Share

Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu
Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu
Penulis: Anggrek Bulan

Bab 1. Cerai

"Ceraikan Rara! Ibu sudah nggak kuat punya menantu bodoh seperti dia!”

Rara yang baru saja ingin menyambut kepulangan Nizam, suaminya, sontak membeku saat mendengar ucapan sang ibu mertua. 

“Tadi, ibu Ratna, kenalan baru ibu yang kaya itu, datang ke sini. Eh, si Rara malah nyuguhin air putih, bukan jus jeruk. Emangnya dia kira kita nggak punya modal buat menjamu tamu!?” 

Dari suaranya, Rara yakin itu adalah Endang, wanita yang menyandang status sebagai ibu mertua Rara sejak empat tahun ke belakang. 

“Nggak cuma itu, Rara keluar menjamu tamu cuma pakai daster! Ibu Ratna sampai kira dia pembantu! Gimana Ibu nggak malu!?” ujar Endang dengan marah. “Udahlah, Zam! Ceraikan Rara saja sekarang, terus nikahin Jeny!”

Rara membelalak. 

Ibu mertuanya … bilang apa? Menyuruh sang suami untuk menikah lagi?!

‘Nggak, Mas Nizam nggak mungkin ngelakuin itu sama aku …,’ batin Rara dengan yakin seraya mengingat perjuangan suaminya itu untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua pria itu empat tahun yang lalu.

“Bu, semua ‘kan sudah Nizam atur." Suara Nizam terdengar. “Jeny akan jadi istri kedua Nizam, sedangkan Rara tetap jadi istri pertama.”

DEG!

Hati Rara hancur berkeping-keping saat mendengar ucapan sang suami. Air mata membendung di pelupuk mata.

Jadi, benar? Suaminya ingin menikah lagi?!

Endang mendengus kasar, masih tidak begitu puas. "Kamu sih dulu kepincut muka cantik Rara doang! Nggak mikir ke depannya!"

Nizam mengusap kasar wajahnya. "Ya, mana tahu akan begini, Bu." Wajah lelah itu bercampur dengan emosi. "Aku nggak nyangka banget sekarang dia malah makin jelek dan nggak bisa ngerawat diri." Dia pun menegaskan, “Kalaupun memang Rara nggak begitu membanggakan sebagai menantu, tapi paling nggak dia bergunalah di rumah untuk bantu-bantu. Lumayan kita nggak usah bayar biaya pembantu.”

Hati Rara sakit bagai diiris sembilu saat ini. Tubuhnya bergetar menahan tangis sembari menatap daster yang dia pakai saat ini. Terlihat sangat usang dan bahkan ada robek kecil di beberapa bagian.

'Karena ini Mas Nizam bilang aku jelek dan lebih cocok jadi pembantu?' ratap Rara dalam hati.

Namun, apa daya Rara? Bagaimana cara dia bisa merawat diri jika dirinya saja tidak pernah diberikan uang lebih untuk sekadar membeli make up atau baju baru? 

Tidak, tidak perlu bicarakan alat make up atau baju baru. Kalaupun punya barang-barang itu, Rara juga tidak akan sempat menggunakannya! Selepas subuh saja Rara sudah harus berkutat dengan begitu banyak pekerjaan rumah!

Menyapu, mengepel, memasak dan mencuci semua baju penghuni rumah ini adalah pekerjaan Rara sehari-hari. Selagi Rara melakukan hal itu, ibu mertua dan kakak iparnya hanya bersantai selonjoran di sofa!

Jadi, apa berpenampilan seperti ini sepenuhnya salah Rara?!

Tak tahan, Rara langsung membanting terbuka pintu depan untuk melabrak Nizam dan Endang.

“Apa maksudnya semua ini, Mas?!” Rara berseru dengan suara lantang, matanya yang berkaca-kaca memancarkan kekecewaan. “Kamu mau menikah lagi!?” Dia memandang ibu mertua yang tampak menatapnya kesal. “Siapa juga itu Jeny!?”

Nizam tampak kaget dengan kedatangan Rara yang tiba-tiba. “R-Rara?” Dia tidak menyangka sang istri telah mendengar semuanya!

Berbeda dengan Nizam yang gugup, Endang tampak memasang ekspresi mengejek. “Iya, Nizam mau nikah lagi sama perempuan kaya! Kenapa? Nggak senang?"

Rara terperangah mendengar ucapan Endang. “Ibu! Wanita mana yang senang melihat suaminya menikah lagi dengan wanita lain?! Terutama tanpa persetujuannya!”

Endang langsung melotot ke arah Rara. “Kamu berani ngebentak Ibu sekarang?! Dasar menantu kurang ajar!” 

Baru ingin Endang melayangkan tangannya ke wajah Rara, tapi Nizam menghentikannya. “Sudah, Bu. Jangan marah-marah. Nanti darah tingginya naik lagi ….”

Rara menatap sang suami. "Mas, ini semua hanya karena paksaan ibu ‘kan, Mas?" Dadanya terasa sesak. “Kamu nggak benar-benar tertarik dan ingin menikahi wanita lain ‘kan, Mas?!”

Nizam membuang muka, seakan malas ditanyakan langsung oleh Rara yang tampak kecewa. 

Rara menghampiri Nizam dan menggoyangkan lengannya. "Jelaskan padaku, Mas! Apa benar kamu mau menikah lagi?!” Dia menggertakkan gigi. “Kalau iya, kenapa?!” 

Karena cengkeraman tangan Rara, Nizam pun akhirnya merasa jengkel dan menghempaskan tangan sang istri dengan kasar. 

"Karena aku bosan hidup miskin dengan perempuan lusuh seperti kamu!"

Nizam menatap Rara yang membeku di tempatnya. Muak sudah melihat wajah istrinya yang kuyu dan tidak secantik dulu itu.

“Masa kamu nggak ngaca sih? Kamu itu sekarang cuma beban di rumah!”

Bulir bening mulai mengalir menuruni wajah Rara. 

“Udah nggak kerja, dandan untuk menyenangkan suami pun nggak pernah! Bisanya cuma bersih-bersih dan ngurus anak doang, itu pun nggak sepenuhnya becus sampai ibu harus setiap hari marah-marah sama kamu!” 

Nizam memutar bola matanya dan melanjutkan.

“Beda dari kamu anak yatim-piatu yang nggak bisa apa-apa, Jeny itu anak orang kaya yang cantik!” Nizam memasang senyum kemenangan melihat wajah terluka Rara. “Kalau aku menikah dengan Jeny, dia bisa membantuku dapat kerjaan di Jaya Corp! Aku bisa jadi kaya! Sedangkan kamu, bisa apa?!”

Mendengar nama perusahaan itu, Rara mengerjapkan mata. Jaya Corp? Apa suaminya sedang membicarakan tentang perusahaan ternama dengan aset miliaran itu? Wanita bernama Jeny tersebut menjanjikan Nizam posisi di perusahaan itu?

“Sekarang, kamu bisa lihat ‘kan bedanya kamu sama Jeny sejauh apa?” tanya Endang dengan senyum penuh puas. “Udah kayak tanah sama langit!”

Rara tak bisa berkata-kata. Dia sulit percaya dengan apa yang dia dengar. 

Jadi, karena dirinya tidak berdandan maupun membawakan kekayaan, Nizam lebih memilih untuk menikah lagi?

Selain itu, semua hanya untuk posisi di sebuah perusahaan!?

Perlahan pancaran cinta penuh harap yang sebelumnya masih sempat hinggap di sepasang manik Rara berangsur menghilang. Hanya ada kekecewaan dan kebencian di sana.

Karena Rara tidak berbicara, Nizam berkata, “Sudah, aku capek! Cepetan kamu siapin air hangat buat aku mandi …,” titahnya seraya berjalan melewati Rara ke dalam rumah.

Nizam yakin bahwa Rara tidak akan bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusannya. Lagi pula, selain dirinya, wanita itu sekarang sudah tidak punya siapa-siapa lagi. 

Sebenarnya, Nizam pernah dengar Rara punya satu kakak laki-laki. Akan tetapi, kakaknya itu tidak setuju dengan pernikahan mereka. Alhasil, saat Rara menikah, kakak laki-laki Rara yang tidak pernah Nizam temui itu memutus hubungan dengan sang istri.

‘Ya … kasihan sih. Tapi … salah sendiri bucin,’ batin Nizam dalam hati.

Sadar bahwa Rara hanya terdiam di depan rumah, Nizam menoleh. Pria itu menautkan alis dan berseru, “Rara! Kamu tuli, ya?! Cepat siapin ai–”

“Cerai.”

Nizam terbelalak. 

“Apa?” 

Rara menoleh, menatap dingin ke arah Nizam. “Aku minta cerai,” ulang Rara dengan penuh keyakinan. “Kalau kamu memaksa menjadikan Jeny istrimu, maka ayo kita bercerai!”

Anggrek Bulan

Halo semuanya, ini buku terbaru saya, Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu. Semoga kalian suka ya. Jangan lupa komentar agar saya tahu tanggapan kalian ya. Terima kasih

| 3
Komen (9)
goodnovel comment avatar
RN12
bagus ra jangan sampai mau di duakan
goodnovel comment avatar
Rima Kerans
bagusss. saya suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
bagus rara tunjukin siapa kamu rara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status