Zayn tiba-tiba membuatku berbaring telentang dan menindih tubuhku.Cahaya bulan masuk melalui celah gorden.Aku samar-samar dapat melihat mata Zayn yang hitam kelam, seperti ingin menyedot jiwa orang ke dalamnya.Zayn mencondongkan tubuh ke depan untuk berbisik di telingaku. Suaranya tidak lagi mendominasi, melainkan lembut.Zayn tersenyum. "Oke, oke, kamu tidak mau. Aku yang mau."Aku terdiam.Kelembutan Zayn yang tiba-tiba membuatku tidak bisa marah.Tanpa sadar, piamaku dilepas oleh Zayn.Zayn mencium bibirku. Dia merayuku dengan suara serak, "Kamu juga harus aktif, oke? Aku suka keaktifanmu."Entah mengapa, Zayn seperti berubah menjadi orang lain. Zayn sangat lembut, bahkan terasa tidak nyata.Aku tanpa sadar meraba pipi Zayn.Zayn tiba-tiba menggenggam tanganku, mengecup telapak tanganku dengan bibirnya yang hangat. Hatiku tersentak kaget.Di dalam kegelapan, Zayn sepertinya berubah.Zayn mencondongkan tubuh ke depan, lalu menahan tanganku di atas kepala dan menyilangkan tangan de
Zayn mulai jengkel terhadap nada dering itu.Di bawah pantulan cahaya dari layar ponsel, aku melihat Zayn mengernyit. Sepertinya ada keagresifan yang pekat di dalam matanya.Aku merapatkan bibir, lalu berkata dengan suara pelan, "Jangan marah. Mungkin dari Henry, ada urusan kerja. Kamu jawab dulu."Setelah jeda sebentar, aku menambahkan, "Habis itu, kalau tidak ada urusan penting, kita lanjut."Kalimat terakhirku jelas membuatnya senang.Keagresifan dalam tatapan mata Zayn memudar.Zayn berucap, "Lain kali, aku pasti matikan ponsel."Zayn memiringkan badan untuk meraih ponselnya yang disimpan di meja samping kasur.Seketika itu, aku sepertinya melihat nama Cindy.Jadi, itu adalah panggilan telepon dari Cindy?Zayn mengernyit ketika melihat identitas penelepon.Akan tetapi, Zayn tidak menjawab telepon, melainkan menolak. Zayn membuang ponselnya ke samping.Aku menatap Zayn dengan kaget.Zayn tidak menjawab panggilan telepon dari Cindy?Sedikit kebahagiaan melintas di hatiku.Tidak pedul
Zayn sudah berpakaian dalam waktu singkat.Zayn menatapku dengan ekspresi kompleks. "Aku pergi lihat.""Ya," sahutku dengan nada datar.Zayn merapatkan bibir seraya menatapku, ragu untuk berbicara.Lama kemudian, Zayn berkata, "Cindy sakit."Setelah itu, Zayn berjalan keluar.Aku mencengkeram selimut dengan erat. Timbul lagi rasa benci di dalam hatiku yang sulit ditekan.Ketika Zayn sampai di depan pintu, aku berkata dengan sarkas, "Kamu tidak bisa melihat Cindy hanya berpura-pura dari dulu? Dia pasti sengaja menelepon malam ini, lalu sengaja tidak menjawab telepon.""Cindy sangat licik dan munafik. Dia selalu pura-pura seperti mau mati, tapi apakah dia mati?""Kalau dia benar-benar mati, aku mungkin akan mengaguminya. Wanita seperti itu menjijikkan ....""Audrey!"Zayn tiba-tiba meneriakiku.Zayn berbalik badan dan menatapku dengan ekspresi mata dingin. "Jangan memfitnah Cindy. Tidak semua orang punya tubuh yang sehat sepertimu. Cindy juga tidak ingin punya penyakit seperti itu.""Cih
Terserah jika Zayn ingin memotong gajiku. Lebih baik lagi jika Zayn mengusirku.Nada dering ponselku berhenti setelah berbunyi dua kali.Aku bersandar di sofa sambil memijat kening. Aku memaksa diri untuk tidak memikirkan apa yang terjadi barusan.Tak lama kemudian, terdengar suara di luar. Pintu kamar dibuka.Tanpa perlu membuka mata, aku pun tahu itu adalah Zayn.Masing-masing dari kami mempunyai kartu akses untuk kamar ini.Aku tetap meringkuk di sofa.Ada suara langkah kaki yang berat.Sesaat kemudian, Zayn bertanya dengan suara dingin, "Kenapa kamu tidak menjawab telepon?""Ikuti Cindy." Aku menyeringai sinis. Aku tidak membuka mata, tidak ingin melihat Zayn.Detik berikutnya, kerah bajuku ditarik oleh Zayn.Lalu, aku diseret dari sofa.Aku terpaksa membuka mata. Tampaklah wajah Zayn yang sangat agresif."Cindy sakit. Kenapa kamu harus mengejeknya?""Oh ...." Aku menyeringai, lalu bertanya dengan sarkas, "Apakah dia sudah mati?""Audrey!"Zayn mencengkeram kerah bajuku. Zayn sanga
Aku disiksa Zayn selama tiga hari tiga malam di kasur.Dulu dia adalah menantu yang tinggal di keluargaku, bahkan menantu yang rendahan. Aku tidak membiarkannya menyentuhku, juga sering menghinanya.Sekarang aku jatuh miskin, dia malah kaya. Seperti balas dendam, dia pun mulai menyiksaku, seperti tenaganya dalam melakukan hal itu tidak ada habisnya....Suamiku adalah menantu yang tinggal di rumahku.Orang yang aku sukai adalah adiknya, tapi dia malah tidur denganku karena aku mabuk di acara reuni.Hal ini diketahui semua orang.Ayahku hanya bisa menikahiku dengannya, tapi syaratnya adalah dia harus menjadi menantu yang tinggal di keluargaku.Suamiku adalah anak dari ayahnya dan mantan istri. Semenjak ayahnya menikah lagi setelah bercerai, ia tidak begitu diperhatikan lagi oleh ayahnya.Akan tetapi, keluargaku sangat makmur dan aku telah menjadi anak kesayangan orang tuaku sejak kecil. Jadi ayahnya tentu saja ingin dia menjadi menantu kami.Dengan begitu, kami menikah.Akan tetapi, aku
Aku meremas jariku dan menjelaskan tujuanku dengan malu.Sorot mata Zayn tiba-tiba menjadi agak gelap dan dia tersenyum padaku dan bertanya, "Menurutmu atas dasar apa aku akan membantu kalian?"Mengetahui meminta bantuan tidak akan berhasil, aku berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah ke sini."Benar. Saat itu kami memperlakukannya dengan buruk. Meskipun dia tidak membalas dendam terhadap keluarga kami, mana mungkin dia akan membantu keluargaku?Betapa tidak tahu malunya aku sampai berani memohon padanya?Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa malu.Aku ingin melarikan diri, tetapi dia menghentikanku lagi, "Katakan padaku, Apa yang akan kamu berikan sebagai permohonan bantuan? Kalau aku merasa itu sepadan, tidak ada salahnya membantumu."Aku tertegun dan bahkan setelah memikirkannya, aku tidak bisa memikirkan apa pun yang bisa kuberi untuk memohon padanya.Tubuh ini?Heh, kalau dia benar-benar menginginkanku, kami sudah menikah selama tiga tahun dan
"Hei, bukankah ini Nona Audrey yang dulu? Istri kecil Pak Zayn yang cantik? Kenapa? Datang untuk minum? Hei ... mau minum ya minum saja, untuk apa pakai pakaian kerja?"Begitu pria itu selesai berbicara, terdengar suara tawa di ruang pribadi.Aku mengencangkan genggamanku pada gerobak dan menarik napas dalam-dalam.Sudahlah, mereka sudah menemukanku dan bertekad untuk mempermalukanku. Aku tidak bisa melarikan diri, jadi sebaiknya aku pergi ke sana dan mungkin mendapatkan beberapa tip dari mereka.Saat ini penagih utang bekerja keras setiap hari, ayahku bilang dia tidak ingin hidup lagi, ibuku menangis setiap hari dan kakakku pergi mengantar makanan setiap hari. Untuk apa aku masih mementingkan harga diri dan kesombongan yang tidak ada artinya itu?Aku mendorong troli minuman dan berusaha keras untuk mempertahankan senyuman kaku namun sopan.Aku tersenyum pada mereka dan berkata, "Kebetulan sekali. Karena kalian sudah datang, mohon lebih memperhatikan pekerjaanku, ya? Kalau kalian senan
Sudut bibirku berkedut dan aku sangat ingin berkata, "Kamu gila!"Akan tetapi, sekarang dia sudah makmur dan bukan 'orang jujur' yang bisa ditindas semua orang sebelumnya.Aku menahan keinginan untuk memakinya dan tersenyum kaku, "Pak Zayn, tolong berhenti bercanda denganku. Aku masih harus bekerja. Sampai jumpa.""Rizky bisa melakukannya, kenapa aku tidak?" Zayn tiba-tiba bertanya dengan serius dan ada cibiran di dalam nadanya.Aku mengerutkan kening, "Rizky bisa melakukannya, tapi kamu tidak bisa apanya? Apa yang kamu bicarakan?""Tadi kamu menyuruh Rizky mengeluarkan 20 miliar dan kamu akan bermain dengannya sepanjang malam. Lalu aku memberi 20 miliar, kenapa kamu tidak mau menemaniku selama satu malam?"Aku hanya bisa memutar bola mataku.Tadi aku hanya tahu Rizky mengeluarkan 200 juta sudah merupakan seluruh hartanya, mengeluarkan 20 miliar itu sama saja dengan membunuhnya, jadi aku sengaja mengatakan 20 miliar untuk memprovokasi Rizky. Tidak kusangka orang ini akan menganggapnya
Terserah jika Zayn ingin memotong gajiku. Lebih baik lagi jika Zayn mengusirku.Nada dering ponselku berhenti setelah berbunyi dua kali.Aku bersandar di sofa sambil memijat kening. Aku memaksa diri untuk tidak memikirkan apa yang terjadi barusan.Tak lama kemudian, terdengar suara di luar. Pintu kamar dibuka.Tanpa perlu membuka mata, aku pun tahu itu adalah Zayn.Masing-masing dari kami mempunyai kartu akses untuk kamar ini.Aku tetap meringkuk di sofa.Ada suara langkah kaki yang berat.Sesaat kemudian, Zayn bertanya dengan suara dingin, "Kenapa kamu tidak menjawab telepon?""Ikuti Cindy." Aku menyeringai sinis. Aku tidak membuka mata, tidak ingin melihat Zayn.Detik berikutnya, kerah bajuku ditarik oleh Zayn.Lalu, aku diseret dari sofa.Aku terpaksa membuka mata. Tampaklah wajah Zayn yang sangat agresif."Cindy sakit. Kenapa kamu harus mengejeknya?""Oh ...." Aku menyeringai, lalu bertanya dengan sarkas, "Apakah dia sudah mati?""Audrey!"Zayn mencengkeram kerah bajuku. Zayn sanga
Zayn sudah berpakaian dalam waktu singkat.Zayn menatapku dengan ekspresi kompleks. "Aku pergi lihat.""Ya," sahutku dengan nada datar.Zayn merapatkan bibir seraya menatapku, ragu untuk berbicara.Lama kemudian, Zayn berkata, "Cindy sakit."Setelah itu, Zayn berjalan keluar.Aku mencengkeram selimut dengan erat. Timbul lagi rasa benci di dalam hatiku yang sulit ditekan.Ketika Zayn sampai di depan pintu, aku berkata dengan sarkas, "Kamu tidak bisa melihat Cindy hanya berpura-pura dari dulu? Dia pasti sengaja menelepon malam ini, lalu sengaja tidak menjawab telepon.""Cindy sangat licik dan munafik. Dia selalu pura-pura seperti mau mati, tapi apakah dia mati?""Kalau dia benar-benar mati, aku mungkin akan mengaguminya. Wanita seperti itu menjijikkan ....""Audrey!"Zayn tiba-tiba meneriakiku.Zayn berbalik badan dan menatapku dengan ekspresi mata dingin. "Jangan memfitnah Cindy. Tidak semua orang punya tubuh yang sehat sepertimu. Cindy juga tidak ingin punya penyakit seperti itu.""Cih
Zayn mulai jengkel terhadap nada dering itu.Di bawah pantulan cahaya dari layar ponsel, aku melihat Zayn mengernyit. Sepertinya ada keagresifan yang pekat di dalam matanya.Aku merapatkan bibir, lalu berkata dengan suara pelan, "Jangan marah. Mungkin dari Henry, ada urusan kerja. Kamu jawab dulu."Setelah jeda sebentar, aku menambahkan, "Habis itu, kalau tidak ada urusan penting, kita lanjut."Kalimat terakhirku jelas membuatnya senang.Keagresifan dalam tatapan mata Zayn memudar.Zayn berucap, "Lain kali, aku pasti matikan ponsel."Zayn memiringkan badan untuk meraih ponselnya yang disimpan di meja samping kasur.Seketika itu, aku sepertinya melihat nama Cindy.Jadi, itu adalah panggilan telepon dari Cindy?Zayn mengernyit ketika melihat identitas penelepon.Akan tetapi, Zayn tidak menjawab telepon, melainkan menolak. Zayn membuang ponselnya ke samping.Aku menatap Zayn dengan kaget.Zayn tidak menjawab panggilan telepon dari Cindy?Sedikit kebahagiaan melintas di hatiku.Tidak pedul
Zayn tiba-tiba membuatku berbaring telentang dan menindih tubuhku.Cahaya bulan masuk melalui celah gorden.Aku samar-samar dapat melihat mata Zayn yang hitam kelam, seperti ingin menyedot jiwa orang ke dalamnya.Zayn mencondongkan tubuh ke depan untuk berbisik di telingaku. Suaranya tidak lagi mendominasi, melainkan lembut.Zayn tersenyum. "Oke, oke, kamu tidak mau. Aku yang mau."Aku terdiam.Kelembutan Zayn yang tiba-tiba membuatku tidak bisa marah.Tanpa sadar, piamaku dilepas oleh Zayn.Zayn mencium bibirku. Dia merayuku dengan suara serak, "Kamu juga harus aktif, oke? Aku suka keaktifanmu."Entah mengapa, Zayn seperti berubah menjadi orang lain. Zayn sangat lembut, bahkan terasa tidak nyata.Aku tanpa sadar meraba pipi Zayn.Zayn tiba-tiba menggenggam tanganku, mengecup telapak tanganku dengan bibirnya yang hangat. Hatiku tersentak kaget.Di dalam kegelapan, Zayn sepertinya berubah.Zayn mencondongkan tubuh ke depan, lalu menahan tanganku di atas kepala dan menyilangkan tangan de
Zayn sangat dekat denganku, hampir bersentuhan dengan punggungku.Begitu berbalik badan, aku meraba dada Zayn dan seperti berada di dalam pelukannya.Aku bergegas menarik tanganku. Aku berbisik, "Zayn, apa kamu sudah tidur?""Ada apa?"Zayn menanyaiku dengan cuek. Aku termangu.Bukankah Zayn mengatakan ingin ... melakukan itu pada malam ini?Apakah Zayn berubah pikiran?"Sudah malam, tidur saja," ucap Zayn dengan suara datar.Aku terbengong.Apa maksud Zayn?Hanya aku sendiri yang meyakinkan diriku dan berpikir tidak-tidak barusan, tetapi Zayn sama sekali tidak berminat?Berpikir demikian, pipiku makin panas.Sungguh menyebalkan.Zayn benar-benar aneh. Saat aku tidak mau, Zayn selalu memaksaku.Sekarang ketika aku sudah menerimanya dan mulai berpikir tidak-tidak, Zayn malah tidak mau.Jadi, Zayn suka menggunakan kekerasan?Ketika aku sedang melamun, Zayn tiba-tiba berbalik badan dan memelukku.Dada Zayn yang hangat bersentuhan dengan dadaku, panas sekali.Zayn bertanya dengan suara ser
Sudah beberapa kali aku hampir membuat Zayn marah. Aku tidak bisa mengelak lagi, baik secara terbuka maupun diam-diam.Jadi, ketika Zayn menanyaiku tentang hotel kali ini, aku tidak lagi menghindar. Aku langsung menyuruh Zayn kembali ke hotel sebelumnya.Bagaimanapun, barang-barang masih di hotel itu. Lebih praktis untuk mandi dan ganti pakaian.Sesampainya di hotel, Zayn menyuruhku pergi mandi.Aku mengambil pakaian ganti dan memasuki kamar mandi dalam diam.Tubuhku diselubungi hawa dingin karena baru pulang dari luar.Aku merasa sangat nyaman dan hangat karena mandi air panas.Setelah mandi, aku memakai piama dan keluar.Begitu pintu kamar mandi dibuka, Zayn langsung menoleh padaku.Zayn memalingkan tatapan setelah melihatku sekilas. Dia pergi mengambil pakaiannya di koper.Suasana tiba-tiba menjadi hening. Kami melakukan persiapan dalam diam. Entah mengapa, ada rasa canggung di dalam hatiku.Zayn sudah berjalan kemari. Aku buru-buru bergeser ke samping agar Zayn bisa masuk.Begitu m
"Tidak apa-apa, itu hanya masalah kecil. Jangan simpan di hati."Aku menghabiskan sup akar teratai, lalu berkata, "Tolong bungkus satu sup akar teratai."Saat aku pergi, penjual enggan menerima bayaran dariku. Aku tetap membayar tiga sup akar teratai itu. Bagaimanapun, usaha kecil juga susah.Begitu kembali ke tempat mobil di parkir, aku melihat Zayn bersandar pada mobil dan melamun.Dulu, Zayn pasti merokok. Hari ini, Zayn sudah beberapa kali ingin merokok, tetapi tidak jadi.Jangan-jangan Zayn ingin berhenti merokok demi persiapan hamil?Perasaan hatiku menjadi kompleks.Aku berjalan ke sana membawa bungkusan makanan."Kenapa tidak duduk di dalam? Di luar dingin."Aku berusaha memasang senyum ketika melihat wajah Zayn yang dingin.Zayn menatapku selama beberapa detik, lalu bertanya dengan cuek, "Sudah selesai makan?""Ya," jawabku sambil mengangguk.Zayn membukakan pintu mobil dan berkata dengan nada datar, "Ayo pergi, sudah lewat tengah malam.""Tunggu!"Aku buru-buru menghentikan Z
Tangan penjual gemetar.Sup itu tumpah ke badan Zayn.Penjual terkejut. Dia buru-buru menaruh mangkuk dan mengambil tisu untuk membantu Zayn mengelapnya.Penjual terus meminta maaf, "Maaf, maaf, terlalu panas tadi. Tidak sengaja tumpah. Maaf sekali.""Minggir!"Zayn menepis tangan penjual. Dia bergegas mengambil tisu untuk mengelap sup yang tumpah ke badannya.Penjual segera meminta maaf, "Maafkan aku. Aku gratiskan makanan kalian. Maaf sekali.""Pergi sana!"Zayn berteriak tanpa mendongakkan kepala. Auranya sangat mengerikan.Aku buru-buru memberi isyarat mata pada penjual agar dia segera pergi.Penjual pergi dengan sedih.Zayn terus mengelap noda di syal, tampak sangat cemas.Zayn bahkan melepas syal dan mengelap syal dengan hati-hati, seolah-olah syal itu adalah barang berharga miliknya.Akan tetapi, saat aku memberikan syal itu pada Zayn, nada suara Zayn cuek. Jadi, dugaan semacam itu sama sekali tidak mungkin.Aku merapatkan bibir, lalu berkata, "Sudah, jangan lap lagi. Itu bukan
Aku berkata dengan murung, "Kamu selalu berpikir aku punya niat buruk. Lalu, kenapa kamu membiarkanku berada di sisimu? Mencari masalah?""Apakah kamu tidak tahu? Terkadang, menyiksa seseorang juga adalah sebuah kesenangan."Aku menyeringai sinis di dalam hati.Maksud Zayn, dia memaksaku tetap berada di sisinya untuk menyiksaku.Berbicara dengan pria ini sungguh menyebalkan.Aku menundukkan tatapan dan merapatkan bibir, tidak ingin berbicara lagi.Tiba-tiba, tanganku yang lunglai di sisi tubuh digenggam oleh sebuah tangan yang hangat.Aku mendongakkan tatapan, tetapi hanya melihat punggung Zayn.Zayn menarikku berjalan ke depan. "Jangan bertele-tele. Kalau kamu sakit maag karena kelaparan, jangan salahkan aku."Aku menatap tangan Zayn dengan bengong.Tangan Zayn sangat bagus, bersih, ramping, dan memiliki sendi-sendi yang jelas.Tangan Zayn sepenuhnya membungkus tanganku.Tangan Zayn hangat sekali. Hanya sebentar saja, tanganku yang dingin menjadi hangat.Bagaimanapun, aku memiliki ras