Zayn tidak pernah menjadi milikku, mengapa harus bilang dia direbut dariku?Akan tetapi meskipun sudah mengetahuinya dengan jelas, aku masih merasa sangat tidak nyaman saat teringat adegan aku bertemu dengan mereka di jalan hari ini.Di malam hari, aku melakukan beberapa pembelajaran dan persiapan untuk posisi yang kucantumkan di CV-ku.Aku yakin pasti akan bisa menemukan pekerjaan biasa.Akan tetapi, kenyataan kejam selalu mampu menyurutkan semangat seseorang.Tidak ada perusahaan yang menghubungiku untuk wawancara selama dua hari berturut-turut.Kotak suratku juga kosong.Seketika aku mulai meragukan kehidupan.Dorin menghiburku dan berkata, "Ini bukan salahmu. Pasti kamu terlalu luar biasa dan pendidikanmu terlalu tinggi, jadi mereka merasa kamu terlalu berbakat untuk pekerjaan itu."Aku tercengang, Dorin memang pintar menghibur orang.Dia menambahkan, "Tunggu aku. Setelah berhasil memasuki industri hiburan, aku akan mengajakmu jalan-jalan."Saat baru lulus, hal seperti itu terjadi
"Hei! Audrey? Bukankah ini Audrey?"Henry melintas di depanku dengan beberapa langkah dan menghalangi jalanku.Aku mengerutkan kening dan mendongak untuk melihat Zayn di belakangnya.Entah apakah ini adalah kesialanku atau apa.Setiap kali aku tidak ingin melihat Zayn, aku selalu bertemu dengannya.Saat harus meminjam uang darinya, aku jarang bertemu dengannya.Henry menatapku sambil tersenyum, "Audrey, kamu baik-baik saja di acara dansa malam itu, 'kan? Kamu tiba-tiba kabur di tengah pesta dan aku mengkhawatirkanmu."Aku tertawa di dalam hati.Henry ini hanyalah orang licik. Saat acara dansa, aku ditipu olehnya dan dia masih berani mengatakan ini.Tepat saat aku memikirkan tentang Henry di dalam hatiku.Zayn tiba-tiba berkata sambil tersenyum, "Audrey? Ha, cara memanggilnya begitu mesra. Aku tidak tahu ternyata hubungan kalian sudah begitu dekat."Zayn hanya terkekeh, tetapi itu membuat kulit kepalaku mati rasa.Dia sudah curiga terhadap sesuatu antara aku dan Henry ini, sekarang dia
Henry mengatakan sesuatu kepada pewawancara.Pewawancara mengangguk dengan antusias, "Hei, kalau begitu aku akan pergi bekerja dulu. Kalau Pak Henry dan Pak Zayn membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk panggil kami."Setelah pewawancara pergi, Zayn menatapku dengan penuh arti."Ini yang kamu sebut pekerjaan yang sangat bagus?"Dia mengucapkan kata-kata "sangat bagus" dengan sangat lantang.Aku menunduk dan berkata dengan suara rendah, "Benar, menurutku ini pekerjaan yang bagus!""Oh ...."Suara Zayn terdengar lebih panjang lagi dan sinis.Dia berkata dengan santai, "Sayangnya kamu tidak lolos."Aku meremas CV di tanganku tanpa bisa menahan diriku lagi dan berteriak kepadanya, "Benar, aku tidak lolos! Pekerjaan yang mudah saja tidak bisa kudapatkan! Aku tidak berguna dan cuma bisa hidup enak. Sudah puas!?"Zayn berkata dengan dingin, "Aku tidak bicara seperti itu tentangmu, kamu sendiri yang meremehkan dirimu."Heh, dia tidak mengatakan itu padaku.Akan tetapi, bagian mana dari kalimat s
Kupikir itu jelas bukan hal yang baik untuk dikatakan.Aku tersenyum dan berkata, "Katakan saja."Aku sudah cukup terpukul beberapa hari terakhir ini hingga tidak lagi takut dengan kata-kata menohok.Bik Nur berkata dengan suara rendah, "Tuan, menyuruhku untuk memberitahumu kalau kamu benar-benar bosan di rumah, kamu bisa mengembangkan hobi dan jangan mencari pekerjaan sepanjang hari ... dia juga bilang pekerjaan tidak cocok untukmu."Tiba-tiba aku tertawa terbahak-bahak.Pekerjaan tidak cocok untukku?Siapa bilang!?Aku hanya ingin bekerja untuk menunjukkan kepadanya.Aku yakin pasti bisa menghidupi diriku sendiri.Aku sudah muak dengan pukulan itu, tetapi sekarang aku malah merasa termotivasi untuk berjuang setelah mendengar ucapan menohok Zayn.Bik Nur terkejut setelah melihat cibiran di wajahku, "Nona, ka ... kamu baik-baik saja, 'kan?"Aku mendengus dan berkata, "Tidak apa, aku baik-baik saja. Nanti masaklah lebih banyak makanan enak. Aku mau makan sampai kenyang agar besok aku pu
"Kebanyakan orang di Kota Jenara mengenalmu. Meskipun kalian sekeluarga berada dalam kesulitan, mereka tidak akan mengira mantan wanita kaya benar-benar bisa melakukan pekerjaan seperti itu.""Mereka tidak mau merekrutmu karena takut kamu tidak bisa bekerja di bawah tekanan dan kabur yang cuma akan menambah beban kerja mereka.""Audrey kita sangat luar biasa."Aku menatapnya dengan air mata berlinang.Dorin benar-benar seperti matahari kecil yang selalu menghangatkanku.Setelah menghiburku, Dorin menarikku ke lantai dansa.Akan tetapi baru saja berdiri, kami berdua menabrak seorang wanita.Aku hendak meminta maaf ketika wanita itu tiba-tiba berteriak dengan angkuh, "Siapa kalian!? Tidak punya mata, ya!?"Dorin adalah wanita dengan tabiat buruk dan setelah mendengar ini, dia pun langsung naik pitam, "Kamu yang tidak punya mata, seluruh keluargamu tidak punya mata.""Kamu ...." Wanita itu memelototi Dorin dengan marah dan langsung menarik pria yang sedang menelepon sambil bersikap manja,
"Mau ngapain? Kita sudah sampai di depan pintu dan semua orang melihatmu. Agak memalukan kalau kamu pergi lagi."Henry tersenyum licik padaku.Aku juga tidak perlu berbalik untuk merasakan tatapan dingin yang tertuju padaku.Aku berbalik dengan kaku dan melihat Zayn duduk di kursi C sambil menatapku dengan tatapan dingin.Aku menggertakkan gigi dan berkata pada Henry, "Bukankah kamu bilang tidak datang dengan Zayn?"Henry berkata dengan geli, "Aku memang tidak datang dengannya, tapi dia datang ke sini lebih dulu."Setelah terdiam sebentar, Henry tertawa lagi, "Kenapa? Audrey, sejak kapan kamu begitu takut pada Zayn? Seingatku dulu kamu begitu mendominasi di hadapannya, bukan?""Siapa bilang kami takut padanya!?"Dorin berteriak pada Henry dengan marah.Kemudian dia meraih tanganku dan berkata, "Ayo masuk, kita tidak boleh membiarkan mereka meremehkan kita."Aku pun masuk ke dalam dengan kaku.Baru kemudian aku menyadari ada kue besar berlapis-lapis di atas meja.Cindy sedang duduk di s
Aku hendak membantah, kemudian Cindy tiba-tiba berkata, "Sudahlah, Nona Audrey bisa memenangkan hati Kak Henry itu karena dia mampu. Kalian jangan mengkritiknya lagi.""Aduh, kami cuma melakukannya demi Pak Zayn. Kami juga tahu bagaimana wanita ini menindas Pak Zayn sebelumnya.""Benar. Atas dasar apa dia masih bisa muncul di kalangan kita?"Dorin berkata dengan marah, "Apa maksudmu masih bisa muncul di kalangan kalian? Lucu sekali, seberapa mulia kalangan kalian?""Pergi, pergi ... kamu itu nona terbuang dari Keluarga Brighton. Kamu tidak punya hak untuk berbicara di sini. Minggir!"Dorin sangat marah.Aku menggenggam tangannya dan berkata kepada semua orang dengan suara lirih, "Karena tidak ada yang menyambut kami, kami tidak akan mengganggu kegembiraan kalian. Sampai jumpa."Setelah mengatakan itu, aku hendak menarik Dorin pergi.Sejak awal aku tidak ingin terus berada di sini.Henry masih ingin menghentikanku, tetapi saat ini Zayn yang dari tadi diam tiba-tiba berbicara."Seharusny
Aku merasa depresi lalu mengerutkan kening sambil melihat Henry tersenyum jahat padaku.Cindy menutup mulutnya dan tertawa, "Aduh, Kak Henry, kenapa sengaja mengincar Nona Audrey?"Cindy tertawa dengan ambigu.Dalam sekejap, aku merasakan tatapan dingin Zayn kembali tertuju padaku.Zayn duduk di hadapanku, tatapan matanya terlihat sangat menindas.Aku menundukkan kepalaku, hatiku merasa sangat tertekan.Henry berkata padaku, "Audrey, kamu pilih katakan sejujurnya atau tantangan?"Aku menatap Dorin dengan tidak berdaya.Dorin merentangkan tangannya ke arahku yang berarti bahwa dirinya tidak bisa membantuku.Yang lain sudah mulai mendesak aku untuk dengan cepat memilih.Aku ragu-ragu dan berkata, "Aku akan pilih mengatakan yang sejujurnya.""Haha ...."Henry tertawa, "Kalau begitu aku akan mengajukan pertanyaan."Aku mengangguk.Henry berkata, "Apa kamu pernah menyukai Zayn?"Hatiku bergetar, tanpa sadar aku menatap Zayn, tapi aku bertemu dengan tatapan mata kejam dari Zayn.Jantungku be
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak
Aku menatap Irvin dengan tatapan curiga, "Akhirnya pacarmu mau bertemu dengan kita? Jangan-jangan kamu nggak bilang padanya kalau kamu membawaku?""Ck!"Raut wajah Irvin langsung memasam. "Lihatlah, kamu meragukan kebaikan orang lain dengan pikiran jahatmu. Aku sudah bilang padanya kalau aku akan bawa kamu untuk menemuinya.""Awalnya Sella bilang kondisinya masih buruk, rumahnya juga sangat berantakan, dia takut meninggalkan kesan yang buruk padamu.""Kemudian aku bilang pada Sella kalau kamu nggak keberatan, baru dia memperbolehkan kita pergi ke rumahnya.""Tapi kamu malah memikirkan hal-hal yang negatif tentangnya lagi."Aku melirik Irvin tanpa mengatakan apa pun.Berdasarkan sikap Irvin yang selalu melindungi pacarnya, semua ucapanku salah di matanya.Lupakan saja, aku hanya ingin menemui Sella untuk memastikan dia tidak bermasalah.Aku berharap Sella benar-benar tidak bermasalah dan tulus menyukai Irvin. Dengan ini, sumber ginjal yang ditemukan kemungkinan besar tidak bermasalah.A
Arya berpikir sejenak, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak kenal, kenapa?""Herman bilang Sella adalah adik seperguruannya, jadi aku berpikir kamu kemungkinan mengenal Sella karena kamu berteman dengan Herman.""Aku nggak kenal," ujar Arya. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Herman adalah pria yang tampan, jadi ada banyak adik seperguruan yang mengejarnya, aku nggak terlalu memerhatikan hal ini. Mungkin aku pernah bertemu dengan Sella yang kamu maksud, tapi aku nggak punya kesan apa pun pada namanya."Arya tertegun sejenak, lalu bertanya, "Ada masalah apa, Audrey?"Aku menceritakan semuanya pada Arya.Arya terdiam selama beberapa saat, lalu bertanya dengan suara yang berat, "Bagaimana situasi Bibi sekarang?""Kondisi ibuku sudah stabil sekarang, tapi sebelum ini dokter bilang kalau ibuku cuma punya waktu enam bulan lagi. Kalau kami masih nggak menemukan ginjal yang cocok untuk melakukan transplantasi ginjal, ibuku mungkin akan mengalami gagal ginjal.""Jadi aku mau tanya ten
Saat aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sebelum ini, aku tidak sengaja melihat Arya sedang berbicara dengan seorang dokter.Setelah dipikir-pikir, dokter yang berbicara dengan Arya sepertinya adalah Dokter Herman.Pantas saja aku merasa Herman sangat familier.Saat itu aku hanya menatap mereka dari kejauhan, jadi kesanku pada Herman tidak terlalu kuat. Tapi tampang dan temperamen Herman sangat menonjol, jadi kurang lebih aku memiliki sedikit kesan tentangnya.Ternyata Herman adalah teman Arya?Apakah Arya meminta bantuan Herman untuk membuat hasil pemeriksaanku yang menunjukkan bahwa aku tidak bisa mengandung?Saat sedang berpikir, Irvin tiba-tiba menarik lenganku, "Kenapa kamu malah bengong? Aku sedang bicara denganmu."Aku menarik diri dari pikiranku, lalu meliriknya, "Kenapa?""Sella jatuh sakit karena ibu kita, jadi aku mau menjenguknya. Apakah kamu mau pergi bersamaku?""Baiklah."Tentu saja aku akan pergi dengan Irvin, karena aku sangat ingin melihat wajah pacar
"Ya, kami lulus dari sekolah kedokteran yang sama, saat ini Sella bekerja sebagai perawat magang di rumah sakit kami."Aku ingin bertanya lebih banyak, tapi kakakku menarik lenganku dan berbisik kepadaku, "Apa yang kamu lakukan? Bertanya hal-hal yang lain. Tidak sopan sama sekali.""Dokter Herman sudah membantu Ibu menemukan ginjal yang cocok.""Kamu hanya perlu mengucapkan terima kasih banyak pada Dokter Herman. Kenapa tanya yang lainnya?"Aku melirik kakakku.Apa kakakku pikir mudah untuk menemukan ginjal?Herman tampaknya melihat kecurigaanku.Herman mengeluarkan kartu identitas kerjanya sambil tersenyum padaku. "Nona Audrey, ini kartu identitas kerjaku."Aku melihatnya sekilas.Herman, Dokter Penyakit Dalam, Rumah Sakit Harmoni.Aku menuliskan nama rumah sakit itu dan memuji Herman, "Profesor Herman benar-benar hebat.""Nona Audrey, terima kasih atas pujianmu." Herman menyingkirkan lencana kerjanya dan berkata padaku, "Aku baru saja memeriksakan ibumu secara menyeluruh. Kondisi fis