"Maaf Nona. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang pelayan sambil menunduk pada Rara.Pagi ini Rara sedang bersantai sambil membaca sebuah novel kesayangannya. Karena merasa tak punya janji dengan siapa pun pagi ini, dia pun mengeryitkan dahinya. "Siapa? Pria atau wanita?" Rara bertanya pada sang pelayan.Dengan cepat pelayan pun menjawab, "Seorang wanita muda bertubuh seksi, Nona."Penjelasan dari pelayan itu malah membuat Rara semakin penasaran bercampur sedikit gugup. 'Apa yang datang salah satu keluarga Kak Juna lagi ya?' Seperti trauma karena kedatangan Handi kemarin yang tanpa diduga, jadi dia mengira jika yang datang kali ini salah satu dari keluarga Arjuna juga.Setelah beberapa saat mempersiapkan mental untuk mengalami segala kemungkinan terburuk, Rara segera beranjak ke depan dengan malah membawa buku dalam gengamannya.Namun ketika melihat wanita itu, Rara terkejut sampai menjatuhkan buku yang dia pegang."Rara!" Tamu cantik itu pun langsung berteriak sa
"Maafkan aku ya, Ra. Sungguh aku tak tahu jika kehidupan rumah tanggamu berakhir tragis seperti itu." Estella merasa begitu bersalah dan langsung meminta maaf setelah Rara selesai bercerita tentang kehidupan masa lalu yang sebenarnya. Rara menganguk pelan dan coba tersenyum tipis. "Nggak masalah. Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu kok. Karena sekarang aku sudah bisa berpikir dengan jernih," ucap Rara lagi sambil tersenyum menunjukan deretan gigi putihnya.Saat ini Estella dan Rara sedang berbincang di teras. Sedangkan Arjuna berada di ruang tamu bersama dengan Bella dan Daffa.Estella nampak emosional saat ini. "Harus dong. Jangan terus bucin pada pria yang tidak tepat." Dia terus mendukung Rara. "Tetapi sungguh, aku salut juga sama kamu. Bisa melewati semua ini dan masih tetap berdiri tegar.""Demi Bella." Rara sesaat menoleh ke arah ruang tamu, dimana saat ini Bella dan Daffa nampak bahagia bersama dengan Arjuna. "Bella yang membuat aku bisa kembali bangkit."Ketika memperbin
"Bercanda." Arjuna berkata setelah melihat raut wajah Rara yang seketika berubah. "Aku tidak akan memaksakan hal seperti itu kepada kamu."Rara tersenyum kecut dan lalu mengangguk saja tanpa kata. Perkataan yang tadi baru saja diucapkan oleh Arjuna, benar-benar telah mengganggu pikirannya.Tidak ingin wanita itu menjadi semakin tidak nyaman, akhirnya Arjuna berkata. "Aku akan mengurus sisanya sendiri tanpa mengganggu kamu."Kembali Rara hanya bisa terdiam di tempat selagi memandang punggung Arjuna yang berjalan pergi.Memulai suatu hubungan baru, sampai saat ini masih menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi Rara. Rasa trauma itu masih menghantui. Dia masih takut jika hubungan baru yang akan dia jalin nanti, hanya akan membuatnya semakin sakit hati dan berakhir menjadi rasa tak percaya pada semua lelaki.Dia juga ingat ketika pertama bersama dengan Nizam dulu. Lelaki itu juga nampak baik seperti Arjuna saat ini, tetapi apa? semua berakhir dengan menyakitkan. Bukan membandingkan sosok
"Ma ... Bella mau boneka yang pink." Bella berucap dengan wajah yang begitu bahagia."Oke, boleh." Rara mengangguk sambil menggandeng tangan putri kecilnya itu.Hari minggu ini, Rara mengajak Bella dan pengasuhnya untuk jalan-jalan ke Mall. Seperti permintaan Bella kemarin yang sempat tertunda karena kedatangan Handi yang tiba tiba. Tujuan utama mereka adalah counter mainan anak, Bella meminta beberapa boneka baru memang."Asyik!" Bella melonjak kegirangan saat ini. Memang dia sedang menyukai mainan boneka barbie.Rara ikut tersenyum senang melihat Bella yang nampak riang. Sejak tinggal bersama dengan Satria, Bella memang telah banyak berubah. Gadis kecil ini sekarang sudah menjadi periang dan lebih banyak bicara. Karena tak lagi mendapatkan tekanan dan juga cibiran seperti ketika masih berada di rumahnya Nizam dulu. Gadis kecil itu dulu selalu terlihat murung dan malah sering diam dan ketakutan karena sering diperlakukan buruk. Alhasil Bella menjadi sangat pasif, tetapi berbeda sek
'Jadi, beliau ini mamanya Kak Juna?' Rara masih tertegun dengan pemandangan di depan matanya. Tak menyangka jika yang sejak tadi dikagumi malah yang sepertinya paling membencinya.Meski dalam keadaan kaget, tetapi Rara masih bisa mengagumi kecantikan seorang Yasmin. Rara memang tak begitu mengenal tentang orang tua Arjuna. Karena memang Yasmin dan suaminya sejak dulu tinggal di Singapura dan jarang bertemu dengan Arjuna.Hari ini, Yasmin memang ingin mengajak Daffa untuk membeli beberapa mainan yang diminta oleh cucunya itu."Bella." Kembali Daffa memanggil Bella dengan melambaikan tangan, sontak putri kecil Rara itu pun melambaikan tangan juga pada Daffa.Yasmin kaget dan menoleh ke belakang. "Daffa kenal sama Bella?" tanya Yasmin sambil mengerutkan keningnya.Dengan cepat Daffa pun mengangguk. "Iya Oma."Yasmin pun ikut mengangguk dan wajahnya masih nampak sumringah, karena ternyata Daffa kenal dengan gadis kecil yang membuatnya gemas itu.Mengenali Yasmin, Rara merasa sedikit khaw
'Kenapa sih sampai harus bertemu dengan perempuan itu? Merusak hariku saja!' Selama berada di dalam mobil saat perjalanan pulang, Yasmin terus nampak uring-uringan. Pertemuan yang tidak disengaja itu benar-benar telah membuat moodnya hancur.Memang dia tadi tak menampik jika sangat gemas dengan sosok Bella kecil yang nampak begitu menggemaskan, karena dia juga sebenarnya ingin memiliki seorang cucu perempuan. Tetapi ketika tahu jika Rara adalah wanita yang menghancurkan perjodohan Arjuna dengan Clara, dia pun langsung emosi.'Perempuan nggak tahu diri!' Yasmin terus saja emosi sembari mendengus kasar dan melipat kedua tangannya di dada.Sebenarnya dia sendiri tak menampik jika Rara adalah wanita yang sopan, cantik, dan berkelas. Hanya saja ada satu hal yang membuat Yasmin tak bisa menerima Rara adalah karena statusnya yang janda. Meski tadi terlihat suka pada Bella, tetapi hati Yasmin saat ini masih membeku."Oma kenapa sih ngajak Daffa pulang? Daffa kan masih ingin main sama Bella!
"Ya ampun. Kenapa Daffa keras kepala sekali."Yasmin memukul dahinya dengan sikap Daffa.Dia paham sekali jika sebenarnya sifat keras kepala itu menurun darinya, kepada Arjuna dan kemudian berakhir pada Daffa.Jika mereka bertiga sudah mempunyai satu pilihan, tak akan pernah mau digantikan bahkan jika harus ditekan dengan sedemikian rupa.Yasmin pun mendengus kesal. "Harusnya sih Daffa dulu aku bawa saja ke Singapura, sehingga tidak bertemu dengan Rara!" Mood Yasmin sudah terlanjur buruk, sehingga dia pun merasa uring uringan saat ini."Ada apa, Ma? Kenapa marah terus?" Tanpa Yasmin sadari, ternyata Rudi saat itu sudah duduk tepat di sampingnya.Kaget, Yasmin pun merasa kesal. "Papa ini apaan sih? Seneng banget ngagetin!" seru Yasmin sambil menepuk paha suaminya.Rudi terkekeh melihat wajah istrinya yang terkekeh saat ini. "Makanya jangan marah terus. Ada apa sih Ma? Apa tadi Daffa nakal di Mall?" Rudi mencoba menebak.Yasmin menggelengkan kepalanya dan melipat tangannya ke dada. Wan
"Mama ... Bella mau pulang."Pertemuan dengan Yasmin dan sedikit insiden dengan Daffa tadi, ternyata sukses mempengaruhi Bella. Gadis kecil yang tadi sepertinya begitu bersemangat, kini mimik wajahnya terlihat sendu. Bella juga tak lagi bersemangat untuk bermain dan memilih berada di gendongan Rara. "Bella nggak mau beli mainan lagi, Sayang?" Rara masih mencoba membuat Bella lupa akan hal itu. Bella tak berucap, hanya saja gadis kecil itu menggeleng lemah dan malah kemudian melingkarkan tangannya ke leher Rara dan menaruh kepalanya di salah satu pundak sang ibu.Rara menghela nafas panjang dan kemudian mengelus rambut panjang Bella. "Oke, Sayang."Tentu saja akhirnya Rara pun mengiyakan permintaan putrinya itu. Dia begitu paham dengan perasaan Bella. Sebenarnya sih bukan hanya Bella saja yang langsung berubah moodnya setelah kepergian Yasmin tadi, tetapi Rara pun ikut terimbas. Jadi, memang pilihan terbaik saat ini adalah segera pulang dan menenangkan pikiran.Meski tadi Yasmin tak