Share

Bab 6

Penulis: Queen Tere
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 22:16:44

Vernon dan Lizi masih berdiri di atas panggung dengan Lizi yang merangkul lengan Vernon layaknya pasangan serasi. 

Lizi mengambil mikrofon lalu berkata, “Terima kasih kepada semua yang hadir di hari spesial ini. Berkat dukungan kalian, acara ini berjalan dengan lancar. Aku juga ingin berterima kasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah mendukungku selama ini. Aku sangat menyayangi kalian.”

Evora membuang muka. 

"Tapi aku juga ingin berterima kasih kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku....” Lizi berhenti sejenak, sebelum melanjutkan dengan nada penuh kelembutan. "Adikku, Evora."

Tepuk tangan meriah kembali terdengar.

“Evora adalah adik yang luar biasa. Aku sangat beruntung memiliki dia di sisiku.”

Tubuh Evora menegang, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Matanya melirik sekeliling, menyadari bahwa semua orang kini menatapnya.

Seakan terjebak dalam panggung sandiwara, Evora hanya bisa diam, menahan debaran jantungnya yang tak menentu. Apa yang direncanakan Lizi?

Lizi melangkah mendekat, jemarinya melingkari tangan Evora dengan lembut. Senyum manisnya tampak sempurna, tapi Evora tahu betul kepalsuan di baliknya.

“Kamu adalah adikku yang sangat aku sayangi. Terima kasih telah mendukungku selama ini. Aku sangat bangga memiliki adik sepertimu.’"

Tenggorokan Evora terasa tercekat. Ia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

“Maukah kamu selalu berada di sisiku sebagai saudara yang terus mendukungku?” Lizi bertanya dengan tatapan penuh kasih sayang.

Evora menatap tangan mereka yang masih saling menggenggam. Ada dorongan kuat untuk menarik diri, tapi di hadapan semua orang, apa yang bisa ia lakukan? Setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, ia mengangkat sudut bibirnya. “Kau memang selalu mendapatkan apa yang kau inginkan, Kak.”

Lizi terkejut sesaat sebelum kembali berakting manis.

“Terima kasih, Evora.” Lizi lalu memeluk Evora dengan erat. Evora dapat melihat Vernon menatapnya dengan sorot mata yang rumit.

Tepuk tangan pun kembali menggema.

Setelah Lizi memberi pidato singkat, Evora segera turun dari panggung. Ia tak sanggup berlama-lama di sana.

Setelah ini, akan diadakan sesi berdansa bersama pasangan. Evora lebih memilih menyendiri. Musik dansa sudah diputar dan orang-orang mulai berdansa dengan pasangannya.

Tiba-tiba, Evora dihadang oleh beberapa gadis. Evora tahu, mereka adalah teman-teman Lizi.

“Hai, Evora. Apa kabar? Aku lama tak melihatmu.” Wanita berambut sebahu berujar. Evora mengenalnya, itu adalah sahabat Lizi di kampus.

“Aku baik-baik saja, Ela,” jawab Evora datar.

“Senang melihatmu, Evora. Kakakmu benar-benar panutan, ya? Hampir lulus S1 dan sudah bertunangan dengan pria mapan. Aku yakin kamu pasti ingin menyusulnya.”

Evora diam. Ia sudah menduga pembicaraan ini akan mengarah ke sana.

Ela mengulurkan tangannya untuk menepuk pundak Evora. “Setidaknya kamu masih punya waktu untuk menyusulnya. Meskipun, yah... perbedaannya sudah cukup jauh.”

Evora tersenyum tipis. “Terima kasih sudah memperhatikanku. Tapi kamu nggak perlu repot-repot, kok.”

Ela memasang senyum sinis, begitupun dengan teman-temannya yang saling berbisik. Evora pun memilih pergi.

Namun, tiba-tiba Evora menabrak seorang pelayan. Sesaat Evora melihat Ela menggeser kakinya.

Ela dan teman-temannya menutup mulut, seolah kaget—tapi mata mereka menyiratkan kepuasan yang tak bisa disembunyikan.

Pelayan itu panik dan berulang kali meminta maaf kepada Evora. 

“Nona, maaf. Saya tersandung,” ucap pelayan itu.

Evora melihat sekilas Ela yang tampak puas. Ia menarik napas dalam. "Nggak apa-apa."

Tanpa membuang waktu, Evora pun berjalan menuju toilet. Ia memasuki salah satu bilik untuk membersihkan gaunnya.

Setelah selesai, Evora mencoba keluar dari bilik toilet. Namun, ia merasa gagang pintu toilet terlalu berat sampai ia tidak bisa membukanya. Ia mencoba memutar gagang pintu lagi. 

Tidak bergerak. 

“Apakah pintunya macet?” gumam Evora.

Ia mencoba sekali lagi, lebih kuat. Masih tetap tertutup. Perasaan tak nyaman mulai menjalar ke tengkuknya. Ia baru menyadari, seseorang telah menguncinya dari luar.

Ia menempelkan telapak tangannya ke pintu, mencoba mengontrol napasnya. "Tolong! Ada orang di luar?!" Suaranya sedikit bergetar, cemas mulai merayapi pikirannya.

Bertepatan dengan itu, terdengar suara tawa samar dari luar lalu perlahan-lahan menjauh.

Ia sudah menduga, pasti ada yang iseng kepadanya. 

Evora menggertakkan gigi, lalu menghantamkan tubuhnya ke pintu. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Tak bergeming. 

"Astaga…" gumamnya dengan suara terputus-putus. 

Keringat mulai membasahi punggungnya. Jika tak ada yang menemukannya, berapa lama ia harus menunggu di sini?

Samar-samar, Evora mendengar suara orang berbicara. “Maaf, toiletnya rusak. Sedang ada perbaikan.”

“Benarkah? Aku akan mengeceknya.”

Saat itu juga, terdengar suara langkah kaki memasuki area toilet.

Evora langsung berteriak sekuat tenaga. "Hei! Tolong aku! Aku terkunci di dalam!"

Suara langkah kaki di luar terdiam sejenak lalu semakin mendekat.

Pegangan pintu bergerak. Seseorang mencoba membukanya dari luar.

Terdapat jeda beberapa saat, sebelum sebuah hantaman keras menggema. Evora mundur, merapat ke dinding.

Brak!

Brak!

Seketika kunci pintu jebol, membuat pintu terbuka dengan keras. Evora tersentak, punggungnya merapat ke dinding. Cahaya dari luar menusuk matanya, membuatnya menyipit.

Napasnya masih kacau. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari—pintu itu sudah terbuka. Ia sudah bebas.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Suara Fasco datar, namun tajam.

Evora menelan ludah. “Aku terkunci….” 

Suaranya terdengar serak.

Fasco menatap gagang pintu yang kini rusak sebelum kembali menatap Evora. "Siapa yang menguncimu?”

“Nggak tahu.”

"Kau yakin nggak tahu siapa yang menguncimu?" tanyanya lagi.

"Aku nggak punya bukti.” Evora menunduk, lidahnya terasa kelu.

“Lain kali hati-hati.” 

Fasco hendak pergi, tapi Evora maju selangkah. “Tunggu!” 

“Rupanya yang tadi aku lihat dari atas panggung itu kamu. Bagaimana kamu bisa ada di sini?”

Fasco menatap Evora dengan pandangan sulit diartikan. “Apa kamu nggak memperhatikan? Aku ada dalam barisan keluarga tunangan kakakmu.”

Evora tercengang.

“Kau…” suara Evora tercekat di tenggorokannya. Ia menatap Fasco, berharap ia salah dengar. “Kau… keluarganya Vernon?”

Fasco menatapnya sekilas, ekspresinya tetap datar. “Sepupu.”

Evora terpaku di tempat. Otaknya berusaha mencerna informasi itu, tapi ia seperti dihantam sesuatu yang keras.

“Jadi, selama ini kamu… bagian dari keluarga Roys?” Nadanya terdengar ragu.

“Ya,” jawab Fasco santai.

Evora meneguk ludah. “Lalu… kenapa kamu nggak pernah bilang?”

“Kau nggak pernah bertanya.”

Evora membisu. Kata-kata Fasco bergema di kepalanya, terasa mengejutkan.

Mereka berjalan melewati lorong sepi sebelum akhirnya kembali ke area acara. Musik dansa masih terdengar, suasana masih penuh dengan kebahagiaan. Tak ada yang menyadari bahwa Evora baru saja terkunci di toilet.

“Fasco, terima kasih. Kamu sudah banyak menolongku,” ujar Evora, menoleh ke arah Fasco dengan senyum yang tulus.

Fasco tetap berjalan di sampingnya, tanpa memperlambat langkah. “Hm.”

Evora menoleh, menatapnya dengan bingung. “Itu saja? ‘Hm’?”

Fasco akhirnya meliriknya, sudut bibirnya terangkat samar. “Aku bukan tipe pria yang banyak bicara.”

Evora mendengus pelan. “Jelas sekali.”

Ia mengira pembicaraan selesai, tetapi Fasco menambahkan, "Tapi ada satu hal."

"Apa?"

Fasco berhenti, menatapnya sekilas. "Kau berhutang padaku."

Evora mengerutkan kening. "Berhutang?"

Fasco menyunggingkan senyum tipis, tangannya bersedekap santai. "Aku sudah menyelamatkanmu dua kali. Sudah seharusnya kau memberikan sesuatu sebagai gantinya."

Tak ada tekanan, tapi ucapannya terdengar seperti tawaran yang tak bisa ditolak.

Evora meneguk ludah. "Berapa yang harus kubayar?"

Fasco mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, suaranya pelan namun penuh tekanan. “Berdansalah denganku, Evora.”

Evora membeku. Untuk pertama kalinya, debaran jantungnya terasa berbeda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 7

    Fasco mengulurkan tangannya. Evora menatapnya dengan ragu.Ia melirik ke sekitar. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka, termasuk Vernon yang kini menatap mereka dengan ekspresi sulit ditebak.Evora menerima uluran tangan Fasco. “Baiklah.”Senyum tipis muncul di wajah pria itu. Dengan gerakan ringan, ia menarik Evora ke tengah lantai dansa.Musik klasik mengalun lembut, mengiringi para tamu yang tengah berdansa di ballroom.Fasco memegang pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Evora dengan mantap.“Kau bisa berdansa?” tanya Fasco.“Tentu saja.”Langkah mereka begitu selaras, seolah-olah tubuhnya sudah mengenal irama ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Sejenak, suasana ballroom mengabur di matanya, berganti dengan bayangan lampu-lampu taman yang berkelap-kelip.Ia seperti berada di tempat yang berbeda, di waktu yang lain.Lebih tepatnya, ia teringat malam ulang tahunnya setahun lalu."Aku akan selalu bersamamu, Evora,” ucap Vernon kala itu.Inga

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 1

    "Kenapa pesanku nggak dibalas? Dia sibuk atau sengaja mengabaikanku?”Evora menatap ponselnya dengan kesal. Ia gelisah menunggu kabar dari Vernon, kekasihnya.Sepulang lembur dan mampir sebentar ke minimarket, ia duduk di bangku depan, menyesap soda dingin yang sudah tak berasa.“Besok ulang tahunku... apa dia sengaja bikin kejutan? Atau malah lupa?” gumamnya. Namun, ia masih berpikir positif.“Tapi, tidak biasanya dia sibuk sekali sampai tidak mengingatku.”Ia menghela napas lalu beralih menatap jalan raya di depannya. Di antara lampu-lampu di pinggir jalan tampak seorang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan dengan mesra.Awalnya Evora tak menghiraukannya, sampai ia mengenali kemeja yang dikenakan pria itu.“Vernon…?”Evora lantas terpaku saat menyadari siapa wanita yang sedang dirangkul pria itu di pinggang. Itu adalah Kakak Evora."Kenapa Vernon bersama … Kak Lizi?”Apakah ini sebuah kebetulan?Evora pun bangkit dan melangkah pelan ke arah mereka.Tanpa ia sangka, Vernon me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 2

    Mobil dengan kap ringsek berhenti di depan bangunan apartemen. Mesin telah mati, meninggalkan keheningan yang menusuk. Tok tok.Seorang wanita berambut pendek mengetuk kaca mobil. "Fasco, kamu nggak apa-apa?"Evora membuka pintu mobil, menarik napas lega. Kejadian tadi masih membekas di kepalanya.“Fasco, bagaimana keadaanmu?” Wanita yang tadi mengetuk pintu mobil segera menghampiri pria yang hampir menabrak Evora.“Aku baik-baik saja, kamu urus dia!” Dengan tubuh yang masih lunglai, Fasco lebih dulu masuk ke dalam apartemen."Fasco sedikit mabuk tadi, jadi nyetirnya ngawur. Aku beneran minta maaf, ya. Kamu nggak kenapa-kenapa?"Evora menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja.”Wanita itu mengangkat alis. "Kamu kelihatan shock."Evora menghembuskan napas. Shock? Itu bahkan nggak cukup buat menggambarkan perasaannya sekarang.“Perkenalkan, namaku Grace.” Wanita itu mengulurkan tangan.“Aku Evora….”“Ini sudah malam, kamu istirahat di apartemenku dulu, ya? Bahaya jika kamu di jalan malam-m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 3

    “Lala, kalau truk sampah datang, buang semua barang ini!” kata Evora pada Lala yang membantunya membawa barang ke luar.“Baik, Nona.”Evora melirik jam di tangannya. Lima belas menit lagi ia harus masuk kantor. Ia pun segera kembali ke dalam untuk bersiap.Di ruang tamu, Meyla dan Lizi sibuk menata undangan. Mereka menghentikan Evora yang hendak pergi.“Evora, ini gaunmu.” Lizi menyerahkan sebuah gaun untuk acara pertunangan nanti.Evora menatap gaun itu dengan enggan, tapi ia teringat perkataan ayahnya tadi malam. ‘Evora, jika kamu masih mau dianggap sebagai bagian keluarga Mordie, maka terima semua ini dan jangan protes!’Jemarinya mengepal sebelum akhirnya mengambilnya.Lalu ia berkata kepada Lala yang baru kembali dari luar. “Tolong taruh gaun ini di atas nakas.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evora pun pergi.•••Sepulang dari kantor, Evora tidak langsung pulang. Ia masuk ke bar, tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya sebelumnya.“Aku ingin memesan sebotol wine.”Usai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 4

    “Apa kamu nggak bisa diam?”Fasco melirik ke kaca jendela mobil yang mulai berkabut karena hujan gerimis. Di sampingnya, Evora terisak keras, bahunya bergetar. Fasco mendesah pelan, berusaha mengabaikan suara tangis itu. Ia tidak tahu cara menenangkan seseorang, apalagi wanita yang baru dikenalnya.“Uh, Grace….” Fasco akhirnya meraih ponselnya dan menekan panggilan. “Aku butuh bantuanmu. Segera ke mobilku.”Tak lama, pintu belakang terbuka. Grace menatap Evora yang terisak dengan bingung, lalu menoleh ke Fasco. "Apa yang kau lakukan padanya?"“Aku? Nggak ada! Dia tiba-tiba menangis begitu saja.” Fasco mengangkat tangan seolah tak bersalah, alisnya berkerut, tak tahu harus berbuat apa. Suaranya terdengar datar, tapi ada sedikit kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.Grace melirik Evora yang terus terisak. Ia pun mengambil tisu di dashboard mobil lalu menyerahkannya. “Tenanglah. Apa yang terjadi?”Evora meraih tisu itu dengan tangan gemetar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. “D

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 5

    Kejam.Kata itulah yang terlintas di benak Evora tentang Fasco.Tapi sebelum ia sempat membalas, Grace muncul membawa air kelapa.“Sudahlah, lebih baik kau minum ini sebelum mendengar lebih banyak kuliah darinya.”.“Terima kasih, Grace.”“Aku sudah memasak nasi goreng untuk kalian, ayo makan dulu!”“Grace, bisakah aku pulang setelah ini? Ini sudah hampir larut malam.”“Baiklah, Fasco akan mengantarmu,” balas Grace.“Kenapa harus aku? Biarkan dia naik taksi saja.” Fasco mendengus, jelas tidak tertarik.“Jangan begitu, dia baru saja mabuk. Bagaimana kalau ada orang jahat?”Fasco menatap Evora sejenak, lalu mengalihkan pandangan. “Bukan urusanku.”“Oh, jadi kalau terjadi sesuatu, kamu mau disalahkan?” Grace melipat tangan di dada.Fasco mendesah, mengusap tengkuknya dengan malas. “Terserah.”“Tolong jangan berdebat, aku nggak mau kalian ribut karena aku. Kalian terlihat sebagai pasangan serasi, aku nggak akan mengganggu.”Grace tertawa seraya menutup mulutnya dengan tangan. "Pasangan? Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 7

    Fasco mengulurkan tangannya. Evora menatapnya dengan ragu.Ia melirik ke sekitar. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka, termasuk Vernon yang kini menatap mereka dengan ekspresi sulit ditebak.Evora menerima uluran tangan Fasco. “Baiklah.”Senyum tipis muncul di wajah pria itu. Dengan gerakan ringan, ia menarik Evora ke tengah lantai dansa.Musik klasik mengalun lembut, mengiringi para tamu yang tengah berdansa di ballroom.Fasco memegang pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Evora dengan mantap.“Kau bisa berdansa?” tanya Fasco.“Tentu saja.”Langkah mereka begitu selaras, seolah-olah tubuhnya sudah mengenal irama ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Sejenak, suasana ballroom mengabur di matanya, berganti dengan bayangan lampu-lampu taman yang berkelap-kelip.Ia seperti berada di tempat yang berbeda, di waktu yang lain.Lebih tepatnya, ia teringat malam ulang tahunnya setahun lalu."Aku akan selalu bersamamu, Evora,” ucap Vernon kala itu.Inga

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 6

    Vernon dan Lizi masih berdiri di atas panggung dengan Lizi yang merangkul lengan Vernon layaknya pasangan serasi. Lizi mengambil mikrofon lalu berkata, “Terima kasih kepada semua yang hadir di hari spesial ini. Berkat dukungan kalian, acara ini berjalan dengan lancar. Aku juga ingin berterima kasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah mendukungku selama ini. Aku sangat menyayangi kalian.”Evora membuang muka. "Tapi aku juga ingin berterima kasih kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku....” Lizi berhenti sejenak, sebelum melanjutkan dengan nada penuh kelembutan. "Adikku, Evora."Tepuk tangan meriah kembali terdengar.“Evora adalah adik yang luar biasa. Aku sangat beruntung memiliki dia di sisiku.”Tubuh Evora menegang, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Matanya melirik sekeliling, menyadari bahwa semua orang kini menatapnya.Seakan terjebak dalam panggung sandiwara, Evora hanya bisa diam, menahan debaran jantungnya yang tak menentu. Apa yang direncanakan Lizi?Lizi mel

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 5

    Kejam.Kata itulah yang terlintas di benak Evora tentang Fasco.Tapi sebelum ia sempat membalas, Grace muncul membawa air kelapa.“Sudahlah, lebih baik kau minum ini sebelum mendengar lebih banyak kuliah darinya.”.“Terima kasih, Grace.”“Aku sudah memasak nasi goreng untuk kalian, ayo makan dulu!”“Grace, bisakah aku pulang setelah ini? Ini sudah hampir larut malam.”“Baiklah, Fasco akan mengantarmu,” balas Grace.“Kenapa harus aku? Biarkan dia naik taksi saja.” Fasco mendengus, jelas tidak tertarik.“Jangan begitu, dia baru saja mabuk. Bagaimana kalau ada orang jahat?”Fasco menatap Evora sejenak, lalu mengalihkan pandangan. “Bukan urusanku.”“Oh, jadi kalau terjadi sesuatu, kamu mau disalahkan?” Grace melipat tangan di dada.Fasco mendesah, mengusap tengkuknya dengan malas. “Terserah.”“Tolong jangan berdebat, aku nggak mau kalian ribut karena aku. Kalian terlihat sebagai pasangan serasi, aku nggak akan mengganggu.”Grace tertawa seraya menutup mulutnya dengan tangan. "Pasangan? Ak

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 4

    “Apa kamu nggak bisa diam?”Fasco melirik ke kaca jendela mobil yang mulai berkabut karena hujan gerimis. Di sampingnya, Evora terisak keras, bahunya bergetar. Fasco mendesah pelan, berusaha mengabaikan suara tangis itu. Ia tidak tahu cara menenangkan seseorang, apalagi wanita yang baru dikenalnya.“Uh, Grace….” Fasco akhirnya meraih ponselnya dan menekan panggilan. “Aku butuh bantuanmu. Segera ke mobilku.”Tak lama, pintu belakang terbuka. Grace menatap Evora yang terisak dengan bingung, lalu menoleh ke Fasco. "Apa yang kau lakukan padanya?"“Aku? Nggak ada! Dia tiba-tiba menangis begitu saja.” Fasco mengangkat tangan seolah tak bersalah, alisnya berkerut, tak tahu harus berbuat apa. Suaranya terdengar datar, tapi ada sedikit kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.Grace melirik Evora yang terus terisak. Ia pun mengambil tisu di dashboard mobil lalu menyerahkannya. “Tenanglah. Apa yang terjadi?”Evora meraih tisu itu dengan tangan gemetar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. “D

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 3

    “Lala, kalau truk sampah datang, buang semua barang ini!” kata Evora pada Lala yang membantunya membawa barang ke luar.“Baik, Nona.”Evora melirik jam di tangannya. Lima belas menit lagi ia harus masuk kantor. Ia pun segera kembali ke dalam untuk bersiap.Di ruang tamu, Meyla dan Lizi sibuk menata undangan. Mereka menghentikan Evora yang hendak pergi.“Evora, ini gaunmu.” Lizi menyerahkan sebuah gaun untuk acara pertunangan nanti.Evora menatap gaun itu dengan enggan, tapi ia teringat perkataan ayahnya tadi malam. ‘Evora, jika kamu masih mau dianggap sebagai bagian keluarga Mordie, maka terima semua ini dan jangan protes!’Jemarinya mengepal sebelum akhirnya mengambilnya.Lalu ia berkata kepada Lala yang baru kembali dari luar. “Tolong taruh gaun ini di atas nakas.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evora pun pergi.•••Sepulang dari kantor, Evora tidak langsung pulang. Ia masuk ke bar, tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya sebelumnya.“Aku ingin memesan sebotol wine.”Usai

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 2

    Mobil dengan kap ringsek berhenti di depan bangunan apartemen. Mesin telah mati, meninggalkan keheningan yang menusuk. Tok tok.Seorang wanita berambut pendek mengetuk kaca mobil. "Fasco, kamu nggak apa-apa?"Evora membuka pintu mobil, menarik napas lega. Kejadian tadi masih membekas di kepalanya.“Fasco, bagaimana keadaanmu?” Wanita yang tadi mengetuk pintu mobil segera menghampiri pria yang hampir menabrak Evora.“Aku baik-baik saja, kamu urus dia!” Dengan tubuh yang masih lunglai, Fasco lebih dulu masuk ke dalam apartemen."Fasco sedikit mabuk tadi, jadi nyetirnya ngawur. Aku beneran minta maaf, ya. Kamu nggak kenapa-kenapa?"Evora menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja.”Wanita itu mengangkat alis. "Kamu kelihatan shock."Evora menghembuskan napas. Shock? Itu bahkan nggak cukup buat menggambarkan perasaannya sekarang.“Perkenalkan, namaku Grace.” Wanita itu mengulurkan tangan.“Aku Evora….”“Ini sudah malam, kamu istirahat di apartemenku dulu, ya? Bahaya jika kamu di jalan malam-m

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 1

    "Kenapa pesanku nggak dibalas? Dia sibuk atau sengaja mengabaikanku?”Evora menatap ponselnya dengan kesal. Ia gelisah menunggu kabar dari Vernon, kekasihnya.Sepulang lembur dan mampir sebentar ke minimarket, ia duduk di bangku depan, menyesap soda dingin yang sudah tak berasa.“Besok ulang tahunku... apa dia sengaja bikin kejutan? Atau malah lupa?” gumamnya. Namun, ia masih berpikir positif.“Tapi, tidak biasanya dia sibuk sekali sampai tidak mengingatku.”Ia menghela napas lalu beralih menatap jalan raya di depannya. Di antara lampu-lampu di pinggir jalan tampak seorang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan dengan mesra.Awalnya Evora tak menghiraukannya, sampai ia mengenali kemeja yang dikenakan pria itu.“Vernon…?”Evora lantas terpaku saat menyadari siapa wanita yang sedang dirangkul pria itu di pinggang. Itu adalah Kakak Evora."Kenapa Vernon bersama … Kak Lizi?”Apakah ini sebuah kebetulan?Evora pun bangkit dan melangkah pelan ke arah mereka.Tanpa ia sangka, Vernon me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status