Aku menggelengkan kepalaku dengan geli, "Tidak, aku cuma hamil. Tidak apa. Kamu tidak perlu menjagaku. Lagi pula, hotelnya mahal sekali. Aku punya tempat tinggal.""Mana bisa begitu? Begitu kamu memberitahuku kalau kamu tinggal di tengah kota, aku tahu lingkungan di sana tidak terlalu baik.""Tidak, kamu harus pindah. Kalau kamu merasa hotel itu mahal, aku akan menyewa apartemen terdekat untukmu.""Tidak perlu!" Aku memeluk Dorin dengan perasaan terharu dan berkata, "Sekarang kita harus menabung, jadi lebih baik menabung. Tempat tinggalku sangat bagus dan orang-orang di sekitarku juga sangat ramah. Jangan khawatir."Dorin menghela napas lagi, "Sayang sekali Sekarang aku cuma menjadi pemeran pendukung. Kapan aku akan menjadi artis besar dan memainkan peran wanita utama? Saat itu aku akan menjadi kaya dan bisa membelikanmu sebuah vila besar.""Bisa." Aku menatapnya dengan mantap, "Kamu pasti bisa menjadi artis besar."Sebenarnya bakat akting Dorin sangat bagus. Dia mendapat banyak tawara
Aku merasa bingung dan hendak bertanya apa yang terjadi padanya.Dorin tiba-tiba membuat isyarat agar aku diam. Aku pun segera membungkam mulutku.Dorin tersenyum senang dan berkata, "Ternyata Pak Zayn."Aku terkejut.Pak Zayn?Zayn?Dilihat dari reaksi Dorin, pasti itu Zayn!Ada apa? Kenapa Zayn tiba-tiba menelepon Dorin?Dorin menatapku, lalu menyalakan volume yang keras di ponselnya.Aku menatap ponsel dengan napas tertahan.Suara suram Zayn segera terdengar dari ponsel."Di mana Audrey?"Aku terkejut dan hanya bisa diam.Zayn mencari Dorin untuk menanyakan keberadaanku.Dorin memang ahli dalam berakting, dalam sekejap langsung berakting dengan baik.Dorin berkata dengan cemas, "Ada apa dengan Audrey? Hilang? Audrey tidak mencariku sama sekali!""Zayn, apa kamu melakukan sesuatu pada Audrey lagi? Kamu membuatnya kesal dan ingin pergi, 'kan?"Aku mengacungkan jempol pada Dorin dengan rasa kagum.Terdengar dari nada cemasnya, Audrey sama sekali tidak terlihat seperti sedang akting.Do
"Beberapa hari ini kita jangan berkomunikasi dulu. Selama Zayn tidak bisa menemukan petunjuk apa pun darimu, maka Zayn tidak akan meragukanmu."Dorin menatapku dengan cemas.Aku menepuk pundaknya dan berkata sambil tersenyum, "tidak apa-apa. Paling buruk, aku akan bersembunyi di kontrakan dan tidak akan keluar untuk sementara waktu."Dorin berkata dengan cemberut, "Baiklah, kalau terjadi sesuatu, telepon saja aku.""Kamu juga, kalau Zayn mengirim seseorang untuk membuat masalah, kamu harus bilang padaku."Aku sekarang takut Zayn akan menyakiti orang-orang di sekitarku untuk memaksa aku muncul.Aku harap Zayn tidak akan bersikap gila.Dorin pergi setelah melihat aku masuk ke mobil.Beberapa saat setelah aku masuk ke dalam mobil, kakakku menelepon aku.Kakakku bertanya dengan cemas, "Audrey, apa yang terjadi antara kamu dan Zayn? Kenapa Zayn datang mencariku?"Hatiku menjadi tegang. Sepertinya Zayn telah bertanya pada semua orang di sekitarku.Aku segera bertanya, "Kakak bilang padanya n
Aku terbangun dan segera duduk dengan panik.Tok! Tok! Tok!Ketukan pintu masih terdengar, di malam yang sunyi ini suara ketukan pintu ini sangat terdengar keras.aku mengenakan pakaian lalu bangkit dari tempat tidur.Melalui cahaya, aku melihat pintu besi ini hampir berubah bentuk, seolah-olah orang tersebut bisa mendobrak masuk.Aku merasa gugup serta takut.Aku segera mencari tongkat kayu dan berteriak ke arah pintu, "Siapa? Kalau kamu mengetuk lagi, aku akan lapor polisi.""Audrey, buka pintunya, ini Kakak."Aku tertegun. Bagaimana mungkin kakakku?Untuk apa tengah malam datang ke sini? Mungkinkah Zayn memperlakukannya dengan tidak baik, sehingga kakakku pulang ke rumahku?Setelah memikirkan hal ini, aku segera membuka pintu.Namun, begitu pintu terbuka sedikit, sebuah kekuatan yang kuat mendorong pintuku hingga terbuka. Ada sesosok tubuh tinggi menerobos masuk, auranya penuh dengan emosi dan kejahatan.Aku menatapnya dengan gemetar. Ternyata Zayn!Aku mundur dengan cepat. "Kok kam
Alfie berkata kepada ibunya dengan gembira, "Aku bilang sudah bilang kalau itu tetangga kita. Ibu malah bilang bukan."Bibi berkata sambil tersenyum, "Ya, ya, matamu yang benar-benar fokus, sekilas langsung tahu kalau itu tetangga kita."Uh ....Aku tersenyum canggung, berterima kasih atas makanan yang mereka berikan padaku hari ini dan kemudian bertanya kenapa mereka tidak berangkat kerja hari ini.Alfie berkata, "Hari ini kami libur."Setelah jeda, Alfie melihat sekilas informasi lowongan kerja dan bertanya padaku, "Kak, kamu sedang cari kerja?"Aku mengangguk.Alfie menepuk pahanya dan berkata, "Oh, kalau sedang cari kerja bilang saja padaku. Lokasi konstruksi kami sedang segera mencari staf pengolah data.""Staf pengolah data?"Aku kurang memahaminya. Ini informasi dari lokasi konstruksi, jadi aku benar-benar tidak tahu.Alfie berkata dengan penuh semangat, "Sekilas kamu terlihat orang yang berpendidikan, jadi coba saja lamar di lokasi konstruksi kami.""Aku beritahu, kalau ini ada
Aku hanya bisa mengerutkan kening.Mobil mewah itu tampak familier. Zayn sepertinya memiliki mobil model ini.Setelah melihatku menatap mobil mewah itu, Alfie berkata padaku, "Jangan dilihat. Mobil itu mahal sekali. Mobil ini bukan sesuatu yang bisa dibayangkan oleh orang seperti kita. Kita sebagai orang biasa masih harus menghadapi kenyataan.""Ya." Aku mengangguk dan tersenyum padanya.Alfie menambahkan, "Saat ini, ada banyak gadis yang matre, tapi aku katakan padamu, tidak satu pun dari mereka yang akan punya nasib baik."Sudut bibirku bergerak-gerak, kenapa Alfie tiba-tiba memberitahuku hal ini?Apa ini cara Alfie untuk mengingatkan aku agar tidak menjadi wanita matre?Aku mengabaikan semua ini dan hanya bertanya padanya, "Apa kamu tahu nama bos yang mengembangkan lokasi konstruksi ini?""Mana mungkin orang rendahan seperti kita tahu nama bosnya?""Tahu marganya?""Kami tidak berhak mengetahui nama marganya. Dik, dengarkan nasihat aku. Berharap menjadi kaya memang bagus, tapi seben
Alfie tiba-tiba berkata dengan penuh semangat, "Ibu benar, Audrey benar-benar berpendidikan. Audrey pergi ke lokasi konstruksi hari ini untuk melamar pekerjaan sebagai petugas pengolah data dan langsung diterima. Besok dia akan mulai bekerja.""Benarkah?" Bibi menatapku dengan mata cerah. "Sepertinya pendidikan Audrey tinggi. Oh, aku ingin sekali punya anak perempuan yang luar biasa sepertimu."Keduanya sangat memujiku hingga aku merasa malu.Hari ini Bibi menatapku dengan aneh.Aku segera mengganti topik pembicaraan, melihat hidangan di atas meja dan berkata sambil tersenyum, "Bibi pandai sekali memasak. Hidangan ini kelihatannya enak.""Benarkah?" Bibi buru-buru menyajikan sepiring nasi untukku dan berkata, "Kalau begitu makanlah yang banyak. Kalau ada waktu, makan saja di rumah kami."Aku menjawab dengan senyuman di wajahku, berpikir dalam hati bahwa aku benar-benar tidak bisa datang untuk mengganggu mereka lagi, aku sudah sangat malu.Bibi dengan antusias menyajikan makanan untukku
Setibanya di rumah sakit ....Aku langsung pergi ke kamar rawat kakakku untuk mencarinya. Namun, di luar dugaanku, kamar itu ternyata kosong, bahkan sprai dan selimut sudah dirapikan.Di luar pintu, kebetulan ada seorang perawat lewat. Aku segera memanggilnya dan bertanya, "Permisi, boleh tanya, pasien yang sebelumnya tinggal di kamar ini pindah ke mana?"Perawat itu membuka buku catatan pemeriksaan dan melihatnya, lalu berkata, "Yang Anda maksud adalah Irvin, ya? Dia tadi pagi baru saja urus prosedur keluar rumah sakit.""Keluar rumah sakit?" Aku terkejut.Ada apa ini?Kakakku jelas bilang masih harus tinggal di sini dua bulan lagi, kenapa tiba-tiba keluar rumah sakit?Selain itu, kenapa dia tidak kembali ke rumah kontrakan mencariku setelah keluar? Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kenapa teleponnya terus-menerus tidak bisa dihubungi?Makin kupikir, makin tidak tenang.Aku segera bertanya lagi pada perawat itu, "Jadi, dia urus prosedur keluar rumah sakit sendiri, atau ada orang lain y
"Hei!"Aldi menendang kakiku dan berkata, "Barusan Bos bilang selama kamu bersedia menyerah dan mengatakan kamu tidak sanggup melakukan pekerjaan ini, Bos kami akan mengampunimu dan tidak akan menghukummu."Aku melihat ke arah Zayn di belakangnya.Pria itu duduk malas di kursi sambil merokok, sudut bibirnya selalu menyunggingkan senyuman sinis.""Hei, aku sedang berbicara denganmu!" Aldi menendang kakiku lagi.Aku mendongak dan berkata pelan, "Kembalilah dan katakan padanya kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini."Aldi mengerutkan kening dan berkata, "Tidak kusangka ternyata kamu cukup licik, sengaja menolak kebaikan bos besar untuk menarik perhatiannya.""Tapi aku tidak mengkritikmu. Tidak mudah bagi Bos untuk melembutkan sikap padamu. Kusarankan kamu untuk menerima apa adanya.""Masih ada banyak batu bata yang tidak berguna, awas mati kelelahan karena kehabisan tenaga.""Terima kasih atas perhatianmu, Kak Aldi.""Si ... siapa yang peduli padamu? Dasar wanita tidak tahu malu." Aldi be
Dia berdiri membelakangi cahaya dan terlihat lebih muram dari sebelumnya.Aku mengerutkan kening dan bersandar, "Bukankah kamu sudah pergi?"Mata Zayn tertuju pada tanganku.Awalnya tanganku ramping, putih dan sangat cantik yang merupakan standar untuk bermain piano.Saat ini sudah dipenuhi debu dan berbagai jenis luka dan kuku sudah patah-patah.Dia melihat tanganku dengan tenang dan tidak berkata apa-apa.Penampilannya yang suram membuat orang mustahil menebak apa yang dipikirkannya.Akan tetapi dulu aku memperlakukannya seperti itu dan dia pasti berpikir ternyata hal seperti ini juga terjadi padaku.Aku bersandar pada batu bata dan tersenyum santai padanya, "Zayn, kamu senang tidak melihatku seperti ini?"Zayn tertawa, lalu mencibir, "Tanganmu cuma terluka setelah bekerja keras beberapa saat. Apa kamu pikir hukuman seperti ini sebanding dengan kebahagiaanku?""Oh!" Aku menatapnya dengan wajah datar, "Karena hukuman ini tidak sebanding dengan kebahagiaanmu, terus kenapa kamu masih me
Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap dan seluruh tubuhku terhuyung ke samping.Untung saja pinggangku ditopang oleh sentuhan kekuatan.Sebelum aku bisa berdiri teguh, terdengar tawa dari samping."Lihat, Kak Aldi ini bilang Audrey tidak tahu malu, tapi kemudian dia malah membantunya.""Benar, apa yang Kak Aldi ucapkan berbeda dari kenyataannya. Dia jelas sudah lama suka pada wanita ini dan masih tidak mengakuinya.""Benar, 'kan? Kali ini dia bereaksi dengan begitu gesit. Dia pasti membenci wanita ini karena cinta.""Pergi, pergi ... jangan banyak bicara omong kosong di sini."Aldi berkata sambil menarik tangannya seolah terlalu kotor dan menyeka tangan yang membantuku di bajunya.Aku memegang gerobak itu dengan mantap dan berkata dengan datar kepadanya, "Terima kasih."Tidak peduli bagaimanapun, tadi dia juga telah membantuku.Kalau tidak, aku pasti akan jatuh dan mungkin sesuatu terjadi pada bayi di perutku.Jadi tidak peduli seberapa jeleknya ucapan perbuatannya, aku harus mengucapk
Terlalu malas untuk memedulikannya, aku berbalik dan berjalan keluar.Dari belakang terdengar para pekerja menertawakan Alfie."Jadi pacarmu adalah orang yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu.""Ck, ck, kami tidak berani punya wanita tidak tahu malu yang seenaknya merayu pria kaya.""Benar, tadi kami iri padamu, tapi sekarang kami bersimpati padamu. Mungkin saja dia punya banyak pria di belakangmu.""Pergi, pergi, jangan bicara omong kosong di sini. Kapan aku bilang dia pacarku?"Aku mencibir dan buru-buru keluar dari kantin.Batu bata bekas tersebut diangkut dengan kendaraan khusus menuju lokasi yang ditentukan, yaitu satu kilometer ke arah barat.Kalau diangkut dengan kendaraan, akan selesai dalam dua kali perjalanan.Akan tetapi kalau menggunakan gerobak itu untuk mengangkutnya, entah berapa banyak perjalanan yang harus kulakukan.Aku melihat tumpukan batu bata bekas yang lebih tinggi dariku dengan agak putus asa.Akan tetapi saat teringat tatapan sinis Zayn, aku langsung me
"Bagaimana kalian akan menghukumnya?"Pak Kevin dan Aldi saling memandang, tetapi mereka tidak bisa menjawab untuk beberapa saat.Aldi menghela napas dan berkata, "Intinya adalah dia adalah petugas data sementara. Petugas data sementara ini menandatangani perjanjian saat bergabung dengan pekerjaan dan tidak bisa diberhentikan sesuka hati.""Benar, benar!" Pak Kevin buru-buru menjawab, "Kalau tidak, aku akan memecat karyawan yang menjengkelkan ini. Bos, kamu jangan marah kepada departemen kami cuma gara-gara dia.""Benar, Bos!" Aldi dan Pak Kevin bernyanyi dengan harmonis, "Ruang data kami selalu rajin dan teliti. Tolong jangan menghilangkan semua upaya departemen kami cuma gara-gara kotoran seperti dia.""Bos ....""Cukup!"Pak Kevin masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Zayn menyela dengan nada kesal.Seketika Pak Kevin tidak berani mengatakan apa pun.Aldi tidak berani membuka mulutnya lagi, hanya menatapku dengan tatapan penuh kebencian.Zayn mengeluarkan kotak rokoknya, mengambil
Zayn bersandar di kursinya dan tersenyum jenaka.Dia berkata kepadaku, "Dengar, bukankah pacarmu menyuruhmu untuk meminta maaf padaku? Kok masih berdiri?"Saat Zayn mengatakan ini, Alfie mendorongku ke arahnya.Senyuman Zayn menjadi semakin lebar dan tatapannya terlihat sangat sinis.Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahku.Dia menunduk untuk menatapku. Ada rasa dingin, ejekan dan kebencian di sepasang mata yang dalam.Aura intimidasi yang kuat muncul lagi.Aku ingin mundur, tetapi kakiku seolah tumbuh akar dan aku tidak bisa mengangkatnya seberapa keras aku berusaha.Dia tersenyum padaku dan tiba-tiba berkata sambil tertawa penuh arti di telingaku, "Menurutmu apakah pacarmu akan bersedia kalau aku menyuruh pacarmu untuk mengantarmu ke kasurku atau tidak?""Cukup!"Aku mendorongnya sekuat tenaga dan berteriak, "Aku sudah bilang berkali-kali kalau dia bukan pacarku, kenapa kamu selalu saja tidak mengerti!?""Aku tidak mengerti?"Zayn menertawakan dirinya sendiri, tawanya sangat din
Alfie berkata pada dirinya sendiri lagi, "Aku tahu, kemarin kamu pasti membuat pacarnya marah di restoran, jadi dia datang kemari untuk membuat perhitungan denganmu.""Pasti begitu. Kalau tidak, kenapa kemarin wanita cantik itu juga pergi tanpa membelikan apa pun kita?""Dasar kamu ini, orang itu mengundang kita dengan niat baik, tapi kamu malah membuat mereka marah. Sekarang orang itu datang untuk membuat perhitungan denganmu."Aku diam-diam menertawakan diriku sendiri.Lihatlah bahkan orang luar seperti Alfie pun tahu Cindy adalah pacar Zayn.Sambil menahan kesedihan di hatiku.Aku berbalik perlahan.Kulihat Zayn duduk santai di kursi makan dengan sebatang rokok di tangannya.Astaga. Tadi kulihat ada orang yang duduk di sana saat masuk, tetapi punggungnya menghadap ke arahku.Aku juga sama sekali tidak menyangka itu adalah dia, jadi aku tidak memperhatikannya.Kalau tahu itu adalah dia, seharusnya aku berbalik dan lari begitu masuk.Zayn menatapku sambil tersenyum, menghisap rokok da
Alfie sudah menghampiriku sebelum aku mendekat.Setelah itu, beberapa rekan kerjanya tersenyum intim ke arahku."Yo, Kak Alfie, kamu bilang pacarmu akan memasak dan mengantarkan makanan enak untukmu. Tidak kusangka apa yang kamu katakan itu benar.""Hei, kali ini Kak Alfie tidak membual. Lihat betapa cantiknya wanita cantik ini.""Benar, lihat wajahnya dan kaki lurus jenjangnya itu. Benar-benar membuat kami iri!"Aku mengerutkan kening dan menatap Alfie, "Apa maksud mereka?"Mungkin dia mendengar nada suaraku agak marah, jadi Alfie melambaikan tangan kepada para pekerja, "Sudahlah, jangan mengolok-olok kami. Audrey tidak suka bercanda.""Hei, Kak Alfie, kamu masih memanggilnya dengan mesra.""Benar, Alfie, kamu benar-benar hebat. Kapan kamu menemukan pacar secantik itu? Intinya dia bahkan memasak sendiri dan membawakannya untukmu.""Benar, pacar yang begitu cantik dan lemah lembut, tolong bantu kami perkenalkan beberapa gadis sepertinya lagi.""Aduh, tolong jangan menertawakanku lagi.
Aku tertegun sejenak, tetapi bibi itu melihatku dan langsung memanggilku sebelum aku bisa mengatakan sesuatu.Aku berjalan mendekat dan melihat penampilannya yang sangat kesakitan, jadi aku tidak tahan lagi untuk bertanya, "Bibi, ada apa denganmu?"Bibi memegang perut sambil menghela napas dan berkata dengan nada tertekan, "Kemarin kamu ajak Alfie makan di mana? Ada yang tidak beres dengan kepiting yang dibawa pulang. Aku dan Alfie muntah serta diare setelah makan.""Alfie juga bilang harga kepiting itu 7,7 juta. Kulihat bocah itu pasti sedang membual. 770 ribu masih lumayan.""Audrey, bukannya bibi mengkritikmu. Kalau kamu enggan mengeluarkan uang untuk mentraktir Alfie makan besar, kamu bisa membawanya ke warung.""Sekarang perutku masih sakit setengah mati.""Bibi, bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit untuk diperiksa?"Bibinya buru-buru melambaikan tangannya dan berkata dengan sinis, "Cuma sakit perut, ngapain pergi ke rumah sakit? Apakah berobat tidak butuh uang.""Hiss!"