Dylan ingin tahu mengapa cincin yang hilang itu ada di Lydia. Mata Lydia berkedip, jelas tidak mau menjawab pertanyaan menjengkelkan itu. Namun, dia tidak ingin terus terlibat dengan Dylan. Lebih baik, langsung katakan padanya saja.“Aku kira kamu tahu ....”Seharusnya Dylan tahu.“Suatu pagi, Olivia yang kembalikan cincin itu padaku. Kata dia, malamnya kamu minum terlalu banyak, jadi kamu bermalam di tempatnya. Terus, kamu buang cincin itu sembarangan. Karena itu, dia sendiri yang kembalikan ke aku.”Lydia tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Itu pertama kalinya dia merasa putus asa dengan pernikahan mereka. Perasaan sedih, depresi dan marah bercampur aduk, membuatnya tersesat di dunia itu. Untung saja, Lydia berhasil keluar dari masa kelam itu tepat pada waktunya.Begitu Lydia melihat kebingungan dan rasa sakit di mata Dylan, dia hanya tertawa sinis. Mungkin saja, dia salah. Dylan adalah makhluk berdarah dingin yang tidak memiliki perasaan. Bagaimana mungkin pria itu sakit kare
Di sisi lain, Thomas dan Ryadi sama-sama merasa heran karena Lydia pergi tanpa pamit. Lydia tidak pernah bersikap tidak sopan seperti itu.Di bawah tatapan tajam Ryadi, Diana akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Dia pun menceritakan semuanya.Masalah lukisan palsu itu, juga perasaan Aurel terhadap Thomas. Begitu mendengar perkataan Diana, Ryadi langsung murka. Menantunya ini selalu berperilaku baik, tidak pernah membuat masalah, sehingga dia cukup puas.Tidak disangka, sekali Diana bertingkah, dia telah membuat masalah yang tidak bisa diperbaiki lagi. Bagaimana mungkin Ryadi tidak marah?Ryadi mencari seorang ahli dan menunjukkan kepada Diana foto-foto Blazing Sun yang sedang tur pameran keliling dunia. Lukisan itu dibuat oleh Willy ketika dia berada di masa keemasan puncaknya. Setiap bagian dalam lukisan itu terkait dengan estetika dan rasio emas dari keseluruhan lukisan.Oleh karena itu, setelah Willy mempertimbangkannya, Blazing Sun menjadi satu-satu karyanya tanpa nama ikoniknya.
Setelah mendengar ucapan Aurel, Lydia menatap perempuan yang duduk di hadapannya itu sambil tersenyum santai.“Yang pertama, aku akui, aku yang lakukan itu. Tapi yang kedua, aku benar-benar difitnah ini.”Lydia tersenyum jahat, dengan sedikit rasa senang di matanya atas apa yang dialami Aurel. Benar saja, Diana seharusnya sudah tahu kalau dia ditipu. Sekarang dia bahkan tidak mau mengangkat telepon dari Aurel? Diana sama sekali tidak memberi muka.Sorot mata Aurel begitu dingin dan tegas, penuh dengan intimidasi.“Atas dasar apa kamu suruh Dylan keluarkan aku? Apakah kamu tahu betapa kerasnya aku bekerja untuk buka pasar di Kota Alusia sampai bisa mencapai jalur ini?”Aurel tidak ingin repot-repot mencari perusahaan kecil untuk diajak bekerja sama. Dia langsung mencari Tansen Group. Memang butuh banyak upaya untuk bisa mendapatkan kepercayaan Dylan.Sekarang semua kerja kerasnya hilang hanya karena beberapa kata dari Lydia? Bagaimana mungkin Aurel tidak marah?Lydia tertawa pelan denga
Akan tetapi, cinta bertepuk sebelah tangan selama sepuluh tahun? Pantas saja begitu kuat rasa benci Aurel.Lydia memperhatikan ekspresi Aurel yang kaku. Di dalam hati Lydia ada perasaan yang berat. Dia merasa kasihan kepada perempuan itu, tapi tidak bersimpati.Lydia menatap Aurel dengan serius dan berkata, “Bu Aurel, jangan salahkan orang lain atas kegagalanmu dalam hubungan. Lagi pula, perasaanmu nggak diterima, Thomas nggak suka sama kamu, semua itu bukan salahku. Aku juga bukan orang ketiga yang rusak hubungan kalian. Aku nggak wajib terima kecaman dari kamu.”Bukan berarti siapa pun yang patut dikasihani berada di posisi lebih diutamakan. Lydia berbeda dengan Aurel. Meskipun cinta mereka sama-sama bertepuk sebelah tangan. Setidaknya, Lydia telah memperjuangkannya dan mengharapkan cinta Dylan secara terang-terangan.Namun, apa yang Aurel lakukan selama sepuluh tahun itu? Apakah Aurel telah memperjuangkan cintanya? Tidak.“Tapi dia suka kamu!” tukas Aurel sambil memelototi Lydia.Ly
Lydia hanya membalasnya dengan senyum dingin. Pada awalnya, dia ingin memberitahu Thomas tentang Aurel. Namun setelah dipikir-pikir, lebih baik lupakan saja. Thomas juga tidak bisa mengaturnya.Setelah Gabrielle menyapa yang lain, dia diam-diam berjalan mendekat lalu menarik pergelangan tangan Lydia.“Lydia, aku lihat Dylan!”Lydia spontan mengerutkan kening. Tidak mengherankan jika Dylan bisa muncul di acara seperti ini. Meskipun Lydia tidak ingin bertemu dengannya, rasanya juga tidak perlu heboh seperti ini.Gabrielle memanyunkan bibirnya, hendak mengatakan sesuatu, tapi tampak ragu-ragu.“Pria yang berdiri di samping Dylan adalah pasangan kencan buta yang mamaku carikan untukku.”Lydia hampir tersedak oleh minuman di dalam mulutnya. Thomas juga tampak kaget. Keduanya diam membisu cukup lama. Ternyata Gabrielle sudah pergi kencan buta!Gabrielle menghela napas, “Mamaku yang paksa aku pergi. Lagi pula, aku nggak suka. Tapi orang tua kedua belah pihak sudah banyak bicarakan hal ini ...
Ucapan Lydia lagi-lagi membuat atmosfer di sekitar mereka membeku. Mata Dylan menatap dingin kedua orang itu secara bergantian.“Lydia, apa yang ingin kamu lakukan?” Dylan spontan bertanya.Sesuai keinginan Lydia, Dylan telah mengeluarkan Aurel dari proyek itu dan menarik Agustine Group ke dalam tim. Lydia bilang, itu adalah kompensasi dari Dylan. Setelah kompensasi selesai, mereka tidak lagi berutang apa pun satu sama lain. Kalau begitu, Dylan berhak masuk ke dunia Lydia lagi, bukan?Dylan sungguh ingin tahu apa yang ingin Lydia lakukan hari ini. Untuk apa dia melakukan hal seperti ini?Lydia melirik ke samping, ke arah Dylan. Kemudian, dia berkata dengan dingin, “Pak Dylan, meskipun yang lalu sudah berlalu, bukan berarti kamu punya hak atur-atur urusanku. Mengerti?”Saat ini, mereka bahkan tidak termasuk berteman. Oleh karena itu, tidak perlu banyak tanya, tidak perlu ikut campur urusan satu sama lain.Hanya satu kalimat membuat wajah Dylan seketika menjadi sedingin es. Mata gelapnya
Semua orang melihat pemandangan itu dengan jelas. Berarti hubungan antara Samuel dan Lydia begitu dekat. Sedangkan Dylan menjadi marah karena malu.Seketika, semua orang suka bergosip sibuk membuat spekulasi. Hubungan antar orang kaya memang rumit dan bisa berubah-ubah.Kata-kata Dylan membuat Lydia merasa sangat lucu. Atas dasar apa Dylan menanyakan urusannya? Lydia tetap diam sambil mengangkat alisnya. Dalam hati berkata, tebak saja sendiri.Justru Samuel yang memberikan penjelasan dengan gugup, “Dylan, aku nggak akrab sama dia!”Namun, Dylan sama sekali tidak melihat ke arah Samuel, apalagi mendengarkannya. Sesaat kemudian, Lucas datang dan melihat hubungan segitiga yang tidak normal ini. Dia pun menggantikan Dylan untuk bicara.“Kamu nggak akrab? Tapi kelihatannya akrab banget ....”Sudut bibir Samuel berkedut, alisnya pun mengerut.“Kamu sebenarnya di pihak mana?”Apa mungkin Lucas orang dalam yang diutus Lydia?Lucas terintimidasi oleh aura dari tubuh Samuel. Bagaimanapun, Samuel
Sudut bibir Lydia juga berkedut. Seumur hidupnya, bisa mendengar Monika memanggilnya seperti itu benar-benar bagaikan mimpi buruk. Jika dia tidak mengetahui rencana Monika lebih awal, Lydia benar-benar akan curiga ada yang salah dengan telinganya., curiga kalau hidup ini tidak nyata.Monika yang berada di depannya tetap tersenyum sopan. Ternyata dia telah mempelajari etiket dengan baik.“Kak Lydia, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa nggak kita bicara berdua saja?”Lydia mengangkat alisnya, sambil memutar gelas berisi jus anggur di tangannya. Kemudian, dia bertanya, “Apa yang bisa kita bicarakan?”Monika terdiam sejenak, lalu menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia menjawab, “Aku sudah pikir dengan serius selama beberapa hari ini. Apa yang aku lakukan padamu dulu memang agak keterlaluan. Aku ingin minta maaf dengan tulus padamu.”Lydia menjawab satu kata oh saja, lalu berkata, “Kalau begitu kamu minta maaf di sini saja. Bukankah akan lebih tulus kalau kamu minta maaf di depan s
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa