Malam itu Adelia sholat tahajud, dia curhat pada Allah SWT semua keluh kesahnya. Apalagi besok dia akan pergi interview. Sudah beberapa bulan menganggur Adelia berharap segera mendapatkan pekerjaan. Apalagi dia membutuhkan uang untuk biaya berobat ibunya.
"Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Besar, Maha Pemberi Rejeki dan Maha Kaya, mudahkanlah rejekiku, sehatkanlah aku, biar aku bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ya Allah besok aku mau interview di sebuah perusahaan, mudahkanlah Ya Allah, lancarkanlah prosesnya dan semoga hamba bisa diterima bekerja di tempat itu. Tapi apabila itu bukan yang terbaik untukku, berikan aku penggantinya yang lebih baik. Karena ku yakin Engkau Maha Mengetahui segalanya, amin." Doa yang selalu dipanjatkan Adelia.
Tak terasa air matanya bercucuran. Dia mengeluarkan semua luka yang dia rasakan sambil bersujud padaNya. Allah yang mengetahui isi hatinya selalu menjadi tempatnya curhat setiap sepertiga malam.
************
Adelia akan berangkat ke Perusahaan Andaran Group untuk interview. Hari ini hari yang sangat membahagiakannya setelah berkali-kali mengirim surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan akhirnya ada satu yang menghubunginya. Alhamdulillah setelah menunggu cukup lama Adelia bisa interview hari ini. Adelia mengenakan pakaian yang rapi dan sopan. Tak lupa membaca doa pada Allah SWT. Dia yakin setiap langkahnya akan selalu dalam ridhoNya.
"Adelia kamu mau berangkat interview?" Ibu Ayu bertanya.
"Iya Bu, doain ya semoga Adelia diterima."
"Pasti, doa ibu selalu bersamamu."
"Ibu jangan capek-capet dan jangan banyak pikiran ya."
"Iya nak."
"Nanti sepulang interview biar Adelia yang mengerjakan pekerjaan rumahnya."
"Iya Nak."
"Adelia berangkat dulu ya Bu, assalamu'alaikum."
"W*'alaikumsallam."
Adelia pun berangkat ke Perusahaan Andaran Group. Sampai di perusahaan itu Adelia menunggu di ruang tunggu. Di sana banyak yang sedang interview juga. Tapi Adelia tetap optimis. Rejeki tidak mungkin tertukar, Allah sudah mengatur setiap rejeki hambaNya. Biarbagaimapun Adelia harus segera bekerja demi pengobatan ibunya dan biaya kuliah adiknya. Saat dia sedang menunggu, seorang wanita berpenampilan rapi memanggilnya.
"Adelia Anastasya."
"Ya saya."
"Silahkan masuk."
"Baik."
Adelia memasuki ruangan itu untuk interview. Posisi yang sedang dilamar Adelia adalah staf akunting. Selama satu jam Adelia menjalani interview. Akhirnya interview itu selesai, Adelia bisa bernafas lega. Dia bisa pulang dengan tenang setelah interview.
Adelia berjalan menuju lift. Lift terbuka Adelia masuk ke dalam lift tersebut. Didalam lift itu ada seorang laki-laki yang menundukkan kepala ke arah handphonenya. Laki-laki itu sibuk dengan handphonenya sampai tidak melihat ke arah Adelia yang memasuki lift. Lift itu bergerak turun, laki-laki itu mulai mematikan handphonenya dan menaruhnya di sakunya. Adelia hanya melihat kedepan tanpa melihat ke samping. Laki-laki itu hendak menekan tombol lift, ternyata secara bersamaan Adelia juga hendak menekan tombol lift tersebut. Tubuh mereka akhirnya bertabrakan satu sama lain. Saat mereka mulai menoleh satu sama lain ternyata mereka saling mengenal. Laki-laki itu adalah Tristan, mantan suami kedua Adelia.
Air mata Adelia menetes tanpa sadar, semua ingatan tentang Tristan di masa lalu seakan kembali diingatnya. Hatinya kembali menelan rasa sakit akan kegagalan rumah tangganya bersama Tristan.
Suara ketukan palu perceraian masih terngiang di telinganya. Surat perceraian yang diajukan Tristan seolah terpangpang jelas di matanya.
"Ya Allah kenapa aku bertemu kembali dengan Tristan, ikhlaskan hatiku Ya Allah. Mudahkan langkahku dan hilangkan luka hatiku," batin Adelia.
Tristan dan Adelia kaget saat mereka menatap bersamaan. Ini kali pertama mereka bertemu setelah sekian lama mereka berpisah. Tristan sadar betul melihat air mata yang menetes di pipi Adelia. Saat tangan hendak naik untuk mengusap air mata itu, Adelia langsung memalingkan muka dan mengusap air matanya. Setelah air mata itu menghilang dari wajahnya, Adelia memberanikan dirinya untuk berbicara pada Tristan.
"Tristan sudah lama tak bertemu."
"Iya."
"Bagaimana kabarmu?" Adelia b**a basi karena canggung bertemu mantan suami keduanya.
"Baik."
"Bagaimana kabar Papa?"
"Papa sehat."
Setelah bicara sepatah dua kata Adelia diam, dia bingung ingin bertanya apa lagi, dia hanya diam terpaku menunggu lift naik dan terbuka.
"Adelia, sedang apa kau disini?"
"Interview."
Pintu lift terbuka mereka menyudahi percakapannya. Tristan lebih dulu keluar dari lift itu. Adelia pun keluar dari lift itu setelah Tristan. Adelia tidak menyangka bertemu mantan suami keduanya. Dia berpikir sudah melupakan Tristan sejak lama tapi kini harus mengingatnya lagi.
****
Tristan Andaran adalah CEO dari Perusahaan Andaran Group. Dia anak dari Tio Andaran dan Tian Safira. Tristan sangat dingin, tertutup dan acuh pada wanita. Menikah dengan Adelia hanya selama satu tahun. Dia yang menceraikan Adelia tanpa memberi tahu alasan perceraiannya dengan pasti. Semua itu ada hubungannya dengan ibunya yang entah ada dimana keberadaannya sekarang. Wajahnya tampan, kulit putih, hidung mancung, dan tubuhnya atletis. Siapa saja yang melihatnya akan jatuh hati, tapi sayangnya Tristan sangat menjaga jarak dengan makhluk yang bernama wanita.
Tristan berada di ruang kerjanya, dia memanggil sekretarisnya. Sekretaris Tristan seorang wanita berpenampilan seksi. Dia sangat menyukai Tristan sejak lama. Dia selalu berusaha mendekati Tristan, tapi Tristan tidak meladeninya. Sekretaris Tristan bernama Sasa Feriska.
"Sasa tolong panggilkan bagian HRD."
"Baik Tristan."
"Panggil aku Presdir, ini kantor."
"Kenapa sih kamu Tristan? padahal kita ini dulu teman kuliah di luar negeri."
Tristan diam, dia malas membalas ucapakan Sasa. Wanita itu selalu berusaha mendekati dan menggodanya. Seakan Sasa tahu segalanya tentang Tristan. Dia juga sering menganggap Tristan kekasihnya di depan staf di kantor. Untung saja semua staf tidak ada yang percaya. Mereka tahu bosnya alergi wanita. Dia tidak suka berdekatan atau ramah pada wanita manapun. Jadi mustahil kalau Sasa kekasihnya Tristan.
Sasa keluar memanggil Manager HRD. Tak lama Manager HRD masuk ke dalam ruangan Tristan. Dia berdiri di depan meja bosnya. Manager HRD itu bernama Dudi Iskandar.
"Pagi Presdir."
"Pagi, tadi ada seorang wanita bernama Adelia Anastasya interview ya?"
"Iya Presdir."
"Dia melamar bagian apa?"
"Staff akunting Presdir."
"Menurutmu bagaimana dia?"
"Dia pintar, berpengalaman, cakap, lulusan universitas ternama, dan juga ramah orangnya." Dudi mengungkapkan semua penilaiannya tentang Adelia.
"Apa dia berhak menjadi kandidat utama?"
"Iya Presdir, tapi ada yang lebih muda dan lulusan luar negeri Presdir."
"Bukannya yang pintar dan berpengalaman lebih dibutuhkan bukan?"
"Iya Presdir."
"Berikan dia kabar baik secepatnya!"
"Baik Presdir."
Dudi keluar dari ruangan Tristan setelah bicara dengannya. Tristan merasa ada yang aneh pada Adelia.
"Kenapa dia masih mencari kerja? bukannya kompensasi perceraian yang aku berikan sangat banyak. Harusnya sangat cukup untuk hidupnya sampai tua."
Dulu saat bercerai Tristan memberikan 5 Milyar untuk kompensasi perceraian. Tristan tidak ingin Adelia merasa dirugikan karena menjalani pernikahan yang hanya status bersamanya. Tristan tidak tahu dikemanakan uang 5 Milyar itu oleh Adelia.
Adelia sampai di rumahnya, Ibunya dan Raisa sudah menunggunya. Dia menceritakan proses interviewnya pada Ibu dan Raisa. Setelah itu dia kembali ke kamarnya. Adelia mandi dan berganti pakaian. Dia mengambil foto pernikahannya bersama Tristan. Matanya berkaca-kaca memandangi foto pernikahan itu, tiba-tiba Raisa memasuki kamar kakaknya itu.
"Kak kenapa? tumben kok melihat foto pernikahanmu dengan kak Tristan?" Raisa melihat Adelia terlihat sedih memandang foto pernikahannya bersama Tristan.
"Tadi kakak bertemu Tristan di perusahaan tempat kakak interview itu."
"Jangan-jangan itu perusahaannya Kak Tristan?"
"Masa sih? dulu perusahaan Tristan masih kecil dan bukan perusahaan itu kok." Adelia menyangkal. Dia ingat betul, saat masih bersama Tristan perusahannya tak sebesar perusahaan yang sekarang. Dan letak perusahaannya juga tidak berada di kota itu.
"Itukan dulu kak, sekarang sudah berapa tahun sejak kakak bercerai dengannya."
Adelia berpikir ucapan Raisa masuk akal. Sudah 6 tahun setelah bercerai dengan Tristan, wajar kalau bisnis milik Tristan semakin berkembang dan maju.
"Bagaimana kalau nanti kakak diterima di perusahaan itu? apa kakak akan menerimanya?"
"Kakak akan menerimanya, ibu sekarang sedang sakit kita butuh uang untuk biaya check up sakit jantungnya."
Adelia tidak peduli dengan konsekuensi keputusan yang diambilnya. Dia membutuhkan pekerjaan itu. Apalagi biaya berobat ibunya yang tidak sedikit. Dia harus memiliki uang untuk memenuhi semua kebutuhannya. Walaupun nanti Adelia terpaksa harus bertemu Tristan setiap hari.
"Kebayang deh kak harus bertemu mantan suami tiap hari, nanti cinlok lagi."
"Ah, kamu apaan sih."
Mereka terus mengobrol dan bercanda sampai Raisa tertidur di kamar Adelia. Adelia tidak menyangka akan bekerja di perusahaan milik Tristan. Seolah takdir kembali mempertemukannya. Entah apa yang harus dilakukan oleh Adelia jika bertemu Tristan tiap hari. Mungkin dia harus membalut setiap luka dihatinya dengan doa yang selalu dipanjatkannya.
Adelia sedang menyiram bunga di halaman depan rumahnya. Sambil menunggu hasil interviewnya, Adelia menyibukkan diri dengan merawat tanaman bunga di halaman depan rumahnya. Sekelompok tetangganya habis pulang dari arisan mengajak Adelia berbicara."Adelia rajin banget, memang belum dapat kerja? sering kelihatan di rumah terus," ucap ibu Nining."Oya Bu, sedang menunggu panggilan hasil interview kemarin," ucap Adelia."Adelia masih sendiri aja, memang gak mau nikah lagi dah berumur lho," ucap ibu Ike."Iya, anak saya saja sudah punya anak tiga," tambah ibu Ani."Belum ada ada jodohnya Bu," kata Adelia."Oya kalau gak salah kamu dah nikah tiga kali ya?" tanya ibu Ike."Iya Bu," jawab Adelia."Wah udah sangat berpengalaman dong nyari calon suami," ucap ibu Sari.Adelia terdiam. Ucapan pa
Adelia sedang membantu ibunya membereskan rumah. Selama menganggur Adelia mengerjakan pekerjaan rumah ibunya. Dulu Adelia memiliki asisten rumah tangga untuk bekerja di rumahnya agar ibunya tidak capek. Tapi karena Adelia habis kontrak, jadi dia memutuskan memberhentikan asisten rumah tangganya. Adelia mengambil alih pekerjaan itu. Dia lebih memilih uangnya untuk biaya check up dan obat ibunya. Semenjak ibunya sakit jantung Adelia harus memiliki uang yang cukup banyak untuk pengobatan ibunya.Adelia berusaha agar ibunya tidak capek dan banyak pikiran. Dia juga menjaga pola makan dan istirahat ibunya.Dia tidak mau ibunya kambuh lagi. Semenjak ayahnya meninggal, Adelia bertanggungjawab penuh pada keluarganya. Selain menjaga ibunya, Adelia juga harus menjaga adik perempuannya. Ibu dan Raisa adalah anggota keluarga yang dicintainya. Merekalah yang membuat Adelia semangat dan mampu menghadapi semua masalahnya.Adelia masuk ke kamarnya, dia berist
Tristan mengendarai mobilnya menuju ke rumah sahabatnya. Dia itu seorang Dokter Psikiater. Tristan sudah tak sabar ingin menceritakan semua yang dirasakannya saat bertemu kembali dengan Adelia. Sahabat Tristan bernama Gara. Mereka sudah lama bersahabat sejak Tristan berkonsultasi pribadi padanya. Sampai di rumah sahabatnya, Tristan segera turun dari mobil, berjalan menuju pintu rumahnya.Tuk ... tuk ... tuk ...Tristan mengetuk pintu rumah Gara. Kebetulan Gara sedang ada di rumah. Dia mempersilahkan sahabatnya itu masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan Gara tinggal sendiri di rumah itu. Mereka duduk di sofa ruang tamu sambil berbincang."Tumben kamu datang kesini, biasa aku yang harus menemuimu.""Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."Tristan terlihat memiliki masalah, membuat Gara ikut berpikir. Apa yang sedang membuat sahabatnya gundah gulana. Tidak biasanya Tristan asal
Suasana Restoran Kenanga yang dipadati pengunjung saat di sore hari tampak terlihat dengan jelas. Sepulang bekerja dari rumah sakit Eric pergi ke restoran itu untuk bertemu Sera. Sera adalah pacar Eric dari dia masih duduk di bangku SMA kelas 3. Eric dan Sera bak sepasang sejoli yang tak terpisahkan waktu itu. Di mana ada Eric di situ Sera berada. Mereka melewati hari-hari indah bersama. Bahkan mereka kuliah di universitas yang sama. Demi tetap bersama cintanya, Eric tetap kuliah kedokteran meskipun awalnya tidak menyukai bidang itu karena sebenarnya Eric lebih senang kuliah jurusan informatika. Begitulah cinta apapun akan dilakukan asal tetap bersama.Setelah lulus kuliah Eric dan Sera bertemu untuk membicarakan arah hubungan mereka. Tapi mereka tidak menemukan jalan keluar dari hubungannya yang tanpa arah dan tujuan itu. Keluarga Sera tidak merestui hubungan mereka karena Sera tergolong anak orang kaya. Dulu Eric hanya anak dari keluarga yang sederhana. Ayah d
Setelah pulang dari kampus Irfan selalu pergi ke kamar anak semata wayangnya. Qisya adalah buah cinta Irfan dan Tiara istri pertamanya yang sudah meninggal. Dulu saat bersama Tiara, Irfan merasa hidupnya sempurna. Memiliki seorang istri yang cantik, baik, ramah, sabar dan penyayang serta seorang bayi perempuan mungil yang cantik membuat Irfan sangat bahagia dan tidak ingin melewatkan sedikitpun hari tanpa mereka. Irfan selalu menghabiskan waktu bersama istri dan anak di rumahnya yang sederhana. Meskipun begitu Irfan dan Tiara selalu bahagia dan mencurahkan semua cinta mereka untuk buah cinta mereka.Tapi kini Tiara telah tiada, Irfan berusaha menjadi ayah sekaligus ibu untuk Qisya. Meskipun dulu Irfan pernah menikah dengan Adelia tapi Irfan tidak pernah bisa mencintainya. Irfan hanya menikahi Adelia untuk anaknya Qisya yang begitu menyayangi Adelia. Irfan menikah dengan Adelia selama 2 tahun. Itu juga karena Adelia yang selalu berusaha bertahan demi Qisya yang w
Eric sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Dia menemui ibunya yang sedang sarapan di ruang makan. Ibunya mengajak Eric sarapan bersama. Eric duduk di kursi, ikut sarapan bersama ibunya. Ibu Hana mengajaknya berbincang tentang Adelia."Eric bagaimana kalau kita mengundang Adelia makan malam di rumah?""Terserah Ibu.""Kalau begitu sepulang kerja nanti jemput Adelia ya.""Baik Bu."Setelah sarapan Eric berangkat bekerja tak lupa dia mencium ibunya. Eric memang sangat menyayangi ibunya. Semenjak ayahnya meninggal ibunya adalah keluarga satu-satunya Eric. Apalagi sekarang ibunya semakin bertambah tua dan sering sakit-sakitan. Eric ingin sekali bisa membahagiakan ibunya. Dengan membawa Adelia kembali itulah cara membahagiakannya.***Irfan mengendarai mobilnya mengantarkan Qisya berangkat sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Irfan pergi da
Setelah Tristan pergi, Adelia mengajak Eric untuk masuk ke rumahnya dulu untuk menunggu Adelia mandi dan berganti pakaian. Eric masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Ibu Ayu yang sedang berada di ruang tamu. Dia menyalami ibu Ayu, duduk di sofa dan mengobrol dengannya sambil menunggu Adelia."Nak Eric sudah lama tidak bersilaturrahmi seperti ini.""Iya Bu, maaf kemarin-kemarin saya sibuk. Ibu bagaimana kabarnya?""Baik, semenjak check up terakhir saya lumayan enakkan.""Yang terpenting ibu tidak boleh kecapean, stress, jaga pola makan, olahraga ringan dan istirahat yang cukup. Kalau ada keluhan bisa telpon saya langsung. Nomor telpon saya masih sama.""Terimakasih nak Eric."Mereka terus berbincang-bincang hingga Adelia keluar dari kamarnya. Adelia terlihat cantik dan anggun mengenakan dress berwarna merah. Eric melihat Adelia yang berjalan ke arahnya
Iya Bu," ucap Adelia ragu.Setelah mengobrol dengan Ibu Hana, Adelia pamit pulang karena sudah malam."Saya pulang dulu ya Bu," ucap Adelia."Biar Eric mengantarmu pulang," ucap Ibu Hana."Makasih sebelumnya Bu, tapi saya bisa naik taksi," ucap Adelia.Eric masuk ke ruang makan saat Adelia pamitan."Adelia biar aku yang mengantarmu pulang," ucap Eric."Iya Adelia, sudah malam. Biar Eric mengantar pulang," ucap Ibu Hana."Baik Bu," ucap Adelia.Eric mengantarkan Adelia kembali ke rumahnya. Sepanjang perjalanan Adelia terlihat murung. Mungkin karena ucapan ibunya membuatnya sepeti itu."Adelia tidak usah dipikirkan apa yang ibuku katakan, lakukanlah semua yang ingin kau lakukan jangan terbebani," ucap Eric."Terimakasih Kak Eric," ucap Adelia.&
Tristan memakai kostum badut beruang berjalan ke tempat Adelia duduk. Dia menari-nari di depan Adelia lalu beberapa anak kecil mendekatinya. Adelia tersenyum melihat tingkah badut beruang yang lucu itu. Badut itu meraih tangan Adelia mengajaknya menari bersama. Mereka pun menari bersama khas tarian boneka. Anak-anak kecil tertawa melihat mereka menari bersama.Setelah selesai menari, anak-anak itu berfoto bersama badut beruang, kemudian mereka pergi. Tristan memastika suasananya sepi terlebih dahulu, barulah Tristan memberikan sebuah cincin dari kantong beruangnya sambil berlutut di depan Adelia. Dia melepas kepala beruang yang dipakainya itu, Adelia terkejut melihat badut beruang itu ternyata Tristan."Adelia maukah kau kembali rujuk denganku?" tanya Tristan sambil memegang sebuah cincin.Adelia hanya diam. Pertanyaan yang dilontarkan Tristan terlalu cepat. Adelia baru saja kembali menyambung silaturrahmi dengan Tristan
Tristan, Adelia dan Raisa sudah sampai di taman hiburan. Taman hiburan itu sangat ramai dipadati pengunjung, apalagi hari minggu, hampir semua orang libur. Mereka masuk ke dalam taman hiburan itu. Membeli tiket dan masuk ke wahana yang ada di dalam. Raisa mengajak Tristan dan Adelia untuk naik wahana halilintar."Kak naik halilintar seru, menegangkan," usul Raisa."Kakak tidak berani naik itu," ucap Adelia."Gak usah takut Kak Adelia, sekali-kali nyoba wahana itu, iyakan Kak Tristan?" tanya Raisa."Iya ide bagus Raisa," jawab Tristan.Adelia terdiam."Ada aku Adelia, tidak usah takut," ucap Tristan.Adelia tersenyum malu-malu, apalagi Raisa semakin meledeknya.Merekapun menuju ke wahana halilintar. Adelia duduk berdua di kursi belakang dengan Tristan. Sedangkan Raisa duduk di depan bersama orang lain. Waha
Pagi itu Irfan sudah rapi mengenakan kemeja, dia ingin menemani Qisya jalan-jalan di taman hiburan. Irfan berjalan keluar dari kamarnya. Dia berdiri di depan dispenser, mengambil segelas air minum, kemudian meminum airnya hingga habis. Irfan kembali berjalan menuju ke ruang depan dari arah yang berlawanan, Mutie mengenakan baju tidur yang transparan dan berlenggak lenggok berjalan melewati depan Irfan lalu dia pura-pura jatuh supaya Irfan masuk ke dalam perangkap cintanya.Bruuug ..."Aw ... kakiku sakit," ucap Mutie.Melihat Mutie yang terjatuh dan kesakitan, Irfan langsung menolongnya."Mutie, kamu tidak apa-apa?" tanya Irfan."Kak Irfan kaki keseleo gak bisa jalan, gimana dong?" ucap Mutie."Ya sudah aku bantu berdiri," usul Irfan."Berdiri juga gak bisa Kak Irfan," ucap Mutie."Oke, aku bopong ya," ucap Irfan.
Irfan dan Raisa pergi menuju ke kedai soto di daerah Hayammuruk. Mereka turun dari mobil lalu berjalan masuk ke kedai soto. Kedai itu cukup ramai apalagi di musim hujan seperti ini orang-orang ingin makan-makanan yang hangat. Irfan dan Raisa duduk dan memesan soto itu. Tak lama pelayan mengantarkan dua mangkuk soto, kemudian pergi. Aroma soto begitu enak menggugah rasa lapar mereka berdua. Segera Raisa dan Irfan mengambil sendok secara bersamaan hingga tangan mereka saling memegang.Deg ...Jantung Raisa berdebar tak karuan saat tangannya bersentuhan dengan tangan Irfan sedangkan Irfan sendiri juga hanya merasakan hal yang sama. Mereka terpaku lalu melepas tangan secara bersamaan."Kak Irfan duluan aja ngambil sendoknya," usul Raisa mempersilahkan Irfan."Raisa saja duluan," timbal Irfan yang meminta Raisa duluan."Kalau begitu aku ambil sendok untuk Kak Irfan juga ya?" tanya Rai
Adelia masih mengerjakan pekerjaannya di ruangan akunting. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Adelia duduk di kursi mengerjakan laporan keuangan bersama Manager Akunting dan dua orang staf akunting lainnya. Biasanya di akhir bulan akunting harus menyelesaikan laporan keuangan akhir bulan ini."Adelia maaf, saya harus pulang, anak saya sedang sakit di rumah. Bisakah laporan keuangannya kamu handle dulu besok saya teruskan," ucap Manajer Andi."Baik Pak Andi," sahut Adelia."Tidak perlu kamu selesaikan semuanya, kamu kerjakan sebisamu saja ya," ujar Manajer Andi."Ya Pak Andi," kata Adelia.Manager Andi pamit pulang pada ketiga stafnya. Tak lama dua staf lainnya juga minta izin pulang karena ada keperluan mendadak dan kepentingan keluarga. Tinggal Adelia sendiri di ruangan akunting. Dia mengerjakan pekerjaan yang diamanahkan Pak Andi.Di sisi lain, Tr
Eric sedang bersiap untuk bekerja di dalam ruang prakteknya. Suster Tari mempersiapkan semua peralatan yang akan dipakai Eric nantinya. Setiap jam 10 pagi Eric sudah mulai melayani pasien. Seperti biasa, dia duduk di kursi kerjanya, tapi kali ini Erik sedang memikirkan sesuatu. Melihat sang Dokter seperti itu, suster Tari ingin tahu penyebabnya."Dokter sedang memikirkan apa?" tanya suster Tari."Suster Tari masih ingat cerita saya dan mantan istri sayakan?" tanya Eric balik."Masih Dok," jawab suster Tari."Saya sedang bingung gimana cara saya mendekati mantan istri saya kembali, soalnya bukan hanya saya mantan suaminya," ucap Eric."Maksud Dokter ada mantan suami lainnya selain anda?" tanya suster Tari. Dia terkejut, tak menyangka kalau mantan istri Dokter Eric memiliki mantan selain dirinya. Selama ini suster Tari mengira hanya Eric mantan suami Adelia."I
Adelia sudah bersiap di kamarnya untuk menunggu kedatangan Frey. Sebenarnya dia ragu untuk datang ke rumah Frey sendirian karena dia tidak begitu mengenal Frey secara dekat. Raisalah adiknya yang sangat mengenal Frey, tapi karena sudah berjanji, Adelia harus menepatinya. Ketika Adelia sedang memikirkan masalah itu, Ibu Ayu masuk ke dalam kamarnya."Adelia ada Frey menunggu di ruang tamu," ucap Ibu Ayu."Iya Bu," sahut Adelia."Kau mau pergi dengan Frey?" tanya Ibu Ayu."Iya Bu, kemarin ibunya Frey mengundangku makan malam di rumahnya. Jadi aku akan pergi ke sana Bu," jawab Adelia."Ya sudah, sampaikan salam Ibu pada ibunya Frey ya," ucap Ibu Ayu.Adelia mengangguk.Setelah bicara dengan ibunya, Adelia menuju ke ruang tamu. Di sana Frey sudah duduk menunggunya. Frey melihat Adelia yang berjalan menghampirinya, matanya tertuju ke depan, men
Adelia turun ke bawah dengan naik lift. Sore ini semua pekerjaannya sudah selesai. Tristan mencari Adelia ke ruangannya untuk mengajaknya pulang bersama tapi ternyata Adelia sudah tidak ada di ruangan kerjanya. Dia berjalan menuju lift turun ke lantai dasar. Terlihat Adelia berjalan keluar dari perusahaan. Tristan terus mengikutinya hingga Adelia naik ke bus. Dia ikut naik ke bus melalui pintu belakang, Tristan berdiri di lorong dekat kursi belakang mencari keberadaan mantan istrinya, ternyata Adelia duduk di kursi depan bus sedangkan Tristan berjarak empat kursi dari tempat Adelia duduk.Tristan mengambil handphone di sakunya, menyalakan layar handphonenya dan menelpon asisten Soni."Hallo Soni.""Iya Presdir.""Tolong bawakan aku satu mobil perusahaan ke Jl. Bunga Angger No 10 Kota Mekar Harum ya.""Baik Presdir."Setelah menelpon Soni, Tristan masih
Adelia bangun jam 4 pagi untuk memasak,mencuci piring, mencuci baju, menyapu dan mengepel. Dia belum punya cukup uang untuk menyewa asisten rumah tangga. Apalagi sekarang ibunya sakit, tabungannya digunakan untuk pengobatan ibunya. Untung saja Adelia sudah mulai bekerja, setidaknya bulan depan dia akan mendapatkan gaji untuk mencukupi semua kebutuhannya. Setelah itu Adelia membangunkan ibunya dan Raisa untuk sarapan. Mereka sarapan bertiga, selesai makan Adelia mandi dan berganti pakaian lalu bersiap untuk berangkat bekerja. Adelia dan Raisa berjalan bersama ke depan rumahnya. Ada Frey yang sudah menunggu Adelia di depan jalan rumahnya."Kak Adelia kita hari ini berangkat di antar Kak Frey ya, kemarin Raisa yang minta Kak Frey mengantar kita pagi ini," pinta Raisa."Kakak naik bus saja," tolak Adelia."Kak gak enak sama Kak Frey, aku dah bilang iya, ayolah. Kak Frey udah meluangkan waktunya untuk ke sini pagi-pag