa untuk melawan. Akhirnya, kasus ini dipaksa damai dan ditutup begitu saja. Si supir taksi itu pun bebas dari hukuman dan hanya membayar denda aja.”“Ibu Tari juga bilang semenjak itu sifat Bapak juga berubah. Lebih banyak diam seperti menanggung banyak beban. Ketika ditanya bilangnya baik-baik saja.”“Ibu Tari merasa Bapak menyembunyikan sesuatu, tapi nggak tau tentang apa itu. Hingga di akhir hayatnya, Bapak sama sekali nggak cerita apa-apa.”“Setelah seratus harinya Bapak, Ibu Tari mengajakku pindah ke kota dan bekerja di rumah Freya,” ceritanya panjang lebar sambil mengingat kembali apa saja yang diceritakan oleh almarhumah ibu angkatnya semasa hidup.Grissham terdiam mendengarkan semua cerita Lora sambil sesekali mencatat poin penting yang langsung dikirimkan kepada oran

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   200. Bukan Kecelakaan Biasa

    Dhafin menggenggam tangan Lora yang terkepal dan mengusapnya lembut. “Iya, aku mengerti. Aku juga nggak setuju dan menolak keras usulan Papa itu. Azhar juga masih balita yang secara hukum hak asuh jatuh kepada ibunya.” Lora menarik tangannya seraya tersenyum sinis. “Tumben nggak nurut-nurut aja. Bisanya apapun perkataan orang tuamu selalu kamu patuhi dan sangat berbaki sebagai anak yang baik,” sindirnya.“Itu kan dulu. Sekarang aku nggak ingin mengulang kesalahan yang sama,” balas Dhafin. Ia sebenarnya juga menyesali sikapnya dahulu yang terlalu patuh dan tidak bisa tegas.“Bagus deh kalau kamu udah sadar dan nggak gampang terpengaruh.” Lora mengedikkan bahunya tak acuh. Dalam hati, ia sangat bersyukur Dhafin tidak memenuhi permintaan orang tuanya. Bila itu terjadi, dirinya harus menyiapkan tenaga ekstra untuk melawan keluarga Wirabuana di meja hijau dan pastinya tidak akan mudah.Lora meminum jusnya yang tinggal setengah lantas kembali memusatkan perhatiannya pada Dhafin. “Aku bers

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   199. Penjelasan Lengkap

    Sore ini, Lora sedang menunggu kedatangan Dhafin di restorannya cabang dua yang sudah mulai dibuka. Ia mengedarkan pandangan menatap para pengunjung yang silih berganti masuk. Meskipun tidak seramai dulu, tetapi baginya sudah cukup membuktikan bahwa restoran ini kembali diterima oleh publik.Wanita yang mengenakan cardigan rajut warna merah muda dengan bawahan rok berwarna putih itu beralih menatap jam tangannya. Sudah sepuluh menit berlalu sejak ia datang ke sini. Namun, belum ada tanda-tanda Dhafin akan datang padahal jarak kantornya ke restoran ini pun tidak terlalu jauh.Lora menghembuskan napas kesal. Dhafin yang membuat janji, tetapi pria itu juga yang telat. Ia bahkan sampai meninggalkan putrinya bersama dengan Grissham yang datang berkunjung sebelum dirinya berangkat tadi. Kalau dalam waktu tiga puluh menit Dhafin belum datang juga, ia akan meninggalkan restoran ini dan kembali ke rumah sakit.Sebenarnya, Lora juga tidak ingin menerima ajakan Dhafin untuk bertemu. Namun,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   198. Pelukan Seorang Ibu

    Dokter Radha melipat tangannya di atas meja. “Dokter Livia dipindah tugaskan di rumah sakit daerah kota Semarang. Beliau yang menunjuk Tante secara langsung untuk menjadi dokternya Dek Zora.”“Kebetulan Tante ini dokter spesialis anak yang khusus penyakit jantung, jadi pas banget bisa menangani Dek Zora. Tante juga baru dipindahkan ke rumah sakit ini. Ya, sekitar semingguan lah,” jelasnya.Lora manggut-manggut paham. “Tapi Dokter Livia nggak bilang apa-apa ke aku tentang masalah ini, Tan.”“Mungkin belum sempat. Kan pindah tugas juga butuh banyak persiapan. Nanti pasti dikabarin kok. Atau nggak kamu yang tanya duluan,” balas Dokter Radha.Lora mengangguk patuh. “Iya, Tante, nanti aku akan menghubungi Dokter Livia.”Selanjutnya, mereka berdua membahas tentang masalah penyakit Zora. Dokter Radha yang sudah terbiasa menangani pasien penyakit jantung memberikan tips agar penyakit Zora tidak mudah kambuh. Obrolan keduanya pun mengalir hingga ke pribadi bahkan sampai bertukar nomor ponsel

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   197. Dokter Baru

    Ceklek! Pintu ruangan rawat inap Zora terbuka dan muncullah seorang wanita berjas putih khas dokter yang keluar bersama satu orang suster. Lora yang duduk di kursi tunggu depan ruangan langsung bangkit lalu menghampiri dokter itu diikuti oleh yang lain. Ia mengerutkan kening heran melihat dokter yang menangani Zora saat ini berbeda dengan dokter yang sebelumnya.“Bagaimana kondisi putri saya, Dokter?” tanyanya.Sang dokter tersenyum ramah. “Demamnya Adek Zora sudah mulai menurun dan kondisinya juga sudah stabil.”“Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.” Mereka mengucap syukur serentak sebagai respon atas perkataan dokter. Ekspresi lega terpancar jelas di wajah mereka semua.Dokter wanita itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas. “Meskipun begitu Adek Zora tetap harus dirawat inap untuk memantau naik-turunnya demam.”“Apalagi Adek Zora memiliki riwayat penyakit jantung bawaan. Jika kondisinya terus stabil seperti ini, insyaallah Adek Zora akan bisa segera pulang,” jelasnya.Lora men

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   196. Merebut Hak Asuh?

    Dhafin membulatkan matanya tidak menyangka. Ia menggelengkan kepalanya kuat. “Nggak, Lora. Aku nggak bisa kalau nggak bertemu dengan anak-anakku. Tolong, jangan seperti ini.”“Itu urusanmu! Bukan urusanku!” balas Lora ketus. Ia berbalik badan lalu berjalan menuju mobil Grissham. Namun, baru beberapa langkah, sebuah tangan menahan lengannya. Siapa lagi kalau bukan mantan suami sekaligus ayahnya anak-anak?“Lora, dengarkan aku dulu.”Lora menyentak kasar tangan Dhafin hingga terlepas kemudian melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan panggilan Dhafin. “Lora, tunggu!”“Lora!”“Lora!”Dhafin berusaha mengejar wanita itu, tetapi terlambat ketika Lora masuk ke dalam mobil milik Grissham. Ia hanya bisa menatap kepergian mobil itu dengan perasaan yang sangat berantakan. “Argh! Sialan!”Dhafin menyunggar rambutnya frustasi dan mendesah kasar. Ia berjalan kembali menghampiri orang tuanya. “Semua ini gara-gara Mama sama Papa.”“Kalau aja kalian nggak membawa Azhar tanpa izin, Lora nggak akan m

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   195. Jangan Temui Anakku Lagi!

    Azhar menoleh ke arah sumber suara. Kedua matanya langsung berbinar-binar begitu melihat siapa yang baru saja memanggil namanya. “Mama!” serunya lalu loncat turun dari kursi. Kaki kecilnya berlari kencang menghampiri sang ibu disertai senyuman lebar.Lora berlutut sembari merentangkan kedua tangan untuk menyambut kedatangan putranya. Ia sedikit terhuyung ke belakang saat Azhar menubruk tubuhnya dan masuk dalam pelukan. Wanita itu mendekap Azhar erat-erat seolah sudah lama tidak berjumpa dan takut putranya akan pergi bila pelukan ini terlepas. Butiran air dari kelopak matanya luruh tanpa diminta. Ia bahagia sekaligus terharu akhirnya bisa menemukan Azhar setelah semalaman dibuat khawatir setengah mati. “Mama kangen banget, Sayang, Mama khawatir. Jangan pergi-pergi lagi, ya, Nak. Jangan tinggalkan Mama. Mama nggak bisa berjauhan sama Azhar.”“Mama,” panggil Azhar. Tangan kecilnya memeluk erat leher sang ibu dan menenggelamkan wajahnya di sana. Lora menangguk seraya mengusap kepala

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   194. Menjemput Azhar

    Dhafin mengetatkan gigi gerahamnya dengan napas yang memburu. Ia berusaha semaksimal mungkin agar amarahnya tidak meledak-ledak. “Inilah yang terjadi kalau kalian terlalu memaksa putraku! Kalau saja aku nggak pulang ke rumah ini, Azhar mungkin nggak akan berhenti menangis sampai pagi!” ujarnya.“Papa,” panggil Azhar dengan sedikit menjauhkan tubuh agar bisa menatap ayahnya. “Mau pulan.”Dhafin mengalihkan perhatiannya pada sang putra. “Azhar ingin pulang?”Azhar mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya. “Njang mau ama Mama ama Dek Oya.”Dhafin tersenyum lebar lalu mencium kedua pipi gembul Azhar. “Baiklah, ayo, kita pulang. Papa akan antarkan Azhar ke Mama sama Dek Zora.” Pria itu berbalik badan lalu mulai melangkah keluar ruang tengah menuju pintu utama bersama Azhar yang masih berada di gendongannya.“Dhafin, tunggu!” cegah Bu Anita ketika sampai di ruang tamu. Pak Daniel juga ikutan menyusul. Dhafin menghentikan langkahnya dan menoleh tanpa berbalik. “Ada apa lagi, Ma? Aku ingin

DMCA.com Protection Status