Share

Bab 4

Penulis: Queen Tere
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 22:15:25

“Apa kamu nggak bisa diam?”

Fasco melirik ke kaca jendela mobil yang mulai berkabut karena hujan gerimis. Di sampingnya, Evora terisak keras, bahunya bergetar. Fasco mendesah pelan, berusaha mengabaikan suara tangis itu. Ia tidak tahu cara menenangkan seseorang, apalagi wanita yang baru dikenalnya.

“Uh, Grace….” Fasco akhirnya meraih ponselnya dan menekan panggilan. “Aku butuh bantuanmu. Segera ke mobilku.”

Tak lama, pintu belakang terbuka. Grace menatap Evora yang terisak dengan bingung, lalu menoleh ke Fasco. "Apa yang kau lakukan padanya?"

“Aku? Nggak ada! Dia tiba-tiba menangis begitu saja.” Fasco mengangkat tangan seolah tak bersalah, alisnya berkerut, tak tahu harus berbuat apa. Suaranya terdengar datar, tapi ada sedikit kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.

Grace melirik Evora yang terus terisak. Ia pun mengambil tisu di dashboard mobil lalu menyerahkannya. “Tenanglah. Apa yang terjadi?”

Evora meraih tisu itu dengan tangan gemetar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. “Dia selingkuh... sehari sebelum ulang tahunku.”

Grace terkejut, lalu melirik Fasco yang hanya diam.

“Dia mabuk.” Fasco berucap dengan datar.

Grace menghela napas. “Bantu aku bawa dia ke dalam apartemen!”

Fasco tampak enggan, tapi ia tak menolak. Ia pun mencoba menyentuh bahu Evora. 

“Berdiri,” katanya pelan, tapi tegas.

Evora tidak langsung merespons. Bahunya masih bergetar, dan kakinya tampak goyah. Dengan enggan, Fasco menyelipkan satu tangan di bawah lengannya, menopangnya agar tidak jatuh.

Langkah mereka lambat di trotoar yang licin. Udara dingin bercampur samar aroma alkohol dari tubuh Evora. Sesekali ia tersandung, tapi genggaman Fasco tetap erat.

“Kamu benar-benar menyusahkan,” lontar Fasco.

Di depan pintu masuk apartemen, Grace bergantian memapah Evora memasuki apartemennya.

Saat itu, Fasco menoleh ke asistennya. “Pria yang tadi sudah beres, kan?”

“Sudah, Tuan. Saya sudah memblokir pria itu dari semua bar di kota ini.”

“Bagus.”

•••

"Dia akan bertunangan... dengan kakakku.”

"Apa?" Suara Grace tertahan. "Pacarmu… dan kakakmu?"

Evora mengangguk, air mata kembali mengalir. "Aku melihatnya sendiri. Mereka berciuman di depanku, lalu bertingkah seolah aku yang berlebihan. Tepat malam hari sebelum ulang tahunku.”

Grace menepuk tangan Evora lembut. "Aku nggak tahu harus berkata apa… itu pasti sangat menyakitkan.”

Saat ini, Evora sudah setengah sadar. Ia sudah banyak menangis, dan Grace tetap sabar mendengarkannya.

“Kita sudah bertemu dua kali, entah kebetulan atau bukan. Tapi, aku yakin kamu orang yang baik. Jika kamu membutuhkan seorang teman untuk bercerita, kamu bisa menghubungi aku,” tutur Grace.

Percakapan mereka terhenti ketika Fasco memasuki apartemen Grace. Ia melihat mereka dengan kening berkerut. Evora tampak bersandar di bahu Grace.

“Fasco, kamu belum bercerita bagaimana kamu membawanya ke sini,” ujar Grace.

“Dia hampir dibawa seorang pria masuk ke kamar. Saat aku melihat dia mabuk dan memberontak, aku langsung ingin menyelamatkannya,” jawab Fasco seraya mengambil segelas air minum.

Grace mengangguk paham. “Dia sudah bercerita banyak padaku. Hanya saja, ini urusan wanita,” ucap Grace.

Fasco tidak langsung merespons. Ia mendengus pelan, lalu menyandarkan kepala ke sofa sambil mengusap tengkuknya.

“Baguslah. Aku memang nggak tertarik mendengar drama orang lain,” ucapnya datar, meski tatapannya masih sekilas melirik ke arah Evora.

“Oh, ya. Bagaimana kabar Anetha?” Grace bertanya dengan hati-hati.

Matanya yang sejak tadi terlihat santai berubah dingin.

“Dia benar-benar pergi,” katanya datar, tapi ada nada getir di balik suaranya.

Grace menatapnya dengan prihatin. “Aku tahu kau masih memikirkannya, Fasco.”

Fasco tertawa pelan dengan sinis. “Memikirkannya?” Ia melirik ke arah jendela, matanya menerawang. “Aku cuma berusaha ingat kapan terakhir dia jujur. Jawabannya? Nggak pernah.”

Grace menggigit bibirnya, lalu berkata lirih, “Dia tidak pantas untukmu.”

Fasco mengusap wajahnya sekali. “Sudah lewat. Aku nggak akan mengulang kesalahan yang sama.”

“Bagus, jangan menyia-nyiakan dirimu untuk wanita sepertinya. Dia yang terlebih dahulu memutuskan hubungan denganmu.”

“Ya.”

Fasco tampak malas melanjutkan pembicaraan tentang mantan pacarnya dan memilih menidurkan dirinya di sofa ruang tamu yang kosong.

“Aku ingin menyiapkan makanan untuk kalian. Evora, kamu istirahat saja di sini.” Setelah memastikan Evora sedikit lebih tenang, Grace menyandarkan kepalanya ke sofa lalu beranjak ke dapur.

Kini, hanya tersisa Fasco dan Evora di ruang tamu.

Evora berusaha duduk tegak, tapi kepalanya kembali jatuh ke sandaran sofa. “Kenapa tempat ini berputar, ya? Dunia… bisa nggak diem sebentar aja?”

Mata Fasco yang terpejam kembali terbuka saat mendengarnya. Ia pun melirik Evora yang tampak memegangi kepalanya.

Selang beberapa lama, Grace kembali ke ruang tamu dengan tiga piring makanan. “Evora, apa kamu sudah merasa baikan? Aku ada air kelapa yang bisa membantumu menghilangkan efek mabuk,” ujar Grace.

Evora mengerjap pelan, matanya masih berat. Ia mengusap wajahnya, lalu bergumam dengan suara serak, “Grace… kepalaku berat…”

Grace mencondongkan tubuhnya. “Tunggu sebentar, aku ambilkan air kelapa.”

Fasco melirik Evora yang masih setengah sadar, lalu menghela napas. “Kamu masih mabuk, kan?”

Evora memiringkan kepalanya, mencoba fokus menatap Fasco, tapi matanya masih sayu. “Nggak… aku cuma… kepalaku seperti kapal kena ombak.”

“Kamu sendiri yang memilih ada di situasi ini.” Fasco lanjut bertanya, “Untuk apa kamu ke bar itu? Bukankah kamu nggak pernah kesana?”

Evora menatap kosong ke arah meja, tangannya menggenggam lengan bajunya sendiri. “Aku hanya… butuh pelarian.”

“Seharusnya kamu tahu tempat seperti itu bukan untuk gadis sepertimu.” Ia melirik Evora sekilas. “Atau mungkin kau memang suka cari masalah?”

“Kalau memang mau cari masalah, pastikan kau bisa keluar sendiri. Jangan menunggu seseorang datang menyelamatkanmu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 5

    Kejam.Kata itulah yang terlintas di benak Evora tentang Fasco.Tapi sebelum ia sempat membalas, Grace muncul membawa air kelapa.“Sudahlah, lebih baik kau minum ini sebelum mendengar lebih banyak kuliah darinya.”.“Terima kasih, Grace.”“Aku sudah memasak nasi goreng untuk kalian, ayo makan dulu!”“Grace, bisakah aku pulang setelah ini? Ini sudah hampir larut malam.”“Baiklah, Fasco akan mengantarmu,” balas Grace.“Kenapa harus aku? Biarkan dia naik taksi saja.” Fasco mendengus, jelas tidak tertarik.“Jangan begitu, dia baru saja mabuk. Bagaimana kalau ada orang jahat?”Fasco menatap Evora sejenak, lalu mengalihkan pandangan. “Bukan urusanku.”“Oh, jadi kalau terjadi sesuatu, kamu mau disalahkan?” Grace melipat tangan di dada.Fasco mendesah, mengusap tengkuknya dengan malas. “Terserah.”“Tolong jangan berdebat, aku nggak mau kalian ribut karena aku. Kalian terlihat sebagai pasangan serasi, aku nggak akan mengganggu.”Grace tertawa seraya menutup mulutnya dengan tangan. "Pasangan? Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 6

    Vernon dan Lizi masih berdiri di atas panggung dengan Lizi yang merangkul lengan Vernon layaknya pasangan serasi. Lizi mengambil mikrofon lalu berkata, “Terima kasih kepada semua yang hadir di hari spesial ini. Berkat dukungan kalian, acara ini berjalan dengan lancar. Aku juga ingin berterima kasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah mendukungku selama ini. Aku sangat menyayangi kalian.”Evora membuang muka. "Tapi aku juga ingin berterima kasih kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku....” Lizi berhenti sejenak, sebelum melanjutkan dengan nada penuh kelembutan. "Adikku, Evora."Tepuk tangan meriah kembali terdengar.“Evora adalah adik yang luar biasa. Aku sangat beruntung memiliki dia di sisiku.”Tubuh Evora menegang, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Matanya melirik sekeliling, menyadari bahwa semua orang kini menatapnya.Seakan terjebak dalam panggung sandiwara, Evora hanya bisa diam, menahan debaran jantungnya yang tak menentu. Apa yang direncanakan Lizi?Lizi mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 7

    Fasco mengulurkan tangannya. Evora menatapnya dengan ragu.Ia melirik ke sekitar. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka, termasuk Vernon yang kini menatap mereka dengan ekspresi sulit ditebak.Evora menerima uluran tangan Fasco. “Baiklah.”Senyum tipis muncul di wajah pria itu. Dengan gerakan ringan, ia menarik Evora ke tengah lantai dansa.Musik klasik mengalun lembut, mengiringi para tamu yang tengah berdansa di ballroom.Fasco memegang pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Evora dengan mantap.“Kau bisa berdansa?” tanya Fasco.“Tentu saja.”Langkah mereka begitu selaras, seolah-olah tubuhnya sudah mengenal irama ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Sejenak, suasana ballroom mengabur di matanya, berganti dengan bayangan lampu-lampu taman yang berkelap-kelip.Ia seperti berada di tempat yang berbeda, di waktu yang lain.Lebih tepatnya, ia teringat malam ulang tahunnya setahun lalu."Aku akan selalu bersamamu, Evora,” ucap Vernon kala itu.Inga

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 1

    "Kenapa pesanku nggak dibalas? Dia sibuk atau sengaja mengabaikanku?”Evora menatap ponselnya dengan kesal. Ia gelisah menunggu kabar dari Vernon, kekasihnya.Sepulang lembur dan mampir sebentar ke minimarket, ia duduk di bangku depan, menyesap soda dingin yang sudah tak berasa.“Besok ulang tahunku... apa dia sengaja bikin kejutan? Atau malah lupa?” gumamnya. Namun, ia masih berpikir positif.“Tapi, tidak biasanya dia sibuk sekali sampai tidak mengingatku.”Ia menghela napas lalu beralih menatap jalan raya di depannya. Di antara lampu-lampu di pinggir jalan tampak seorang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan dengan mesra.Awalnya Evora tak menghiraukannya, sampai ia mengenali kemeja yang dikenakan pria itu.“Vernon…?”Evora lantas terpaku saat menyadari siapa wanita yang sedang dirangkul pria itu di pinggang. Itu adalah Kakak Evora."Kenapa Vernon bersama … Kak Lizi?”Apakah ini sebuah kebetulan?Evora pun bangkit dan melangkah pelan ke arah mereka.Tanpa ia sangka, Vernon me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 2

    Mobil dengan kap ringsek berhenti di depan bangunan apartemen. Mesin telah mati, meninggalkan keheningan yang menusuk. Tok tok.Seorang wanita berambut pendek mengetuk kaca mobil. "Fasco, kamu nggak apa-apa?"Evora membuka pintu mobil, menarik napas lega. Kejadian tadi masih membekas di kepalanya.“Fasco, bagaimana keadaanmu?” Wanita yang tadi mengetuk pintu mobil segera menghampiri pria yang hampir menabrak Evora.“Aku baik-baik saja, kamu urus dia!” Dengan tubuh yang masih lunglai, Fasco lebih dulu masuk ke dalam apartemen."Fasco sedikit mabuk tadi, jadi nyetirnya ngawur. Aku beneran minta maaf, ya. Kamu nggak kenapa-kenapa?"Evora menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja.”Wanita itu mengangkat alis. "Kamu kelihatan shock."Evora menghembuskan napas. Shock? Itu bahkan nggak cukup buat menggambarkan perasaannya sekarang.“Perkenalkan, namaku Grace.” Wanita itu mengulurkan tangan.“Aku Evora….”“Ini sudah malam, kamu istirahat di apartemenku dulu, ya? Bahaya jika kamu di jalan malam-m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 3

    “Lala, kalau truk sampah datang, buang semua barang ini!” kata Evora pada Lala yang membantunya membawa barang ke luar.“Baik, Nona.”Evora melirik jam di tangannya. Lima belas menit lagi ia harus masuk kantor. Ia pun segera kembali ke dalam untuk bersiap.Di ruang tamu, Meyla dan Lizi sibuk menata undangan. Mereka menghentikan Evora yang hendak pergi.“Evora, ini gaunmu.” Lizi menyerahkan sebuah gaun untuk acara pertunangan nanti.Evora menatap gaun itu dengan enggan, tapi ia teringat perkataan ayahnya tadi malam. ‘Evora, jika kamu masih mau dianggap sebagai bagian keluarga Mordie, maka terima semua ini dan jangan protes!’Jemarinya mengepal sebelum akhirnya mengambilnya.Lalu ia berkata kepada Lala yang baru kembali dari luar. “Tolong taruh gaun ini di atas nakas.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evora pun pergi.•••Sepulang dari kantor, Evora tidak langsung pulang. Ia masuk ke bar, tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya sebelumnya.“Aku ingin memesan sebotol wine.”Usai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 7

    Fasco mengulurkan tangannya. Evora menatapnya dengan ragu.Ia melirik ke sekitar. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka, termasuk Vernon yang kini menatap mereka dengan ekspresi sulit ditebak.Evora menerima uluran tangan Fasco. “Baiklah.”Senyum tipis muncul di wajah pria itu. Dengan gerakan ringan, ia menarik Evora ke tengah lantai dansa.Musik klasik mengalun lembut, mengiringi para tamu yang tengah berdansa di ballroom.Fasco memegang pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Evora dengan mantap.“Kau bisa berdansa?” tanya Fasco.“Tentu saja.”Langkah mereka begitu selaras, seolah-olah tubuhnya sudah mengenal irama ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Sejenak, suasana ballroom mengabur di matanya, berganti dengan bayangan lampu-lampu taman yang berkelap-kelip.Ia seperti berada di tempat yang berbeda, di waktu yang lain.Lebih tepatnya, ia teringat malam ulang tahunnya setahun lalu."Aku akan selalu bersamamu, Evora,” ucap Vernon kala itu.Inga

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 6

    Vernon dan Lizi masih berdiri di atas panggung dengan Lizi yang merangkul lengan Vernon layaknya pasangan serasi. Lizi mengambil mikrofon lalu berkata, “Terima kasih kepada semua yang hadir di hari spesial ini. Berkat dukungan kalian, acara ini berjalan dengan lancar. Aku juga ingin berterima kasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah mendukungku selama ini. Aku sangat menyayangi kalian.”Evora membuang muka. "Tapi aku juga ingin berterima kasih kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku....” Lizi berhenti sejenak, sebelum melanjutkan dengan nada penuh kelembutan. "Adikku, Evora."Tepuk tangan meriah kembali terdengar.“Evora adalah adik yang luar biasa. Aku sangat beruntung memiliki dia di sisiku.”Tubuh Evora menegang, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Matanya melirik sekeliling, menyadari bahwa semua orang kini menatapnya.Seakan terjebak dalam panggung sandiwara, Evora hanya bisa diam, menahan debaran jantungnya yang tak menentu. Apa yang direncanakan Lizi?Lizi mel

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 5

    Kejam.Kata itulah yang terlintas di benak Evora tentang Fasco.Tapi sebelum ia sempat membalas, Grace muncul membawa air kelapa.“Sudahlah, lebih baik kau minum ini sebelum mendengar lebih banyak kuliah darinya.”.“Terima kasih, Grace.”“Aku sudah memasak nasi goreng untuk kalian, ayo makan dulu!”“Grace, bisakah aku pulang setelah ini? Ini sudah hampir larut malam.”“Baiklah, Fasco akan mengantarmu,” balas Grace.“Kenapa harus aku? Biarkan dia naik taksi saja.” Fasco mendengus, jelas tidak tertarik.“Jangan begitu, dia baru saja mabuk. Bagaimana kalau ada orang jahat?”Fasco menatap Evora sejenak, lalu mengalihkan pandangan. “Bukan urusanku.”“Oh, jadi kalau terjadi sesuatu, kamu mau disalahkan?” Grace melipat tangan di dada.Fasco mendesah, mengusap tengkuknya dengan malas. “Terserah.”“Tolong jangan berdebat, aku nggak mau kalian ribut karena aku. Kalian terlihat sebagai pasangan serasi, aku nggak akan mengganggu.”Grace tertawa seraya menutup mulutnya dengan tangan. "Pasangan? Ak

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 4

    “Apa kamu nggak bisa diam?”Fasco melirik ke kaca jendela mobil yang mulai berkabut karena hujan gerimis. Di sampingnya, Evora terisak keras, bahunya bergetar. Fasco mendesah pelan, berusaha mengabaikan suara tangis itu. Ia tidak tahu cara menenangkan seseorang, apalagi wanita yang baru dikenalnya.“Uh, Grace….” Fasco akhirnya meraih ponselnya dan menekan panggilan. “Aku butuh bantuanmu. Segera ke mobilku.”Tak lama, pintu belakang terbuka. Grace menatap Evora yang terisak dengan bingung, lalu menoleh ke Fasco. "Apa yang kau lakukan padanya?"“Aku? Nggak ada! Dia tiba-tiba menangis begitu saja.” Fasco mengangkat tangan seolah tak bersalah, alisnya berkerut, tak tahu harus berbuat apa. Suaranya terdengar datar, tapi ada sedikit kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.Grace melirik Evora yang terus terisak. Ia pun mengambil tisu di dashboard mobil lalu menyerahkannya. “Tenanglah. Apa yang terjadi?”Evora meraih tisu itu dengan tangan gemetar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. “D

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 3

    “Lala, kalau truk sampah datang, buang semua barang ini!” kata Evora pada Lala yang membantunya membawa barang ke luar.“Baik, Nona.”Evora melirik jam di tangannya. Lima belas menit lagi ia harus masuk kantor. Ia pun segera kembali ke dalam untuk bersiap.Di ruang tamu, Meyla dan Lizi sibuk menata undangan. Mereka menghentikan Evora yang hendak pergi.“Evora, ini gaunmu.” Lizi menyerahkan sebuah gaun untuk acara pertunangan nanti.Evora menatap gaun itu dengan enggan, tapi ia teringat perkataan ayahnya tadi malam. ‘Evora, jika kamu masih mau dianggap sebagai bagian keluarga Mordie, maka terima semua ini dan jangan protes!’Jemarinya mengepal sebelum akhirnya mengambilnya.Lalu ia berkata kepada Lala yang baru kembali dari luar. “Tolong taruh gaun ini di atas nakas.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evora pun pergi.•••Sepulang dari kantor, Evora tidak langsung pulang. Ia masuk ke bar, tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya sebelumnya.“Aku ingin memesan sebotol wine.”Usai

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 2

    Mobil dengan kap ringsek berhenti di depan bangunan apartemen. Mesin telah mati, meninggalkan keheningan yang menusuk. Tok tok.Seorang wanita berambut pendek mengetuk kaca mobil. "Fasco, kamu nggak apa-apa?"Evora membuka pintu mobil, menarik napas lega. Kejadian tadi masih membekas di kepalanya.“Fasco, bagaimana keadaanmu?” Wanita yang tadi mengetuk pintu mobil segera menghampiri pria yang hampir menabrak Evora.“Aku baik-baik saja, kamu urus dia!” Dengan tubuh yang masih lunglai, Fasco lebih dulu masuk ke dalam apartemen."Fasco sedikit mabuk tadi, jadi nyetirnya ngawur. Aku beneran minta maaf, ya. Kamu nggak kenapa-kenapa?"Evora menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja.”Wanita itu mengangkat alis. "Kamu kelihatan shock."Evora menghembuskan napas. Shock? Itu bahkan nggak cukup buat menggambarkan perasaannya sekarang.“Perkenalkan, namaku Grace.” Wanita itu mengulurkan tangan.“Aku Evora….”“Ini sudah malam, kamu istirahat di apartemenku dulu, ya? Bahaya jika kamu di jalan malam-m

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 1

    "Kenapa pesanku nggak dibalas? Dia sibuk atau sengaja mengabaikanku?”Evora menatap ponselnya dengan kesal. Ia gelisah menunggu kabar dari Vernon, kekasihnya.Sepulang lembur dan mampir sebentar ke minimarket, ia duduk di bangku depan, menyesap soda dingin yang sudah tak berasa.“Besok ulang tahunku... apa dia sengaja bikin kejutan? Atau malah lupa?” gumamnya. Namun, ia masih berpikir positif.“Tapi, tidak biasanya dia sibuk sekali sampai tidak mengingatku.”Ia menghela napas lalu beralih menatap jalan raya di depannya. Di antara lampu-lampu di pinggir jalan tampak seorang pria dan wanita sedang berjalan bergandengan dengan mesra.Awalnya Evora tak menghiraukannya, sampai ia mengenali kemeja yang dikenakan pria itu.“Vernon…?”Evora lantas terpaku saat menyadari siapa wanita yang sedang dirangkul pria itu di pinggang. Itu adalah Kakak Evora."Kenapa Vernon bersama … Kak Lizi?”Apakah ini sebuah kebetulan?Evora pun bangkit dan melangkah pelan ke arah mereka.Tanpa ia sangka, Vernon me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status