Apa ini harus berakhir seperti nikah kontrak?
"Kalau aku akan menikah, maka hanya akan menikahi Rara!"Yasmin tercengang, tak menyangka putranya berani menentangnya seperti itu. "Kamu mau jadi anak yang durhaka Arjuna? Nggak menuruti perkataan mama?" Saat ini Yasmin malah nampak emosi."Terserah mama mau bilang apa." Arjuna nampak tak peduli akan hal ini. "Hidupku selama ini sudah terlalu lama terus diatur, setelah satu pernikahan yang berakhir menyedihkan dan menjadikan putraku korban, Arjuna tidak akan mundur lagi."Selama ini Arjuna memang selalu menurut dan malah begitu dengan hidupnya menjadi berantakan saja. Hari ini sepertinya menjadi puncak, sehingga dia pun berani mengatakan hal ini sekarang.Belum puas Arjuna pun menambahkan, "Kalau Mama ingin aku menikah lagi, maka aku hanya akan menikah lagi dengan Rara." Tatapan matanya begitu tajam.Pertemuan pertama dengan orang tua setelah sekian waktu tak bertemu yang seharusnya terasa hangat dan mengharukan, tetapi malah menjadi memanas karena masalah perjodohan itu.Yasmin terbu
“Kalian akan menikah dalam tiga bulan!”Lagi-lagi Handi mengatakan kalimat yang membuat ketiga keluarganya itu kaget. Arjuna kembali bergumam dalam hati. 'Kenapa kakek begitu ingin aku menikah Rara secepat ini?' Arjuna malah sedikit merasa frustasi.Rudi pun juga kaget, tetapi dia tetap bersikap tenang seperti biasanya. Tetapi dia juga malah membenarkan hal itu dalam, sesuatu hal yang baik, rasanya tak perlu untuk ditunda terlalu lama.Berbeda dengan reaksi yang diberikan oleh Yasmin. Wanita setengah baya yang nampak cantik dan elegan itu pun langsung protes. "Keputusan apa ini, Pa? Tidak masuk akal." Mendadak kepala Yasmin terasa sedikit pusing, karena memikirkan sang ayah mertua yang dianggap keterlaluan.Padahal sebelumnya, Yasmin berpikir Jika nanti akan mendapatkan dukungan penuh dari Handi. Untuk memisahkan Arjuna dengan Rara dan segera menikahkan dengan Clara. Bukan malah seperti ini."Tidak bisa seperti ini, Kek. Aku harus membahas semua ini dengan Rara. Ini masalah yang ser
Bab 78 Apa Aku Alat?!“Apa seumur hidupku aku hanya alat untuk kalian?!” Teriakan Arjuna membuat seisi ruangan hening.Arjuna yang sangat terpukul karena sepertinya dua orang di hadapannya sama sekali tidak memedulikan perasaannya, melainkan mementingkan diri mereka sendiri.Selama ini Arjuna selalu menurut apa saja yang keluarganya mau, baik itu masalah pendidikan, pekerjaan dan juga untuk memilih pasangan. Seakan Arjuna ini seperti robot yang tak berhak memilih apa yang dia sukai Bahkan kali ini Arjuna merasa semakin emosi, karena baik Handi atau pun Yasmin seperti tak meminta pendapatnya sama sekali untuk memilih pasangan. Tanpa mereka bertanya tentang perasaan dan pilihan hati Arjuna.“Aku tidak ingin mendengar perdebatan ini lagi! Hubunganku dan Rara, itu adalah urusan kami berdua. Tidak ada urusannya dengan kalian!” Arjuna mencoba bersikap lebih tegas kali ini.Kemudian Arjuna pun menatap ibunya. “Mengenai Clara, lupakan saja!” Dia masih ingat bagaimana wanita itu berniat meny
"Maaf Nona. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang pelayan sambil menunduk pada Rara.Pagi ini Rara sedang bersantai sambil membaca sebuah novel kesayangannya. Karena merasa tak punya janji dengan siapa pun pagi ini, dia pun mengeryitkan dahinya. "Siapa? Pria atau wanita?" Rara bertanya pada sang pelayan.Dengan cepat pelayan pun menjawab, "Seorang wanita muda bertubuh seksi, Nona."Penjelasan dari pelayan itu malah membuat Rara semakin penasaran bercampur sedikit gugup. 'Apa yang datang salah satu keluarga Kak Juna lagi ya?' Seperti trauma karena kedatangan Handi kemarin yang tanpa diduga, jadi dia mengira jika yang datang kali ini salah satu dari keluarga Arjuna juga.Setelah beberapa saat mempersiapkan mental untuk mengalami segala kemungkinan terburuk, Rara segera beranjak ke depan dengan malah membawa buku dalam gengamannya.Namun ketika melihat wanita itu, Rara terkejut sampai menjatuhkan buku yang dia pegang."Rara!" Tamu cantik itu pun langsung berteriak sa
"Maafkan aku ya, Ra. Sungguh aku tak tahu jika kehidupan rumah tanggamu berakhir tragis seperti itu." Estella merasa begitu bersalah dan langsung meminta maaf setelah Rara selesai bercerita tentang kehidupan masa lalu yang sebenarnya. Rara menganguk pelan dan coba tersenyum tipis. "Nggak masalah. Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu kok. Karena sekarang aku sudah bisa berpikir dengan jernih," ucap Rara lagi sambil tersenyum menunjukan deretan gigi putihnya.Saat ini Estella dan Rara sedang berbincang di teras. Sedangkan Arjuna berada di ruang tamu bersama dengan Bella dan Daffa.Estella nampak emosional saat ini. "Harus dong. Jangan terus bucin pada pria yang tidak tepat." Dia terus mendukung Rara. "Tetapi sungguh, aku salut juga sama kamu. Bisa melewati semua ini dan masih tetap berdiri tegar.""Demi Bella." Rara sesaat menoleh ke arah ruang tamu, dimana saat ini Bella dan Daffa nampak bahagia bersama dengan Arjuna. "Bella yang membuat aku bisa kembali bangkit."Ketika memperbin
"Bercanda." Arjuna berkata setelah melihat raut wajah Rara yang seketika berubah. "Aku tidak akan memaksakan hal seperti itu kepada kamu."Rara tersenyum kecut dan lalu mengangguk saja tanpa kata. Perkataan yang tadi baru saja diucapkan oleh Arjuna, benar-benar telah mengganggu pikirannya.Tidak ingin wanita itu menjadi semakin tidak nyaman, akhirnya Arjuna berkata. "Aku akan mengurus sisanya sendiri tanpa mengganggu kamu."Kembali Rara hanya bisa terdiam di tempat selagi memandang punggung Arjuna yang berjalan pergi.Memulai suatu hubungan baru, sampai saat ini masih menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi Rara. Rasa trauma itu masih menghantui. Dia masih takut jika hubungan baru yang akan dia jalin nanti, hanya akan membuatnya semakin sakit hati dan berakhir menjadi rasa tak percaya pada semua lelaki.Dia juga ingat ketika pertama bersama dengan Nizam dulu. Lelaki itu juga nampak baik seperti Arjuna saat ini, tetapi apa? semua berakhir dengan menyakitkan. Bukan membandingkan sosok
"Ma ... Bella mau boneka yang pink." Bella berucap dengan wajah yang begitu bahagia."Oke, boleh." Rara mengangguk sambil menggandeng tangan putri kecilnya itu.Hari minggu ini, Rara mengajak Bella dan pengasuhnya untuk jalan-jalan ke Mall. Seperti permintaan Bella kemarin yang sempat tertunda karena kedatangan Handi yang tiba tiba. Tujuan utama mereka adalah counter mainan anak, Bella meminta beberapa boneka baru memang."Asyik!" Bella melonjak kegirangan saat ini. Memang dia sedang menyukai mainan boneka barbie.Rara ikut tersenyum senang melihat Bella yang nampak riang. Sejak tinggal bersama dengan Satria, Bella memang telah banyak berubah. Gadis kecil ini sekarang sudah menjadi periang dan lebih banyak bicara. Karena tak lagi mendapatkan tekanan dan juga cibiran seperti ketika masih berada di rumahnya Nizam dulu. Gadis kecil itu dulu selalu terlihat murung dan malah sering diam dan ketakutan karena sering diperlakukan buruk. Alhasil Bella menjadi sangat pasif, tetapi berbeda sek
'Jadi, beliau ini mamanya Kak Juna?' Rara masih tertegun dengan pemandangan di depan matanya. Tak menyangka jika yang sejak tadi dikagumi malah yang sepertinya paling membencinya.Meski dalam keadaan kaget, tetapi Rara masih bisa mengagumi kecantikan seorang Yasmin. Rara memang tak begitu mengenal tentang orang tua Arjuna. Karena memang Yasmin dan suaminya sejak dulu tinggal di Singapura dan jarang bertemu dengan Arjuna.Hari ini, Yasmin memang ingin mengajak Daffa untuk membeli beberapa mainan yang diminta oleh cucunya itu."Bella." Kembali Daffa memanggil Bella dengan melambaikan tangan, sontak putri kecil Rara itu pun melambaikan tangan juga pada Daffa.Yasmin kaget dan menoleh ke belakang. "Daffa kenal sama Bella?" tanya Yasmin sambil mengerutkan keningnya.Dengan cepat Daffa pun mengangguk. "Iya Oma."Yasmin pun ikut mengangguk dan wajahnya masih nampak sumringah, karena ternyata Daffa kenal dengan gadis kecil yang membuatnya gemas itu.Mengenali Yasmin, Rara merasa sedikit khaw