hayo ngaku, siapa yang senang dengan kehancuran keluarga saputra?
Rara sedang berada di ruang tamu dan membaca sebuah surat. Wajahnya nampak serius sekali saat itu."Kamu sedang baca apa? Serius sekali?" Satria menghampiri dan nampak penasaran dengan apa yang sedang dibaca oleh adiknya itu. Rara menghela nafas sesaat kemudian memberikan jawaban, "Surat permohonan maaf dari Jeny, Kak." Sembari mengibaskan selembar kertas yang ada di tangannya.Satria mengeryitkan dahi dan duduk di seberang Rara. "Apa yang dia katakan?" tanya sang kayak lagi dengan begitu penasaran.Hal ini dikarenakan Satria pun belum pernah mendengar ada yang meminta maaf dalam bentuk surat, kecuali itu disertai dengan materai dan melalui notaris. Ini zaman apa? Masih sampai harus menggunakan surat segala.Ah, tapi kalau dipikir-pikir lagi, wanita itu mungkin malu untuk mengirimkan pesan chat atau telepon langsung. Apalagi bertemu …."Intinya, Jeny sudah sadar bahwa yang dia lakukan semuanya adalah salah, Kak," jelas Rara. "Walau dia berada dalam pengaruh Nizam, tapi seharusnya dia
"Kenapa tidak?"Pertanyaan Rara membuat Satria mengerjapkan mata.“Apa?”Rara menatap sang kakak. “Aku bilang, kenapa tidak? Memang ada yang salah kalau aku langsung memaafkannya?” Wanita cantik itu tampak begitu yakin.Satria malah begitu kaget dengan jawaban dari adiknya itu. "Jeny sudah membuat kamu begitu menderita, dan kamu semudah itu membiarkannya lepas?"Satria terus mempertanyakan hal itu, karena sebenarnya dia tak rela. Satria bahkan masih berharap jika Rara akan memberikan balasan lagi bagi Jeny. Yang lebih menyakitkan."Yang membuatku menderita adalah Nizam dan keluarganya. Akar dari semua masalah adalah Nizam, jadi yang harus menjadi fokus utama pembalasanku adalah pria tersebut." Rara memang amat membenci mantan suaminya itu, yang telah membuat hidupnya dan Bella seperti di neraka selama empat tahun ini. Bahkan sebelum mengenal Jeny, Nizam dan keluarganya sudah menorehkan luka begitu dalam pada Rara.Diperlakukan sebagai pembantu, tidak diakui, dimanipulasi. Anda waktu
*Kantor Jaya Corp*"Nona, ada surat untuk Anda." Linda mengangsurkan sebuah surat pada Rara dengan amplop berwarna coklat. "Dari kantor hukum.""Terima kasih." Rara menerima sambil memberikan seulas senyum manis.Rara sudah bisa menebak isi dari surat itu, surat yang telah dia tunggu untuk mengesahkan secara agama perpisahannya dengan Nizam. Itu adalah akta cerai. Rara tersenyum menerima akta perceraian itu, memang ini lah yang dia harapkan sejak beberapa waktu lalu.Linda pun ikut senang karena telah lama tidak melihat senyuman tulus dari Rara."Sepertinya saat ini Nona sangat senang," kata Linda.Rara mengangguk dan dia berkata, "Tentunya. Bisa membuka lembaran baru yang tidak ternoda oleh orang-orang jahat dalam hidupmu adalah suatu hal yang memuaskan, Linda."Rara memang begitu lega karena semua rencana yang dia buat berhasil dengan cemerlang. Kini, dia hanya terus berharap agar hari-hari ke depannya terus dipenuhi dengan kebahagiaan.Linda terdiam sesaat, lalu teringat dengan apa
Ucapan Rara membuat Arjuna berkata, “Aku tahu. Oleh karena itu, aku meminta bantuanmu untuk datang kemari, bukan?”Helaan napas terlontar dari bibir Rara. "Apa Kak Juna yakin jika ini akan berhasil?" Rara yang masih ragu dan nampak tak nyaman, bebarapa kali menanyakan tentang hal ini.Arjuna tersenyum tipis dan menghela nafas panjang. "Yakin. Asal kita bisa memerankan dengan baik."Rara mengangguk pelan sembari mengigit bibir bawahnya. Meski semua memandang takjub padanya, tetapi Rara malah merasa tak nyaman. Karena dia tahu malam ini akan berisiko terjadi keributan.Namun, apa daya? Dirinya berutang budi pada Arjuna, jadi dia hanya bisa menolong pria tersebut.Di sisi lain, kekhawatiran Rara malah membuat Arjuna terus memerhatikan wanita itu dengan saksama. Manik hitamnya terpaku pada Rara yang terus menghela napas selagi meneguk airnya.‘Cantik ….’Hanya itu yang ada di otak pria tersebut sekarang.Saat Arjuna terpesona dengan adik kandung Satria itu, datang dari arah depan seorang w
Dengan dingin, Rara menjawab, “Jangan sembarangan, Nona. Aku bukan wanita bayaran.”Memperhatikan sosok Rara, Clara baru menyadari bahwa wanita itu memang cukup anggun dan cantik. Namun, hal itu membuatnya menjadi semakin tidak terima.Apa wanita di hadapannya itu sungguh kekasih Arjuna!? Namun, kenapa Tante Yasmin–ibu Arjuna–tidak pernah mengatakan keberadaan wanita ini sebelumnya?!“Kamu menolakku untuk dirinya?" Clara menatap Arjuna sambil menunjuk pada Rara. “Kalau begitu jelaskan apa bagusnya dia dibanding diriku!”Arjuna terdiam sesaat, lalu mengalihkan pandangan kepada Rara. Pancaran mata pria itu tampak lembut, sampai-sampai Rara merona dibuatnya."Dari segi mana pun," Arjuna menatap Clara dengan dingin, "dia jauh lebih baik dibandingkan dirimu.”Di saat ini, Clara mendelik. Tidak pernah sebelumnya dia dikatakan lebih rendah dari wanita lain secara langsung seperti itu!Naik pitam, Clara langsung meraih gelas dan menyiramkannya ke arah Arjuna.Namun–PYARR!"Ahhh!”Pekikan pani
"Kamu ...!" Clara spontan menunjuk Rara dan kemudian mengepalkan tangannya. Emosi semakin memburu di hati Clara, tetapi dia ingat dengan ucapan Rara yang tadi. Clara adalah salah satu artis dan model yang mempunyai nama yang harus dijaga. Sehingga apa yang dia lakukan pasti akan menjadi pusat perhatian dan akan sangat berpengaruh bagi karirnya.Sesaat tadi dia memang begitu emosi karena Arjuna nampak sama sekali tak terpesona padanya. Padahal malam ini dia sudah berdandan dengan maksimal dan malah membawa wanita lain, yang menurutnya jauh di bawahnya.Hal itu pun sempat membuat Clara kehilangan kewarasan dan langsung berteriak, dia memang sempat lupa jika ke mananpun dia pergi, kamera akan selalu mengintainya."Ini belum berakhir Arjuna." Setelah beberapa saat terdiam, Clara akhirnya berucap dengan lirih dan segera berjalan cepat meninggalkan meja Arjuna itu.Clara pergi bukan berarti menerima kekalahan ini, tetapi dia pergi untuk menang. Dalam hati dia berjanji akan membalas semua i
“Di mana wanita bernama Rara Marina Wijaya!?” Rara yang sedang bermain dengan Bella langsung kaget dan segera menggendong putrinya itu. "Anda siapa?" tanya Rara saat itu juga.Si kakek tak langsung menjawab pertanyaan dari Rara, tetapi dia melihat penampilan Rara yang sederhana itu. Karena memang sedang santai dan hanya di rumah, maka Rara memang memilih memakai daster berbahan kaos yang membuatnya nyaman."Siapa yang bernama Rara Wijaya?" Kembali sang kakek bertanya, tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan yang dilontarkan oleh Rara tadi. "Apa itu kamu?"Rara pun akhirnya mengangguk dengan pelan, meski dalam hatinya itu penasaran dengan siapa pria tua yang berdiri di depannya.Sang kakek pun langsung bertanya lagi. "Apa kamu kekasihnya Arjuna?" Sontak, Rara terkejut. Belum pernah bertemu dan malah menanyakan tentang hal yang pribadi? Sempat terlintas dalam pikiran Rara, apa pria ini memiliki hubungan dengan Arjuna atau Clara?"Anda siapa?" Rara kembali mengulangi pertanyaannya.Ka
"Kenapa sampai kakeknya Kak Juna datang ke sini sih?" Lirih Rara saat Handi baru saja pergi meninggalkan kediaman Satria saat itu. "Harusnya hal seperti ini jangan sampai terjadi."Kedatangan kakek dari Arjuna itu, benar-benar masih membuat kaget Rara. Dia tak Menyangka sandiwara kecil yang untuk menolong Arjuna itu malah akan menimbulkan sedikit masalah untuknya.Bagaimana jika tadi Handi datang ketika Satria ada di rumah? Pasti akan menjadi lebih panjang lagi masalah ini, terlebih karena belakangan Satria lebih sensitif dan protektif terhadap kedekatan Arjuna dan Rara. Semua karena pengakuan Arjuna di pesta."Kakek siapa?" Ketika Rara sedang berpikir keras, Bella yang masih ada di gendongan pun bertanya dengan polosnya membuat Rara sedikit kaget."Ah itu tadi ya?" Sedikit kelimpungan juga Rara harus menjawab apa. "Itu tadi kakek buyutnya Kak Daffa." Rara tak suka berbohong pada Bella, akhirnya dia memilih jawaban itu.Bella mengangguk pelan dan nampak tersenyum tipis dan malah mengul