Sampai di perusahaan Zayn.Saat itu sudah satu jam setelah pulang kerja dan tidak ada seorang pun di perusahaan.Aku langsung pergi ke lantai kantor CEO.Awalnya aku mengira kalau ada sekretaris di sana, aku bisa menyuruh sekretaris untuk mengantarkan makanan.Tidak disangka ternyata tidak ada seorang pun di kantor besar itu.Mungkinkah Zayn juga sudah pergi?Aku mendekati pintu kantor CEO dengan curiga dan mengetuknya.Kukira tidak ada orang di dalam, tetapi tidak kusangka saat berikutnya suara rendah yang tidak asing terdengar."Masuklah!"Jantungku berdegup kencang dan aku membuka pintu.Aku hanya melihat Zayn terlihat duduk di meja sambil membolak-balik dokumen.Alisnya agak berkerut, terlihat sangat serius.Pada dasarnya Zayn tampan dan sosoknya juga bagus. Setelah sukses, tabiatnya langsung berubah.Saat ini penampilan kerjanya yang serius memiliki pesona yang tak terlukiskan.Tiba-tiba aku menyesal mengapa aku tidak menyukainya lebih awal.Dengan begitu, tiga tahun pernikahan ti
Cindy tiba-tiba berkata kepada Zayn dengan sedih, "Kenapa sebelumnya kamu tidak memberitahuku kalau Nona Audrey mengantarkan makanan padamu? Lihat, makananku mubazir.""Tidak mubazir." Zayn mengambil kotak bekalnya dan berkata dengan tenang, "Aku akan makan masakanmu."Cindy tersenyum manis, "Kalau begitu, aku akan makan apa yang Nona Audrey bawa. Makanan yang dia bawa kelihatannya enak, jadi aku tidak akan menyia-nyiakannya."Zayn tidak menjawab.Aku mendorong kotak bekal ke hadapan Cindy dan berkata sambil tersenyum, "Kalau suka, makanlah lebih banyak."Setelah terdiam sejenak, aku melanjutkan, "Kalian nikmatilah makanannya. Aku masih ada urusan, jadi aku pergi dulu."Cindy langsung bertanya, "Tidak mau makan sedikit?""Aku sudah makan." Aku menjawab sambil tersenyum dan berjalan keluar.Baru sampai di keluar pintu, aku mendengar suara Cindy yang sedih."Kak Zayn, kok aku merasa Nona Audrey membenciku?"Zayn menjawab, "Abaikan dia."Aku menunduk dan hatiku terasa sangat sakit.Di lua
"Nona Audrey, ternyata kamu."Cindy menatapku dengan penuh semangat, "Pantas saja kulihat sosok ini mirip denganmu, tapi tidak kusangka aku benar. Kenapa kamu duduk di pinggir jalan sendirian?"Karena Cindy ada di sini, apakah Zayn juga ....Benar saja, detik berikutnya Cindy menarik Zayn dari belakangku."Kak Zayn, lihat, ini benar-benar Nona Audrey."Zayn menatapku dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi di wajahnya seolah aku hanyalah orang asing.Cindy tiba-tiba mengayunkan tangannya dan berkata dengan manja, "Aduh, Kak Zayn, dia juga mantan istrimu. Sapalah dia."Aku merasa agak malu saat Cindy mengatakan ini.Saat hendak mencari alasan untuk pergi, Zayn tiba-tiba berkata kepada Cindy, "Ayo pergi, bukankah kamu sedang mengejar waktu?""Aduh, sekarang tidak terburu-buru."Cindy tiba-tiba meraih tanganku dan tersenyum ramah padaku, "Kemarin aku mengincar kalung edisi terbatas dan setelah Kak Zayn mengetahuinya, dia bersikeras membelikannya untukku.Nona Audrey, ayo ikut dengan kami
Zayn tidak pernah menjadi milikku, mengapa harus bilang dia direbut dariku?Akan tetapi meskipun sudah mengetahuinya dengan jelas, aku masih merasa sangat tidak nyaman saat teringat adegan aku bertemu dengan mereka di jalan hari ini.Di malam hari, aku melakukan beberapa pembelajaran dan persiapan untuk posisi yang kucantumkan di CV-ku.Aku yakin pasti akan bisa menemukan pekerjaan biasa.Akan tetapi, kenyataan kejam selalu mampu menyurutkan semangat seseorang.Tidak ada perusahaan yang menghubungiku untuk wawancara selama dua hari berturut-turut.Kotak suratku juga kosong.Seketika aku mulai meragukan kehidupan.Dorin menghiburku dan berkata, "Ini bukan salahmu. Pasti kamu terlalu luar biasa dan pendidikanmu terlalu tinggi, jadi mereka merasa kamu terlalu berbakat untuk pekerjaan itu."Aku tercengang, Dorin memang pintar menghibur orang.Dia menambahkan, "Tunggu aku. Setelah berhasil memasuki industri hiburan, aku akan mengajakmu jalan-jalan."Saat baru lulus, hal seperti itu terjadi
"Hei! Audrey? Bukankah ini Audrey?"Henry melintas di depanku dengan beberapa langkah dan menghalangi jalanku.Aku mengerutkan kening dan mendongak untuk melihat Zayn di belakangnya.Entah apakah ini adalah kesialanku atau apa.Setiap kali aku tidak ingin melihat Zayn, aku selalu bertemu dengannya.Saat harus meminjam uang darinya, aku jarang bertemu dengannya.Henry menatapku sambil tersenyum, "Audrey, kamu baik-baik saja di acara dansa malam itu, 'kan? Kamu tiba-tiba kabur di tengah pesta dan aku mengkhawatirkanmu."Aku tertawa di dalam hati.Henry ini hanyalah orang licik. Saat acara dansa, aku ditipu olehnya dan dia masih berani mengatakan ini.Tepat saat aku memikirkan tentang Henry di dalam hatiku.Zayn tiba-tiba berkata sambil tersenyum, "Audrey? Ha, cara memanggilnya begitu mesra. Aku tidak tahu ternyata hubungan kalian sudah begitu dekat."Zayn hanya terkekeh, tetapi itu membuat kulit kepalaku mati rasa.Dia sudah curiga terhadap sesuatu antara aku dan Henry ini, sekarang dia
Henry mengatakan sesuatu kepada pewawancara.Pewawancara mengangguk dengan antusias, "Hei, kalau begitu aku akan pergi bekerja dulu. Kalau Pak Henry dan Pak Zayn membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk panggil kami."Setelah pewawancara pergi, Zayn menatapku dengan penuh arti."Ini yang kamu sebut pekerjaan yang sangat bagus?"Dia mengucapkan kata-kata "sangat bagus" dengan sangat lantang.Aku menunduk dan berkata dengan suara rendah, "Benar, menurutku ini pekerjaan yang bagus!""Oh ...."Suara Zayn terdengar lebih panjang lagi dan sinis.Dia berkata dengan santai, "Sayangnya kamu tidak lolos."Aku meremas CV di tanganku tanpa bisa menahan diriku lagi dan berteriak kepadanya, "Benar, aku tidak lolos! Pekerjaan yang mudah saja tidak bisa kudapatkan! Aku tidak berguna dan cuma bisa hidup enak. Sudah puas!?"Zayn berkata dengan dingin, "Aku tidak bicara seperti itu tentangmu, kamu sendiri yang meremehkan dirimu."Heh, dia tidak mengatakan itu padaku.Akan tetapi, bagian mana dari kalimat s
Kupikir itu jelas bukan hal yang baik untuk dikatakan.Aku tersenyum dan berkata, "Katakan saja."Aku sudah cukup terpukul beberapa hari terakhir ini hingga tidak lagi takut dengan kata-kata menohok.Bik Nur berkata dengan suara rendah, "Tuan, menyuruhku untuk memberitahumu kalau kamu benar-benar bosan di rumah, kamu bisa mengembangkan hobi dan jangan mencari pekerjaan sepanjang hari ... dia juga bilang pekerjaan tidak cocok untukmu."Tiba-tiba aku tertawa terbahak-bahak.Pekerjaan tidak cocok untukku?Siapa bilang!?Aku hanya ingin bekerja untuk menunjukkan kepadanya.Aku yakin pasti bisa menghidupi diriku sendiri.Aku sudah muak dengan pukulan itu, tetapi sekarang aku malah merasa termotivasi untuk berjuang setelah mendengar ucapan menohok Zayn.Bik Nur terkejut setelah melihat cibiran di wajahku, "Nona, ka ... kamu baik-baik saja, 'kan?"Aku mendengus dan berkata, "Tidak apa, aku baik-baik saja. Nanti masaklah lebih banyak makanan enak. Aku mau makan sampai kenyang agar besok aku pu
"Kebanyakan orang di Kota Jenara mengenalmu. Meskipun kalian sekeluarga berada dalam kesulitan, mereka tidak akan mengira mantan wanita kaya benar-benar bisa melakukan pekerjaan seperti itu.""Mereka tidak mau merekrutmu karena takut kamu tidak bisa bekerja di bawah tekanan dan kabur yang cuma akan menambah beban kerja mereka.""Audrey kita sangat luar biasa."Aku menatapnya dengan air mata berlinang.Dorin benar-benar seperti matahari kecil yang selalu menghangatkanku.Setelah menghiburku, Dorin menarikku ke lantai dansa.Akan tetapi baru saja berdiri, kami berdua menabrak seorang wanita.Aku hendak meminta maaf ketika wanita itu tiba-tiba berteriak dengan angkuh, "Siapa kalian!? Tidak punya mata, ya!?"Dorin adalah wanita dengan tabiat buruk dan setelah mendengar ini, dia pun langsung naik pitam, "Kamu yang tidak punya mata, seluruh keluargamu tidak punya mata.""Kamu ...." Wanita itu memelototi Dorin dengan marah dan langsung menarik pria yang sedang menelepon sambil bersikap manja,
"Hei!"Aldi menendang kakiku dan berkata, "Barusan Bos bilang selama kamu bersedia menyerah dan mengatakan kamu tidak sanggup melakukan pekerjaan ini, Bos kami akan mengampunimu dan tidak akan menghukummu."Aku melihat ke arah Zayn di belakangnya.Pria itu duduk malas di kursi sambil merokok, sudut bibirnya selalu menyunggingkan senyuman sinis.""Hei, aku sedang berbicara denganmu!" Aldi menendang kakiku lagi.Aku mendongak dan berkata pelan, "Kembalilah dan katakan padanya kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini."Aldi mengerutkan kening dan berkata, "Tidak kusangka ternyata kamu cukup licik, sengaja menolak kebaikan bos besar untuk menarik perhatiannya.""Tapi aku tidak mengkritikmu. Tidak mudah bagi Bos untuk melembutkan sikap padamu. Kusarankan kamu untuk menerima apa adanya.""Masih ada banyak batu bata yang tidak berguna, awas mati kelelahan karena kehabisan tenaga.""Terima kasih atas perhatianmu, Kak Aldi.""Si ... siapa yang peduli padamu? Dasar wanita tidak tahu malu." Aldi be
Dia berdiri membelakangi cahaya dan terlihat lebih muram dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bersandar, "Bukankah kamu sudah pergi?"Mata Zayn tertuju pada tanganku.Awalnya tanganku ramping, putih dan sangat cantik yang merupakan standar untuk bermain piano.Saat ini sudah dipenuhi debu dan berbagai jenis luka dan kuku sudah patah-patah.Dia melihat tanganku dengan tenang dan tidak berkata apa-apa.Penampilannya yang suram membuat orang mustahil menebak apa yang dipikirkannya.Akan tetapi dulu aku memperlakukannya seperti itu dan dia pasti berpikir ternyata hal seperti ini juga terjadi padaku.Aku bersandar pada batu bata dan tersenyum santai padanya, "Zayn, kamu senang tidak melihatku seperti ini?"Zayn tertawa, lalu mencibir, "Tanganmu cuma terluka setelah bekerja keras beberapa saat. Apa kamu pikir hukuman seperti ini sebanding dengan kebahagiaanku?""Oh!" Aku menatapnya dengan wajah datar, "Karena hukuman ini tidak sebanding dengan kebahagiaanmu, terus kenapa kamu masih me
Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap dan seluruh tubuhku terhuyung ke samping.Untung saja pinggangku ditopang oleh sentuhan kekuatan.Sebelum aku bisa berdiri teguh, terdengar tawa dari samping."Lihat, Kak Aldi ini bilang Audrey tidak tahu malu, tapi kemudian dia malah membantunya.""Benar, apa yang Kak Aldi ucapkan berbeda dari kenyataannya. Dia jelas sudah lama suka pada wanita ini dan masih tidak mengakuinya.""Benar, 'kan? Kali ini dia bereaksi dengan begitu gesit. Dia pasti membenci wanita ini karena cinta.""Pergi, pergi ... jangan banyak bicara omong kosong di sini."Aldi berkata sambil menarik tangannya seolah terlalu kotor dan menyeka tangan yang membantuku di bajunya.Aku memegang gerobak itu dengan mantap dan berkata dengan datar kepadanya, "Terima kasih."Tidak peduli bagaimanapun, tadi dia juga telah membantuku.Kalau tidak, aku pasti akan jatuh dan mungkin sesuatu terjadi pada bayi di perutku.Jadi tidak peduli seberapa jeleknya ucapan perbuatannya, aku harus mengucapk
Terlalu malas untuk memedulikannya, aku berbalik dan berjalan keluar.Dari belakang terdengar para pekerja menertawakan Alfie."Jadi pacarmu adalah orang yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu.""Ck, ck, kami tidak berani punya wanita tidak tahu malu yang seenaknya merayu pria kaya.""Benar, tadi kami iri padamu, tapi sekarang kami bersimpati padamu. Mungkin saja dia punya banyak pria di belakangmu.""Pergi, pergi, jangan bicara omong kosong di sini. Kapan aku bilang dia pacarku?"Aku mencibir dan buru-buru keluar dari kantin.Batu bata bekas tersebut diangkut dengan kendaraan khusus menuju lokasi yang ditentukan, yaitu satu kilometer ke arah barat.Kalau diangkut dengan kendaraan, akan selesai dalam dua kali perjalanan.Akan tetapi kalau menggunakan gerobak itu untuk mengangkutnya, entah berapa banyak perjalanan yang harus kulakukan.Aku melihat tumpukan batu bata bekas yang lebih tinggi dariku dengan agak putus asa.Akan tetapi saat teringat tatapan sinis Zayn, aku langsung me
"Bagaimana kalian akan menghukumnya?"Pak Kevin dan Aldi saling memandang, tetapi mereka tidak bisa menjawab untuk beberapa saat.Aldi menghela napas dan berkata, "Intinya adalah dia adalah petugas data sementara. Petugas data sementara ini menandatangani perjanjian saat bergabung dengan pekerjaan dan tidak bisa diberhentikan sesuka hati.""Benar, benar!" Pak Kevin buru-buru menjawab, "Kalau tidak, aku akan memecat karyawan yang menjengkelkan ini. Bos, kamu jangan marah kepada departemen kami cuma gara-gara dia.""Benar, Bos!" Aldi dan Pak Kevin bernyanyi dengan harmonis, "Ruang data kami selalu rajin dan teliti. Tolong jangan menghilangkan semua upaya departemen kami cuma gara-gara kotoran seperti dia.""Bos ....""Cukup!"Pak Kevin masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Zayn menyela dengan nada kesal.Seketika Pak Kevin tidak berani mengatakan apa pun.Aldi tidak berani membuka mulutnya lagi, hanya menatapku dengan tatapan penuh kebencian.Zayn mengeluarkan kotak rokoknya, mengambil
Zayn bersandar di kursinya dan tersenyum jenaka.Dia berkata kepadaku, "Dengar, bukankah pacarmu menyuruhmu untuk meminta maaf padaku? Kok masih berdiri?"Saat Zayn mengatakan ini, Alfie mendorongku ke arahnya.Senyuman Zayn menjadi semakin lebar dan tatapannya terlihat sangat sinis.Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahku.Dia menunduk untuk menatapku. Ada rasa dingin, ejekan dan kebencian di sepasang mata yang dalam.Aura intimidasi yang kuat muncul lagi.Aku ingin mundur, tetapi kakiku seolah tumbuh akar dan aku tidak bisa mengangkatnya seberapa keras aku berusaha.Dia tersenyum padaku dan tiba-tiba berkata sambil tertawa penuh arti di telingaku, "Menurutmu apakah pacarmu akan bersedia kalau aku menyuruh pacarmu untuk mengantarmu ke kasurku atau tidak?""Cukup!"Aku mendorongnya sekuat tenaga dan berteriak, "Aku sudah bilang berkali-kali kalau dia bukan pacarku, kenapa kamu selalu saja tidak mengerti!?""Aku tidak mengerti?"Zayn menertawakan dirinya sendiri, tawanya sangat din
Alfie berkata pada dirinya sendiri lagi, "Aku tahu, kemarin kamu pasti membuat pacarnya marah di restoran, jadi dia datang kemari untuk membuat perhitungan denganmu.""Pasti begitu. Kalau tidak, kenapa kemarin wanita cantik itu juga pergi tanpa membelikan apa pun kita?""Dasar kamu ini, orang itu mengundang kita dengan niat baik, tapi kamu malah membuat mereka marah. Sekarang orang itu datang untuk membuat perhitungan denganmu."Aku diam-diam menertawakan diriku sendiri.Lihatlah bahkan orang luar seperti Alfie pun tahu Cindy adalah pacar Zayn.Sambil menahan kesedihan di hatiku.Aku berbalik perlahan.Kulihat Zayn duduk santai di kursi makan dengan sebatang rokok di tangannya.Astaga. Tadi kulihat ada orang yang duduk di sana saat masuk, tetapi punggungnya menghadap ke arahku.Aku juga sama sekali tidak menyangka itu adalah dia, jadi aku tidak memperhatikannya.Kalau tahu itu adalah dia, seharusnya aku berbalik dan lari begitu masuk.Zayn menatapku sambil tersenyum, menghisap rokok da
Alfie sudah menghampiriku sebelum aku mendekat.Setelah itu, beberapa rekan kerjanya tersenyum intim ke arahku."Yo, Kak Alfie, kamu bilang pacarmu akan memasak dan mengantarkan makanan enak untukmu. Tidak kusangka apa yang kamu katakan itu benar.""Hei, kali ini Kak Alfie tidak membual. Lihat betapa cantiknya wanita cantik ini.""Benar, lihat wajahnya dan kaki lurus jenjangnya itu. Benar-benar membuat kami iri!"Aku mengerutkan kening dan menatap Alfie, "Apa maksud mereka?"Mungkin dia mendengar nada suaraku agak marah, jadi Alfie melambaikan tangan kepada para pekerja, "Sudahlah, jangan mengolok-olok kami. Audrey tidak suka bercanda.""Hei, Kak Alfie, kamu masih memanggilnya dengan mesra.""Benar, Alfie, kamu benar-benar hebat. Kapan kamu menemukan pacar secantik itu? Intinya dia bahkan memasak sendiri dan membawakannya untukmu.""Benar, pacar yang begitu cantik dan lemah lembut, tolong bantu kami perkenalkan beberapa gadis sepertinya lagi.""Aduh, tolong jangan menertawakanku lagi.
Aku tertegun sejenak, tetapi bibi itu melihatku dan langsung memanggilku sebelum aku bisa mengatakan sesuatu.Aku berjalan mendekat dan melihat penampilannya yang sangat kesakitan, jadi aku tidak tahan lagi untuk bertanya, "Bibi, ada apa denganmu?"Bibi memegang perut sambil menghela napas dan berkata dengan nada tertekan, "Kemarin kamu ajak Alfie makan di mana? Ada yang tidak beres dengan kepiting yang dibawa pulang. Aku dan Alfie muntah serta diare setelah makan.""Alfie juga bilang harga kepiting itu 7,7 juta. Kulihat bocah itu pasti sedang membual. 770 ribu masih lumayan.""Audrey, bukannya bibi mengkritikmu. Kalau kamu enggan mengeluarkan uang untuk mentraktir Alfie makan besar, kamu bisa membawanya ke warung.""Sekarang perutku masih sakit setengah mati.""Bibi, bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit untuk diperiksa?"Bibinya buru-buru melambaikan tangannya dan berkata dengan sinis, "Cuma sakit perut, ngapain pergi ke rumah sakit? Apakah berobat tidak butuh uang.""Hiss!"