Semua orang melihat pemandangan itu dengan jelas. Berarti hubungan antara Samuel dan Lydia begitu dekat. Sedangkan Dylan menjadi marah karena malu.Seketika, semua orang suka bergosip sibuk membuat spekulasi. Hubungan antar orang kaya memang rumit dan bisa berubah-ubah.Kata-kata Dylan membuat Lydia merasa sangat lucu. Atas dasar apa Dylan menanyakan urusannya? Lydia tetap diam sambil mengangkat alisnya. Dalam hati berkata, tebak saja sendiri.Justru Samuel yang memberikan penjelasan dengan gugup, “Dylan, aku nggak akrab sama dia!”Namun, Dylan sama sekali tidak melihat ke arah Samuel, apalagi mendengarkannya. Sesaat kemudian, Lucas datang dan melihat hubungan segitiga yang tidak normal ini. Dia pun menggantikan Dylan untuk bicara.“Kamu nggak akrab? Tapi kelihatannya akrab banget ....”Sudut bibir Samuel berkedut, alisnya pun mengerut.“Kamu sebenarnya di pihak mana?”Apa mungkin Lucas orang dalam yang diutus Lydia?Lucas terintimidasi oleh aura dari tubuh Samuel. Bagaimanapun, Samuel
Sudut bibir Lydia juga berkedut. Seumur hidupnya, bisa mendengar Monika memanggilnya seperti itu benar-benar bagaikan mimpi buruk. Jika dia tidak mengetahui rencana Monika lebih awal, Lydia benar-benar akan curiga ada yang salah dengan telinganya., curiga kalau hidup ini tidak nyata.Monika yang berada di depannya tetap tersenyum sopan. Ternyata dia telah mempelajari etiket dengan baik.“Kak Lydia, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa nggak kita bicara berdua saja?”Lydia mengangkat alisnya, sambil memutar gelas berisi jus anggur di tangannya. Kemudian, dia bertanya, “Apa yang bisa kita bicarakan?”Monika terdiam sejenak, lalu menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia menjawab, “Aku sudah pikir dengan serius selama beberapa hari ini. Apa yang aku lakukan padamu dulu memang agak keterlaluan. Aku ingin minta maaf dengan tulus padamu.”Lydia menjawab satu kata oh saja, lalu berkata, “Kalau begitu kamu minta maaf di sini saja. Bukankah akan lebih tulus kalau kamu minta maaf di depan s
Seketika, Monika ketakutan sehingga dia hanya bisa mengangguk dan mengakui perbuatannya.“I-iya, maaf. Kak Lydia, aku tahu aku salah ....”Pada detik berikutnya, Lydia mengerahkan sedikit tenaga di tangannya. Tiba-tiba, terdengar suara kain robek. Lydia tiba-tiba melepaskan tangannya.Saat itu juga, Monika berteriak histeris. Dia merasakan dengan jelas tubuhnya mencondong ke depan. Namun, pada akhirnya, Lydia tidak melepaskannya. Hanya melihat Monika yang ketakutan setengah mati sambil tersenyum tipis.“Kamu sendiri yang mengakuinya, ya. Rasakan!”Monika sudah tidak tahan lagi. Dia pun berteriak keras dengan panik, “Tolong ....”Lydia tidak menghentikannya. Segera, orang-orang datang dan berkerumun. Lucas terkejut bukan main ketika melihat pemandangan itu. Dia pun cepat-cepat pergi mencari Dylan.Ya ampun, buat orang kaget setengah mati!Lydia tertawa sinis. Begitu melihat gaun Monika yang robek, dia pun mengingatkan Monika.“Gaunmu robek, kamu benar-benar ingin dilihat orang?”Monika
Dalam sekejap, suasana di dalam ruang perjamuan menjadi sunyi senyap. Mereka yang menonton sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini.Tamparan Dylan benar-benar tanpa ampun. Semua orang bisa melihat kalau pria itu menggunakan seluruh tenaganya. Dia memukul adiknya sendiri atas nama kebenaran.Monika menyentuh wajahnya yang panas. Dia telungkup di lantai, kepalanya pusing karena ditampar dengan begitu keras. Seluruh tubuhnya dingin dan gemetar hebat.Monika belum sadar apa yang terjadi. Memalukan, kejam, jelek, semua kata menghina itu dapat digunakan untuk menggambarkan Monika saat ini.Air matanya seketika jatuh. Dia mendongakkan kepala dan menatap Dylan dengan ngeri. Mata Dylan yang tajam itu dipenuhi dengan amarah yang besar. Monika tidak pernah melihat emosi seperti itu di mata kakaknya. Semua itu gara-gara dia sendiri.Pada saat ini, Monika tiba-tiba teringat dengan peringatan yang diberikan Dylan dan kakeknya. Jangan ganggu Lydia!Monika tiba-tiba merasa ada
Keesokan harinya.Setelah Dylan membawa Monika pulang ke rumah, Monika diantar keluar Kota Alusia pada malam itu juga. Tidak ada yang tahu dia dibawa ke mana.Pada saat Lydia mengetahui hal ini, dia sedang main golf dengan Kenny. Lapangan golf dikelilingi oleh tanaman hijau. Lapangan golf ini merupakan klub VIP pribadi. Lingkungannya sepi dan sunyi.Olahraga favorit Kenny adalah golf. Sejak Kenny pergi ke Lembaga Besar Penelitian Negara, Lydia sudah lama tidak bertemu dengannya. Akhirnya sekarang mereka punya waktu untuk bertemu. Lydia pun mengajak Kenny keluar untuk bersantai.Saat bermain golf, Lydia tidak bisa menemukan posisi yang tepat. Jadi dia menyerah begitu saja dan membiarkan Kenny main sendiri.Lydia bermain dengan ponselnya sebentar. Tiba-tiba dia mendapat telepon dari Gabrielle.“Hari ini aku dengar banyak gosip. Selain insiden Monika, juga ada skandal tentang kamu dan Samuel.”Usai berkata, Gabrielle bahkan terkekeh sebentar. Lydia spontan memutar bola matanya dengan kesa
Usai berkata, Lydia menoleh dan mencari Kenny. Kenny sedang menelepon seseorang. Begitu Dylan melihat Lydia menatap Kenny dengan tatapan lembut dan hangat, suhu di sekitar pria itu langsung turun drastis.Orang-orang di belakang Dylan tidak mengenal Kenny. Namun, Dylan tahu identitas asli Kenny. Di usianya yang muda, Kenny sudah meraih Similan Gold Medal. Sampai sekarang, belum ada yang memecahkan rekornya.Kenny yang menggunakan nama Sunner dengan mudah memecahkan masalah besar proyek K. Setelah lama tidak bertemu, tidak disangka Kenny muncul di sisi Lydia lagi.Tetap saja, kehadiran Kenny sangat mengganggu. Dylan menatap Lydia dengan lekat, tetap berdiri di sana dengan penampilan yang membuat orang merasa sulit untuk mendekatinya.Sedangkan Lydia sendiri terlihat sama sekali tidak peduli. Setelah negosiasi berhasil, mereka tidak saling berutang apa pun lagi?Kenny menutup telepon, lalu berjalan ke depan Lydia dengan wajah cemberut, tapi gerakannya tetap terlihat elegan. Dia menunduk
Lydia mendengus pelan, “Nggak usah pedulikan dia.”Liana bisa dianggap adik sepupu Lydia, tapi bukan adik sepupu kandung. Raya adalah adik Rizal, paman kedua Lydia. Ibu kandung Liana, Mila, membawa Liana hidup bersama Raya.Ibu dan anak itu telah tinggal lama di rumah Raya. Meskipun Raya dan Mila tidak menikah, Raya mengiyakan kalau Mila adalah istrinya, nyonya kedua keluarga Agustine.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan Lydia sekeluarga. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak peduli dengan urusan keluarga Raya.Agustine Group adalah perusahaan yang didirikan oleh Rizal dengan tangannya sendiri, tidak ada hubungannya dengan Raya. Hanya saja, karena mereka satu keluarga dan demi menghindari banyak masalah, awalnya Rizal menyerahkan bisnisnya di Kota Jenus untuk dikelola Raya.Meski mengalami kerugian selama dua tahun, Rizal juga tidak berkata apa-apa. Dia menganggap dia sedang mengeluarkan uang untuk membeli kedamaian dan ketenangan.Raya membawa Liana ke Agustine Group di
Begitu melihat Lydia ragu-ragu, Mila langsung berkata dengan panik, “Nggak harus jabatan yang penting, yang penting ada jabatannya, supervisor juga boleh. Lagi pula, kita kan satu keluarga, jangan perlakukan adikmu dengan buruk.”Lydia mengerutkan kening. Mila benar-benar berani omong besar. Dari mana dia punya muka setebal itu sampai berani datang ke sini dan meminta jabatan untuk anaknya? Terlebih lagi, sekali minta langsung minta jabatan tinggi?Lydia belum sempat bicara, Liam sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Suara tawanya bergema di seluruh ruang tamu.“Belum cukup merugikan perusahaan Om Raya, masih saja ingin merugikan perusahaan keluarga kami? Agustine Group nggak akan mempekerjakan orang yang makan gaji buta.”Lydia mengangkat alisnya. Kakaknya, Liam, sejak kapan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?Ekspresi Mila seketika membeku. Kata-kata Liam terlalu blak-blakan, sama sekali tidak memberinya muka. Biasanya Mila memamerkan kekuasaannya dengan mengandalkan status istr
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa