“An, kamu yakin gak mau dibantuin?” tanya Ida seraya memutar badannya melihat ke belakang, di mana Riana sedang membuka pintu mobil.
Riana turun dari mobil, lalu menatap temannya itu. “Aku butuh penjahit. Memangnya kamu bisa jahit?”
“Ya jelas bisalah. Jangan menghina, ya. Kemarin aja aku berhasil jahit kaos kakiku yang bolong,” sahut Ida bangga.
Riana dan Sita seketika terpingkal dan memegangi perut mereka.
“Hahaha … gak nyangka. Kaos kaki dokter dimakan tikus,” ledek Sita sambil terus tertawa.
Ida mengerutkan bibirnya sebal. “Itu tandanya, aroma kaos kaki seorang dokter sama dengan aroma keju, sampe tikuspun doyan. Hahaha …,” sahut Ida enteng dan diakhiri dengan tawa renyah. “Udah! Buruan masuk sana! Pegawai tapi masuk kerja jam segini. Kalo aku bosmu, udah kusuruh kamu nyikat WC.”
Riana memeluk kedua sahabatnya itu, lalu berjalan masuk ke dalam butik tempatnya bekerja seraya melambaikan tangan.
“Ta, kira-kira aku bisa g
Kamus: Sarayu: Hembusan (angin) Kama: Hasrat Bhama: Nafsu Sukma: Jiwa Jangan lupa subs n komennya yak ... hehe
“Apa?! Gagal? Dasar bodoh! Kau bodoh!” pekik Xian Lie sambil melempar bantal sofa ke arah lelaki suruhannya itu.“Ma-maaf, Nona. Kalo seandainya tidak ada yang membantunya, kami pasti sudah bisa menangkapnya,” alasan lelaki berjaket hitam itu sambil memegangi dagunya yang terbalut perban.“Siapa dia? Apa kamu seperti ini karena orang itu?”“Benar, Nona. Tapi, kami tidak tahu siapa dia. Dia memakai hoodie dan masker.”Alis Xian Lie menukik tajam. Ia mengepalkan tangannya dan membanting bokongnya ke sofa.“Apa dia bilang sesuatu?”Lelaki itu menggeleng. “Tidak ada. Setelah kami pergi ke mobil, kami hanya lihat dia berjongkok di dekat perempuan itu. Tapi kami tidak dengar dia bilang apa.”“Siapa dia?” gumam Xian Lie.“Lalu … apa … yang harus kami lakukan selanjutnya, Nona?”Xian Lie menipiskan bibirnya dan menghela
Dimas berjalan gontai menuju mobilnya. Langkahnya terasa berat dan memutuskan untuk berhenti melangkah lalu menoleh ke belakang.Hampir 6 jam yang lalu ia dan Riana saling adu mulut dan selama itu pula, ia tak mampu berkonsentrasi dengan pekerjaannya dan kembali ke tempat ini, ke kos Riana.Namun, ia tak memiliki keberanian untuk masuk dan memilih pergi. Tapi lagi-lagi, hatinya terlalu berat untuk beranjak dari sana.“Eh, Pak Dimas! Hehehe … Pak, apa kabarnya?”Dimas mengalihkan perhatiannya pada suara yang menyapanya. Ia melihat sekilas pada wanita yang berjalan ke arahnya itu dan tak mengacuhkannya.“Lho, Pak! Disapa kok malah pergi?” sungut wanita itu sambil bergegas mendekati tunangan Riana yang sudah membuka pintu mobil.“Pak! Bapak marah sama Ayu? Kok Ayu sapa gak dijawab.”Dimas menepis tangan Ayu yang memegang pergelangannya dan menatap malas wanita itu.“Aku gak punya wa
Menggunakan mobil sewaan dan memakai dress sederhana, dilengkapi scraf yang dipakai sebagai penutup kepala serta kacamata hitam plus masker, Xian Lie berjalan menuju tepian pantai.Ia berdiri di bibir pantai dan celingukan ke sana ke mari sembari melihat jam di ponselnya.“Ke mana dia? Jam segini belum juga datang,” gumamnya kesal.Tak berapa lama, siluet seorang wanita yang ia tunggu, terlihat dari tempatnya berdiri. Putri semata wayang konglomerat minyak itu berkacak pinggang dan menggeram kesal.“Dasar lelet!” umpatnya pelan.“Miss Lie, maaf tadi saya ada meeting, makanya saya—”“Gak usah basa-basi. Mana fotonya.” Xian Lie mengulurkan tangan dan membuka telapak tangannya.“Anda gak sabaran ternyata.” Wanita itu mengambil ponselnya dan membuka galeri foto. “Ini. Teman saya yang jadi wartawan lepas yang ambil foto itu. Sepertinya, Trisha tak sebersih yang saya ki
Riana tersenyum tipis. “Ya, begitulah. Masih belum selesai. Tapi, gak papa. Ini ‘kan masih fitting. Selesai fitting, nanti aku betulin lagi. Yang penting pas dulu ke badannya.”Ayu menatap sedih atasannya itu. Dengan bibir bawah ia manyunkan, Ayu menunduk.“Kalo saja Ayu punya sedikiiiit aja dari kemampuan Ibu. Ayu pasti bisa bantuin Ibu,” sungut Ayu.Riana terkekeh. Wanita itu berdiri dan memutari mejanya, lalu merangkul mantan asisten pribadinya itu.“Nona Ayu Nadia, kamu bisa bantu aku dengan jadi model terkenal. Kalo kamu terkenal, kamu bisa pakai gaun rancanganku ke event-event penting, supaya karyaku lebih dikenal. Gimana? Setuju?” hibur Riana.Senyum Ayu mengembang. Ia memutar tubuhnya dan menatap ibunda Evan itu seraya mengangguk cepat.“Iya, Bu. Ayu pasti jadi terkenal,” ucap Ayu semangat.Riana menatap hangat Ayu dan melengkungkan bibirnya. ‘Kamu sangat polos, Yu&rs
“Pak, ini dokumen yang harus ditanda tangani.” Seorang lelaki berpakaian formal dan rapi, mengulurkan map ke meja kerja Irawan.Ayah kandung Dimas itu melihat sekilas map yang disodorkan sang asisten dan mengangguk.“Apa kamu sudah lakukan yang aku suruh?” tanya Irawan, masih dengan kegiatannya memeriksa file yang ada di depannya.“Sudah, Pak. Nanti jam 7 di restoran Bapak yang di Menteng, ruang VIP.”Irawan mengangguk dan tersenyum puas. Lelaki itu lantas mengambil map yang diberikan sang asisten dan menandatanganinya.“Soal host untuk talk show-nya?”“Sudah, Pak. Nona Xian Lie merekomendasikan Cathlyn.”Tangan Irawan yang sedang bergerak di atas kertas, terhenti. Ia mendongak dan melihat sang asisten.“Cathlyn? Kamu yakin?” tanya Irawan mencoba meyakinkan diri.“Benar, Pak. Ini pesan dari nona Xian Lie yang saya dapat tadi malam.” Lelak
Riana mencengkeram celana jeansnya. Ia menceku kain tebal itu. Tak peduli sakit yang terasa di jemarinya.Perutnya semakin bergolak setiap kali hembusan napas Irawan mengenai lehernya. Aroma alkohol dan tembakau begitu menyengat, menambah siksa perutnya.“Pak Irawan, apa begini cara Anda berbicara dengan calon menantu Anda? Kalau putra Anda tahu bahwa ayahnya sedang merayu tunangannya … bagaimana tanggapannya?”Riana menguatkan diri melawan lelaki itu, walau rasanya ia ingin memuntahkan isi perutnya di wajah paman kandungnya yang terus menatapnya penuh nafsu itu.Senyum Irawan memudar. Lelaki itu menarik tangannya dari bahu Riana dan memalingkan wajah. “Gak usah bawa-bawa anakku. Gak ada hubungannya sama dia.”Riana menyeringai. Ia menatap cemooh ayah tunangannya itu. “Tidak ada hubungannya? Anda saat ini sedang bersama calon istrinya dan bukan hanya itu, Anda juga memiliki pikiran mesum terhadap tunangann
“Ellena, kali ini aku ikuti saranmu buat kasih dia kelonggaran waktu. Tapi, cukup sekali ini saja,” ketus Xian Lie seraya menghempaskan bokongnya di sofa salah satu restoran mewah di kawasan jl. Jend. Sudirman.“Ck … tenang. Itu sudah cukup. Aku yakin pandangan Eric terhadapmu akan berubah setelah ini,” sahut Ellena yang ikut duduk di seberang tunangan Eric itu.Xian Lie melipat bibirnya dan menatap ragu general manager Glamorous itu. “Kau yakin?”“100%. Yang ada di mata Eric saat ini hanya Trisha. Aku yakin, dia pasti akan ikut menyalahkanmu kalo kamu memberi tekanan padanya.” Ellena melihat Xian Lie dan tersenyum seringai. “Berpura-pura berbelas kasih, tidak akan merugikanmu.”“Tapi … bagaimana kalo ternyata dia berhasil?”“Hahaha … I doubt that …,” jawab Ellena dengan tawanya.“Hmm, okay. Aku percaya sama kamu. Karena &hel
Netizen kembali dibuat heboh dengan berita soal Riana. Hampir di setiap lama berita dan media sosial, Foto-foto Riana bersama seorang lelaki yang bukan tunangannya terpasang.Bahkan dalam hitungan detik setelah dirilis, kolom komen yang memuatnya kebajiran hujatan dan sindiran.Foto-foto Riana kali ini, menjadi skandal paling heboh yang mengguncang dunia infotainment.Xian Lie menyeringai kala melihat reaksi Eric ketika melihat berita tentang Riana melalui ponselnya.“Sekarang kau bisa lihat, ‘kan? Itu warna asli wanita yang kamu cintai. Tanpa malu, dia berciuman dengan tunangannya walau baru saja dia terlibat dengan laki-laki lain!”Xian Lie mendekati Eric dan mengambil ponselnya dari tangan lelaki itu. “Sakit? Itu juga yang aku rasakan saat aku lihat kamu dengannya, Eric.Apa yang aku lakukan, hanya sebatas untuk mempertahankan milikku dari perempuan macam dia! Aku terlalu mencintaimu karena itu aku melakukann