Anak perusahaan Agustine Group yang ada di luar negeri terjadi masalah dan harus segera diatasi. Untuk sementara Nixon tidak bisa meninggalkan kantor pusat dan kebetulan Lydia ingin jalan-jalan melepas penat sehingga dia memutuskan menggantikan kakaknya.Berita tentang Lydia yang hendak keluar negeri langsung terdengar oleh Dylan satu jam kemudian. Saat ini dia sedang di ruang kantornya tengah minum teh untuk meredakan alkohol kemarin.“Apa?!” Dylan terkejut dan minumannya langsung tumpah mengenai dokumennya yang penting. Lelaki itu langsung bangkit berdiri. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat pinggangnya sedikit nyeri.“Dia keluar negeri?”Tony mengangguk dan menjawab, “Benar, yang tadi menerima hadiah kirimannya adalah Liam. Dia yang bilang sendiri kalau Bu Lydia akan keluar negeri dan kemungkinan nggak akan kembali lagi.”Wajah Dylan berubah seketika dan bertanya, “Dia ke mana? Naik pesawat apa?”Perasaan lelaki itu langsung berantakan. Dia khawatir perempuan itu membencinya dan t
Sikap Lydia yang dingin sama sekali tidak membuat Dylan marah. Mata lelaki itu terlihat penuh sayang dan lembut sambil berkata, “Nggak perlu, aku hanya tanya saja. Nggak masalah kalau kamu nggak mau bilang.”Nicky yang ada di samping mereka berdeham dan bertanya, “Bu, ini teman Ibu?”“Bukan,” ujar Lydia.“Masalahnya sudah selesai, kamu pergi setelah main-main di sini beberapa hari, ok?” ujar Nicky memberi saran.Tatapan Dylan berubah dingin ketika menatap Nicky. Terdapat emosi yang tak tersirat di kedua bola matanya. Lydia hanya mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepala sambil berkata,“Lain kali saja, ada beberapa urusan yang harus segera saya atasi.”“Sayang sekali, hati-hati di jalan,” ujar Nicky sambil mengulurkan tangannya.Lydia tersenyum sambil balas menjabat tangan lelaki itu dan pergi dari sana. Dylan bergegas mengikutinya dari belakang. Kedua orang itu terlihat sangat serasi jika berdiri bersisian. Mereka akan menjadi pusat perhatian di mana pun berada.Saat hendak masuk
Lydia mengenakan baju olahraga yang terkesan santai dan memoleskan sedikit bedak di wajahnya. Kecantikan perempuan itu semakin bertambah besar. Malvin melambaikan tangannya dan Chuck memberikan pelukan singkat dan berjabat tangan.Melani justru mengenakan terusan pendek dan dandanan yang lumayan tebal. Dia hanya tersenyum dengan sangat hati-hati dan lebih diam. Setelah pengalaman sebelumnya, dia tampak lebih menjaga sikapnya.“Halo, Lydia.”Lydia hanya tersenyum sopan. Dia merasa aneh ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh Melani. Mereka datang ke sini untuk berpetualang, kenapa penampilannya seperti mau datang ke acara penghargaan? Namun Lydia malas bersuara, yang penting perempuan itu senang dan nyaman.Semua orang sudah berkumpul, sutradara langsung memberikan kalimat pembuka dan siaran langsung dimulai. Namun mereka masih menunggu di sana karena sutradara mereka masih tidak berkata apa pun. Bahkan Dilap juga tampak tidak sabar. Hingga tiba-tiba ada yang berbisik pada sutradara
Semua perhatian terfokus pada sosok Dylan. Sutradara mengenalkan Dylan dengan sangat formal dan mengatakan bahwa kedatangan lelaki itu untuk merasakan hal baru di acara ini. Dilap terlihat sangat tidak percaya dengan kalimat tersebut.Usahanya yang baru saja naik justru menjadi milik salah satu aset Dylan lagi? yang paling penting adalah, dia harus mengucapkan terima kasih pada pamannya! Dia merasa tidak terima!Sutradara tertawa girang sambil meletakkan sebuah kotak di tengah.“Kali ini keenam bintang tamu akan dibagi menjadi tiga kelompok. Yang mendapatkan warna yang sama akan menjadi teman satu kelompok. Ketika semuanya hendak bergerak, sutradara memberi tanda untuk berhenti.“Di tangannya Pak Dylan ada satu kartu pilihan. Karena dia bintang tamu misterius, beliau memiliki keuntungan untuk memilih anggotanya sendiri.”Melani yang berdiri di samping Lydia menatap lelaki itu dengan antusias. Dia ingin sekali dipilih oleh lelaki itu karena tidak banyak perempuan yang digosipkan oleh Dy
Lydia berdiri di sana sambil menarik tangannya dan memutar bola matanya.“Cih! Bintang tamu misterius? Kalau tahu kalian mau investasi, aku nggak akan kasih Dilap satu miliar.”Alis Dylan terangkat ke atas. Dengan suara rendah dan seperti sedang berbisik dia berkata, “Kalau begitu aku minta dia kembaliin ke kamu.”Melihat Lydia yang mengacuhkannya membuat Dylan berdeham dan berkata, “Semua ini tim kreatif yang atur, kamu nggak mungkin nggak senang sepanjang acara hanya karena hubungan kita, kan?”Lydia meliriknya sambil tersenyum tipis dan berkata, “Maaf, Pak, sekarang kamu nggak akan bisa mempengaruhi perasaanku lagi. Jangan anggap kita dekat dan jangan ganggu aku cari uang untuk pelihara berondong!”Senyuman Dylan berubah kaku dan dia tidak berbicara dengan Lydia lagi. Meski dia kesal setengah mati, Dylan tetap harus sabar dan menahan dirinya. Semua ini karena ulahnya sendiri, bukan?Setelah mendengar sutradara menjelaskan peraturan permainan, ternyata memang jauh lebih aman dibandin
Wajah Melani berubah luar biasa keruh. Dilap ternyata menebak rencana perempuan itu dan membuat Melani semakin malu.“Aku … aku nggak sengaja menginjak rok aku dan jatuh!”“Oooohhh.” Dilap membulatkan mulutnya dan tampak tidak percaya.Lydia hanya menatap mereka jengah dan ingin segera menyelesaikan tugasnya. Dia membuka suara memberi saran, “Mau tukar baju?”Melani mengangguk dan bergegas berdiri. Malvin dengan hati-hati berkata, “Jangan keseleo lagi dan minta aku gendong kamu, kan? Pinggangku juga keseleo.”Wajah Melani semakin emmerah. Lelaki itu tengah menertawakan dirinya yang sudah bersandiwara pura-pura keseleo di episode sebelumnya. Dia melihat Dylan lagi dan ekspresinya datar seakan lelaki itu tahu bahwa dia sengaja jatuh. Bahkan di mata lelaki itu terlihat sorot kesal dan sebal yang semakin membuatnya malu.Siapa yang menyangka bahwa Dylan tidak menangkapnya dan justru menendangnya ke arah depan? Melani menggigit bibirnya dan wajahnya memerah. Dia memaksakan seulas senyum mas
Alis Dylan terangkat dan berkata, “Aku juga mau cari di sini.”Lelaki itu berpura-pura membuka lemari dan Lydia hanya memilih diam dan mengabaikan Dylan. Dia lanjut mencari barang di lemari. Matanya berbinar ketika melihat di dalam laci ada terdapat sebuah kotak.Perempuan itu berjinjit dan berhasil mengambil kotak tersebut. Akan tetapi kotak tersebut jatuh dan hendak mengenai keningnya. Akan tetapi rasa sakit tersebut tidak kunjung datang. Sebuah tangan yang besar dengan wangi parfum yang familiar menutupi kening dan mata Lydia.Kotak tersebut jatuh mengenai punggung tangannya dan Lydia seperti bisa merasakan rasa sakit dan perih tersebut. Namun Dylan tidak bersuara sama sekali. Detik itu, Lydia merasa hatinya terkena jatuhan kotak itu dan membuatnya tersentak.Dylan menjauhkan tangannya dan berkata, “Untung nggak kena.”Dia menyerahkan kotak yang ada di tangannya pada perempuan itu dan berkata, “Tempat yang begitu jelas nggak mungkin menyimpan sesuatu. Coba kamu lihat.”Lydia melihat
Wajah Melani berubah kaku. Semua orang bisa menebak tujuannya, tetapi dia justru tidak mendapatkan kesempatan itu. Sutradara juga langsung berbicara dan mengatakan bahwa hadiah bagi pemenang dalam babak ini adalah menjadi ketua di babak selanjutnya.Para penonton yang membaca sibuk memberikan komentar, “IQ milik Melani buat orang lain seperti ingin menertawakannya.”“Semua orang sibuk berbincang, hanya Lydia yang mencari harta dan justru nggak ketemu. Kasihan sekali.”“Hanya aku yang merasa kalau Dylan masih belum melupakan Lydia? Setiap lelaki itu menatap Lydia, tatapannya lembut sekali, kan?”***Semua orang menuju lokasi selanjutnya sesuai dengan peta yang ditemukan oleh Melani. Saat dalam perjalanan, Dilap mendekati Dylan dan dia memasang senyum licik sembari berkata,“Om, Om curang sekali. Aturan acara main diganti sesuka hati.”Dylan meliriknya sinis dan dengan dingin berkata, “Om juga bisa mendepakmu keluar, percaya?”Pemuda itu langsung tercekat sambil membelalak. Pamannya ini