Home / Rumah Tangga / Mantanku, Kakak Iparku / 72 Firasat Buruk part 2

Share

72 Firasat Buruk part 2

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-08-02 21:53:16

Suara Hanan mulai terdengar sayup-sayup di telinga Veren, yang penglihatannya mulai menurun dan merasa mengantuk.

Deo yang masih jet lag memutuskan untuk langsung pulang ketika dia dan rombongan tiba di rumah besar milik orang tua Tania.

“Kamu nggak nginep aja di sini, Kei?” tanya Tania. “Kamu kelihatan capek banget lho.”

“Apa kata tetangga kalau aku nginep di rumahmu, Tan? Kita kan bukan mahram,” kata Deo. “Aku titip koperku aja, kasian mamaku kalo aku kelamaan pulangnya.”

Tania mengangguk mengerti.

“Ya udah, tapi biar kamu dianter sama Pak Muji aja ya?” katanya.

“Nggak usah Tan, aku pake taksi aja nggak papa. Pak Muji juga pasti masih capek,” kata Deo menolak. “Aku pergi dulu, ya?”

“Makasih Kei atas semuanya,” kata Tania. “Sampai ketemu lagi.”

“Bye, Tania!” Deo melambai kemudian berbalik pergi. “Pak Muji, saya pulang dulu!”

“Mau saya anter, Mas?” tawar Pak Muji.

“Nggak usah Pak,” tolak Deo. “Saya pesen taksi aja.”

Pak Muji mengangguk kemudian melepas kepergian Deo sebelum
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mantanku, Kakak Iparku    73 Kesepakatan yang Dilanggar part 1

    “Kenapa? Omongan gue bener?” serunya yakin. “Gue kasih tau sama elo ya, kelemahan cowok itu adalah saat dia nggak mampu merobek mahkota ceweknya! Apalagi ini isteri lo sendiri, masa hampir dua tahun lo belom juga berhasil memerawani dia, hahah! Gimana lo mau punya keturunan?” Wajah Deo merah padam tak terkira saat Hanan mengatakan itu semua dengan suara lantang dan keras, paling tidak satu-dua orang di sekitar mereka akan mampu mendengarnya. “Gue nggak butuh pendapat lo!” seru Deo yang berusaha menahan diri. “Atau gini aja, gue punya tawaran bagus buat lo.” Hanan masih berani-beraninya mendekati Deo hingga jarak mereka semakin menipis. “Sebagai pasangan suami isteri, tetep pengin yang namanya punya anak kan? Nah, secara elo nggak mampu, gimana kalo gue aja yang praktek sampe Veren hamil? Anaknya kan bisa buat elo ....” “Menjijikkan lo!” Deo memuntahkan amarahnya dengan melayangkan bogem mentah ke wajah Hanan. Tanpa memberinya jeda untuk melawan, dia meninjunya lagi kanan-kiri samp

    Last Updated : 2024-08-03
  • Mantanku, Kakak Iparku    74 Kesepakatan yang Dilanggar part 2

    “Buset!” Deo cepat-cepat menyibakkan rambut itu dan melihat wajah Veren muncul di atasnya. “Apa sih Ver, lo nggak bisa apa ngebiarin gue tidur dengan tenang?” Veren meledak tertawa. “Bahkan cara ngomong kamu pun mirip banget sama dia,” komentarnya sambil memandangi Deo dengan tatapan nakal. “Kamu juga sama kayak dia, nggak tertarik sama aku.” Mau tidak mau Deo jadi membuka matanya lebar-lebar sekarang. “Terus lo penginnya gimana?” sergah Deo lelah. “Gue beneran butuh istirahat dengan tenang, Ver.” “Dia juga sering bilang kalo aku itu ...” Veren tidak memedulikan omongan Deo. “Aku preman, haha ... nggak menarik, cerewet, kasar ....” Deo tidak membantahnya, karena dia memang sering mengatai Veren seperti itu. “Apa menurutmu aku kasar?” tanya Veren sambil menelusupkan tangannya di bawah baju atas Deo dan membelai dadanya dengan lembut. “Yang kayak gini kasar nggak?” Darah Deo berdesir lagi, kali ini disertai dengan getaran hebat di sekujur tubuhnya. “Tolong deh Ver, jangan kayak

    Last Updated : 2024-08-04
  • Mantanku, Kakak Iparku    75 Siap Tanggung Jawab

    “Gue udah beliin lo baju,” kata Deo sambil menunjuk tas belanja yang ada di atas meja. “Jadi ... lo udah tau?” Veren memandangnya. “Lo tau kalo gue ... udah kotor?” “Kotor?” Deo balas memandangnya tidak mengerti. “Maksud lo gue ....” “Gue udah kotor, Yo!” Mendadak Veren mengerutkan wajahnya dan menangis. “Semalem itu gue di cafe sama Hanan, terus gue nggak tau ... bangun-bangun gue udah di sini, dan baju gue udah lepas semua!” Deo langsung paham kalau Veren tidak mengingat apa yang dia lakukan bersamanya semalam. “Lo tenang dulu Ver,” kata Deo. “Biar gue jelasin semua ....” “Gue udah nggak perawan lagi, Yo!” Veren tersedu sedan. “Kesucian gue udah ilang ...” Veren menjatuhkan dirinya di tempat tidur dengan selimut masih membungkus tubuhnya yang tak berbusana. Mendengar Veren terus meratapi keperawanannya yang hilang, Deo jadi tidak tega dan berusaha membuka selimutnya. “Ver, lo tenang dulu. Gue bisa jelasin semuanya sama elo.” “Gue nggak mau ...” Kepala Veren menggeleng di b

    Last Updated : 2024-08-05
  • Mantanku, Kakak Iparku    76 Kemarahan Mama

    “Apa maksudnya ini?” tanya mama tajam. “Kalian pikir pernikahan itu bisa dibuat mainan? Bisa-bisanya kalian menikah cuma buat sementara dan sengaja bercerai dua tahun kemudian, sementara di luar sana banyak pasangan yang susah payah menjaga kelangsungan pernikahan mereka!” Deo dan Veren tidak berani menjawab, karena memang itulah yang mereka perbuat. “Kalian sengaja membuat surat perjanjian ini?” tanya mama lagi. “Iya Ma,” jawab Deo. “Aku dan Veren sepakat membuat surat itu karena penolakan kami nggak dipedulikan ....” “Terus apa gunanya kamu ngucapin ijab qobul di depan para saksi?” potong mama tajam. “Saat itu kan kami menikah di bawah paksaan warga Ma,” jawab Deo. “Mama nggak lihat kalo Veren juga merasa terpaksa saat aku nikahin?” Veren diam saja, tidak berani menjawab jika tidak ditanya. “Mama nggak nyangka kamu kayak gini, Yo. Yang kamu bilang acara kampus itu pasti juga bohong kan?” seru mama. “Kalo bener, kenapa ponsel kamu nggak aktif sampe berhari-hari?” Deo terdiam.

    Last Updated : 2024-08-06
  • Mantanku, Kakak Iparku    77 Menjalani Sisa Waktu Pernikahan

    Seketika Deo dan Veren langsung memisahkan diri. “Di kamarnya kali Kak,” jawab Deo sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, namun di mata Freya dia seolah menunjukkan kepadanya bahwa dia puas bisa mencium Veren sedemikian rupa. Sesuatu yang tidak pernah Freya dapatkan ketika menjalin hubungan dengan Deo lima tahun lamanya. Lain halnya dengan Veren, yang buru-buru mengusap bibirnya berulang kali dengan salah tingkah seperti terpergok sedang melakukan sesuatu yang salah. “Aku udah ke kamarnya tapi nggak ada,” kata Freya datar. “Aku nyari mama dulu, ya?” tanya Deo sambil menoleh kepada Veren. “Lo di sini aja.” Veren tidak menjawab dan hanya membiarkan Deo keluar kamar bersama Freya. “Kamu sering maksa Veren buat ciuman?” tanya Freya penuh selidik ketika dia dan Deo berjalan menuruni tangga. “Kamu mesum banget sih Yo, nggak kayak kamu yang dulu.” Deo menaikkan sebelah alisnya. “Mesum gimana, suami yang nyium isterinya sendiri kok mesum?” tukas Deo. “Veren itu isteri sah aku

    Last Updated : 2024-08-07
  • Mantanku, Kakak Iparku    78 Jadi Istri Kedua Kamu

    Veren balas memandang Deo tanpa mengatakan apa-apa. “Nggak usah lo jawab sekarang kalo elo masih ragu,” kata Deo sambil duduk di tepi tempat tidurnya. “Para orang tua sengaja kasih kita waktu buat mikir.” “Emang lo ada keinginan buat meneruskan pernikahan ini, Yo?” tanya Veren sambil berdiri di depan Deo. Sama seperti yang dilakukan Veren tadi, kali ini Deo juga terdiam dan tidak segera menjawab pertanyaan isterinya. “Hanya kalo elo mau gue pertahankan,” kata Deo akhirnya. Dahi Veren mengernyit, tidak mampu menangkap maksud Deo yang tersirat dalam kalimatnya barusan. “Kalo gue ... mau lo pertahankan?” ulangnya ragu. “Gue nggak ngerti ...?” Tangan Deo menepuk tempat kosong di sebelahnya, mengisyaratkan kepada Veren untuk duduk di sampingnya. Dengan ragu-ragu Veren mendekat. “Lo maunya gimana?” tanya Deo sangat serius. “Mau gue pertahankan sebagai istri gue atau nggak?” Veren terdiam lagi. Mengingat kejadian yang telah menimpanya semalam, tentunya dia berharap kalau Deo akan me

    Last Updated : 2024-08-08
  • Mantanku, Kakak Iparku    79 Percobaan Bunuh Diri

    Deo diam untuk memberikan Veren kesempatan meluapkan amarahnya, karena dia memang berhak untuk marah.“Belom cukup apa lo ambil kesucian gue kemarin? Lo masih ngerasa kurang puas sampe perlu menikahi Tania di atas pernikahan kita yang masih berlangsung?” seru Veren dengan mata berkaca-kaca. “Ternyata bener kata orang, kalo laki-laki nggak akan pernah merasa cukup hanya dengan memiliki satu wanita di sampingnya!”Tangan Veren semakin erat mengepal, sampai darah merembes keluar dari buku-buku jarinya yang terlipat.“Ternyata bukan cuma gue yang nggak punya otak,” maki Veren dengan rasa sakit tak terperi di hatinya. “Kalo elo punya otak Yo, lo akan langsung menceraikan gue tanpa perlu ngulur-ngulur waktu kayak gini!”Deo masih diam dan membiarkan Veren memaki dirinya sesuka hati.“Terus tadi lo ngapain nggak ngomong langsung sama orang tua kita kalo elo sebenenernya udah punya keputusan?” tanya Veren tajam. “Ngapain? Sekarang juga gue minta cerai!”Veren berjongkok kemudian menyembunyika

    Last Updated : 2024-08-09
  • Mantanku, Kakak Iparku    80 Ceraiin Gue Sekarang!

    “Emang lo ngerasa kalo elo salah?” sindir Veren sambil menatap tajam Deo. “Kalo elo ngerasa salah, talak gue sekarang!” Deo terkesiap. “Sampe kapanpun gue nggak akan menjatuhkan talak sama elo,” katanya. “Tapi kalo elo mau menggugat cerai gue ke pengadilan agama, silakan.” “Jadi lo beneran mau punya isteri dua?” tanya Veren tak percaya. “Elo pikir lo siapa? Ceraiin gue dulu baru lo bebas nikah sama cewek manapun yang bisa muasin kebutuhan biologis lo!” “Apa segitu rendahnya gue di mata elo, Ver?” tanya Deo tajam seraya memegangi kedua pergelangan tangan Veren erat-erat agar dia tidak kecolongan lagi. “Satu hal yang elo harus tau, sebesar apa pun nafsu yang gue punya, gue cuma melakukan hal itu sama elo aja.” Veren terlihat tidak percaya. “Freya yang lima tahun gue pacarin, nggak pernah gue sentuh sampe sedalam itu.” Deo melanjutkan kalimatnya. “Jadi elo adalah cewek pertama yang gue sentuh malam itu.” “Oh, cewek pertama? Iya?” sinis Veren. “Abis itu bakalan ada cewek kedua, ket

    Last Updated : 2024-08-10

Latest chapter

  • Mantanku, Kakak Iparku    99 Izinkan Aku Menjadi Istri Suamimu

    Sebelum mengakhiri percakapan, mama berpesan kepadanya untuk menjadi isteri yang baik dan berbakti. “Soal perempuan yang katanya mau jadi istri kedua Deo, kamu jangan mau kalah sama dia.” Mama menambahkan. “Ini saatnya kamu buktiin kalo kamu lebih pantas dipertahankan di sisi Deo daripada perempuan itu. Paham ya, Ver? Kuncinya kamu harus layani suami dengan baik, nurut, dan jangan kasar lagi.” “Iya, Ma.” Veren meringis. “Aku akan inget nasehat Mama.” *** Melihat kondisi fisik Veren yang makin hari kian menurun, Dela dan Vita mengusulkan untuk membeli alat tes kehamilan di apotik dekat kampus mereka. “Lo udah telat belom?” selidik Vita. “Gue udah telatan sejak SMA,” kata Veren. “Makanya gue nggak yakin kalo gue hamil. Orang tiap bulan gue telat.” “Tapi kan sekarang lo udah bersuami,” sergah Dela yang ikut kepo. “Udah, beli tespek murah dulu buat ngecek. Jangan sembarangan minum obat lho, Ver.” Veren terdiam, dia lupa kapan haid terakhirnya. Dia juga tidak pernah menghit

  • Mantanku, Kakak Iparku    98 Dikira Kumpul Kebo

    Deo mengulurkan tangan untuk menyingkirkan guling yang menghalanginya. “Ngambek nih?” katanya sambil membaringkan diri di samping Veren. Deo menarik Veren hingga tubuh ringkihnya hampir terbenam seluruhnya dalam dekapannya. Veren tidak menjawab, dia kesal sekaligus senang karena Deo tidak menuruti keinginannya untuk pergi dari rumahnya. Aroma minyak kayu putih yang telah dibalurkan Deo kepadanya membuat Veren sangat rileks dan perutnya yang tadi bergolak berangsur tenang, setenang dirinya yang kini memejamkan mata dengan lengan Deo sebagai bantalnya. Suara gemericik air hujan menjadi lagu pengiring perjalanan mereka berdua ke alam mimpi. *** Veren membuka mata sambil menggeliat, satu tangannya meraba-raba ke samping namun tidak menemukan apa yang dia cari. “Yo?” panggil Veren dengan suara serak. “Lo di mana?” Tidak ada jawaban. Veren menyibakkan selimutnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mencari keberadaan suaminya. Nihil, Deo tidak ada di kamar mandinya yang kosong. Veren

  • Mantanku, Kakak Iparku    97 Anggap Saja Malam Pertama

    “Kan ada elo,” timpal Deo sambil memejamkan kedua matanya. “yang bisa menghangatkan gue malem ini.” “Emang gue kompor,” tukas Veren sambil mengganti saluran tivi. “Halu lo malem-malem.” “Elo lebih dari kompor,” sahut Deo seraya membuka matanya. “Elo itu adalah separuh jiwa gue, dan juga tulang rusuk gue yang sempet ketuker sama kakak ipar ....” “Bisa ae lo, kaleng minyak.” Veren menukas, tangannya melempar bantal ke wajah Deo. “Aduuuh, sakit Ver!” protes Deo. “Kena bibir gue nih, kalo gue kenapa-napa lo siap tanggung jawab?” Veren langsung menyingkirkan bantalnya dan menubruk Deo yang masih berbaring. “Canda doang!” katanya sambil memeriksa luka di ujung bibir Deo. “Lo nggak papa kan?” Deo tidak menjawab, wajah Veren yang sangat dekat dengan wajahnya seolah mengalihkan dunianya untuk sementara. Kedua mata Veren yang besar seperti boneka balas memandangnya dengan sangat khawatir. Hawa dingin yang menguar karena hujan membuat Deo menginginkan kehangatannya. Veren seketika tersad

  • Mantanku, Kakak Iparku    96 Fokus sama Hubungan Kita

    “Kita mulai dari nol,” kata Veren. “Masa lalu nggak bisa diubah, tapi masa depan masih bisa kita rancang.” Deo mencium puncak kepala Veren dengan penuh sayang. Mereka memang tidak bisa mengubah masa lalu saat mereka terpaksa menikah karena tuntutan warga, tapi yang terpenting adalah kini mereka telah memantapkan hati untuk terus mengarungi bahtera mereka yang sempat karam. “Tapi Yo ...” Mendadak Veren ingat sesuatu, dengan segera dia melepas dekapannya . “Tania gimana?” Deo menghapus sisa-sisa air mata di wajah Veren. “Gue udah bilang sama Tania kalo gue nggak bisa menikahinya,” jawab Deo sungguh-sungguh. “Terus?” Veren mengernyit. “Dia nggak papa?” “Dia baik-baik aja.” Deo mengangguk. “Gimana kalo sekarang kita fokus sama hubungan kita aja?” “Iya Yo, gue akan nemenin elo apa pun keadaan lo.” Veren menyanggupi. “Ya udah, gue masak dulu di dapur.” “Kok buru-buru?” tanya Deo ketika Veren beringsut turun dari tempat tidur. “Nggak mau pelukan lebih lama lagi?” “Yang ada nanti gu

  • Mantanku, Kakak Iparku    95 Kecoa Membawa Berkah (2)

    “Bukan Tania yang masakin gue,” kilah Deo. “Tapi itu jatah makan siang dari tantenya, semua karyawannya dapet. Makanya lain kali nanya dulu, jangan asal cemburu ....” “Gue nggak cemburu!” ketus Veren sambil berdiri. Hampir saja dia lolos jika Deo tidak buru-buru menarik tubuhnya kembali. “Terus kenapa makanannya lo kasih ke temen-temen gue?” tanya Deo tajam. “Mereka muji-muji masakan lo. Bangga sih bangga, tapi tetep aja kuping ini panas dengernya.” “Heleh, sendirinya cemburu.” Veren mendengus. “Nggak ada suami yang nggak cemburu denger isterinya dipuji sama cowok lain,” tukas Deo sambil memutar tubuh Veren hingga menghadap kepadanya. “Lo nggak pernah masak buat gue, tapi sekalinya masak yang ngabisin malah temen-temen gue.” Veren agak mengerut ketika melihat ekspresi wajah Deo saat menatapnya. “Iya deh, habis ini gue masak buat lo,” katanya mengalah. Belitan Deo mengendur dan Veren langsung berdiri dari pangkuannya. Baru saja dirinya akan melangkah pergi, seekor kecoa terbang

  • Mantanku, Kakak Iparku    94 Kecoa Membawa Berkah

    “Gue udah mau manggil elo, tapi Veren nyegah gue.” Septian membela diri. “Tapi kelihatan banget kalo dia cemburu lihat lo sama Tania tadi. Lo yakin dia serius mau cerai sama lo?” Deo menarik napas dan duduk si salah satu kursi sementara Hernandez dan yang lain keluar membeli minum. “Gue sendiri nggak tau apa maunya,” kata Deo lesu. “Akhir-akhir ini dia nggak bisa ditebak, sering banget marah karena hal kecil ....” “Kayak lo nggak sengaja meluk Tania itu?” tebak Septian. Deo mengangguk. “Gue udah ngaku salah, gue juga udah minta maaf. Tapi dia ngamuknya nggak kira-kira,” keluh Deo. “Tiap denger nama Tania, dia langsung ngegas sambil maki-maki gue nggak keruan.” Septian mengangguk paham. “Ada dua hal yang bikin emosi cewek nggak stabil,” katanya. “Kalo nggak lagi PMS ya ... lagi bunting.” “Bunting what?” tukas Deo tidak percaya. “Bunting sama siapa?” “Ya sama elo lah, lo kan suaminya!” Septian balik menukas. “Masa bunting sama cowok lain, sembarangan lo.” Deo berpikir sebenta

  • Mantanku, Kakak Iparku    93 Masih Ada Waktu (2)

    “Masih ada waktu bagi kamu dan Veren untuk memikirkan baik-baik soal nasib pernikahan kalian,” kata mama seraya mengusap kepala Deo. “Mama nggak ngira kamu udah segede ini, Yo. Rasanya baru kemarin sore kamu lulus SMA, dan sekarang kamu udah jadi seorang suami ....”“Mama ngeledek,” dengus Deo sambil tertawa. “Tapi aku tetep nggak mau maksa Veren buat lanjut, Ma. Hidup aku belom mapan, aku juga masih harus kuliah. Mau aku kasih makan apa dia nanti? Nggak mungkin aku terus-terusan hidup nomaden di antara rumah mama sama rumah mertua. Mana harga diri aku sebagai suami, Ma?”Mama Deo tersenyum bijak.“Yo, kamu beruntung punya mertua yang pengertian. Mereka paham kondisi kamu kayak gimana, jadi kami semua sepakat akan membantu kalian sampai bisa hidup mandiri. Itu kalo kalian mau nerusin pernikahan ini. Kalo nggak, kami bisa apa?”Deo menggeleng.“Mana ada cewek yang mau hidup sama aku yang masih blangsak ini?” katanya sambil meneguk susu yang masih tersisa.***Veren memandang kalender

  • Mantanku, Kakak Iparku    92 Masih Ada Waktu (1)

    “Mana ada cewek yang bener-bener mau memulai hidup dari nol?” komentarnya. “Nggak ada juga ortu yang rela anaknya diajak hidup susah, kalo di rumah aja kebutuhannya serba tercukupi.” Veren sukses terdiam. “Kalo emang lo mau cerai, gue tunggu gugatan cerai lo di pengadilan agama.” Deo bangun dan memandang Veren yang masih berbaring. “Kita nggak usah ketemu lagi, biar keputusan lo nggak goyah. Gue tau lo lagi bingung Ver, dan gue nggak mau kehadiran gue bikin lo tambah bingung.” Deo menunduk dan mengecup kening Veren lembut. “Gue pergi ya? Kita ketemu lagi di pengadilan,” katanya seraya turun dari tempat tidur Veren. “Yo!” Veren ikut bangun dan menggenggam tangan Deo. “Lo tenang aja, gue akan jelasin ke ortu kita kalo ini adalah jalan paling baik yang harus diambil,” kata Deo tanpa menghentikan langkahnya, dengan tangan Veren masih menggenggamnya erat. Veren mengikuti Deo sampai ke pintu kamar. “Yo, kita masih punya waktu dua minggu ...” katanya. “Gue tau, lo bisa pake waktu du

  • Mantanku, Kakak Iparku    91 Ada Apa Dengan Veren? (2)

    “Halo, Tan? Oh, jadwal kontrol kamu ya pagi ini?” tanya Deo kepada seseorang di seberang sana, membuat Veren memasang telinganya baik-baik. “Gimana ya ... kalo aku izin dulu gimana, Tan?” lanjut Deo. “Ada Pak Muji kan di sana? Maaf ya kalo aku kurang profesional ... iya, Veren lagi sakit. Potong gaji aja nggak papa, Tan. Iya aku ngerti kok ... uang bisa dicari, tapi istri kan nggak bisa difotokopi.” Veren ingin sekali tertawa mendengar kalimat Deo barusan, tapi dia susah payah menahannya. Jika saja dia sedang tidak pura-pura tidur sekarang, tentu dia akan mengatakan bahwa Deo adalah mesin fotokopinya. “Makasih ya, Tan!” Deo mengakhiri percakapannya di ponsel, setelah itu dia kembali mendekap Veren erat sekali. Veren merasakan tubuhnya seakan mengecil ketika dekapan Deo menariknya semakin dalam dengan tubuhya sendiri. “Anak-anak, sarapan dulu!” Terdengar suara mama memanggil dari luar kamar Veren. “Iya, Ma!” sahut Deo. Pelan-pelan dia melepas Veren kemudian pergi ke toilet sebelum

DMCA.com Protection Status