Lydia mendengus pelan, “Nggak usah pedulikan dia.”Liana bisa dianggap adik sepupu Lydia, tapi bukan adik sepupu kandung. Raya adalah adik Rizal, paman kedua Lydia. Ibu kandung Liana, Mila, membawa Liana hidup bersama Raya.Ibu dan anak itu telah tinggal lama di rumah Raya. Meskipun Raya dan Mila tidak menikah, Raya mengiyakan kalau Mila adalah istrinya, nyonya kedua keluarga Agustine.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan Lydia sekeluarga. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak peduli dengan urusan keluarga Raya.Agustine Group adalah perusahaan yang didirikan oleh Rizal dengan tangannya sendiri, tidak ada hubungannya dengan Raya. Hanya saja, karena mereka satu keluarga dan demi menghindari banyak masalah, awalnya Rizal menyerahkan bisnisnya di Kota Jenus untuk dikelola Raya.Meski mengalami kerugian selama dua tahun, Rizal juga tidak berkata apa-apa. Dia menganggap dia sedang mengeluarkan uang untuk membeli kedamaian dan ketenangan.Raya membawa Liana ke Agustine Group di
Begitu melihat Lydia ragu-ragu, Mila langsung berkata dengan panik, “Nggak harus jabatan yang penting, yang penting ada jabatannya, supervisor juga boleh. Lagi pula, kita kan satu keluarga, jangan perlakukan adikmu dengan buruk.”Lydia mengerutkan kening. Mila benar-benar berani omong besar. Dari mana dia punya muka setebal itu sampai berani datang ke sini dan meminta jabatan untuk anaknya? Terlebih lagi, sekali minta langsung minta jabatan tinggi?Lydia belum sempat bicara, Liam sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Suara tawanya bergema di seluruh ruang tamu.“Belum cukup merugikan perusahaan Om Raya, masih saja ingin merugikan perusahaan keluarga kami? Agustine Group nggak akan mempekerjakan orang yang makan gaji buta.”Lydia mengangkat alisnya. Kakaknya, Liam, sejak kapan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?Ekspresi Mila seketika membeku. Kata-kata Liam terlalu blak-blakan, sama sekali tidak memberinya muka. Biasanya Mila memamerkan kekuasaannya dengan mengandalkan status istr
Lydia dan Liam sama-sama mengetahui hal ini. Hanya saja, mereka masih mempertimbangkan perasaan paman mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin menggunakan hal itu untuk mengejek Mila dan Liana.Rizal pada dasarnya selalu membela anak-anaknya. Mila berani-beraninya bersikap liar di rumah mereka, dia memang pantas mendapatkannya.Sekarang raut wajah Mila sangat muram, malu dan kesal. Pada awalnya, dia ingin coba memanfaatkan kekeluargaan, tapi akhirnya dia malah gagal total. Bahkan, dia dan Liana ditertawakan oleh pelayan.Mila sudah tidak tahan lagi. Amarahnya naik hingga ke ubun-ubun. Sikap Rizal, Lydia dan lainnya membuatnya murka hingga wajahnya menjadi merah padam. Apalagi perkataan Rizal, benar-benar sudah menyulut sumbu api emosinya.“Cih! Kalau bukan karena kalian, dari dulu Raya sudah nikahi aku. Sekarang aku jadi seperti ini juga gara-gara kalian! Atas dasar apa kalian hina aku?”Lydia menatap Mila dan Liana secara bergantian, lalu dia tertawa sinis, sama sekali tidak member
Liman mengangguk setuju, lalu berkata, “Ngomong-ngomong, ulang tahun Non Lydia sebentar lagi. Ada rencana mau rayakan, nggak?”Kalau Liman tidak mengungkit soal itu, Lydia pasti sudah lupa. Ulang tahunnya sebentar lagi tiba. Lydia langsung menatap Liam sambil tersenyum.“Mau dirayakan seperti apa nggak penting. Yang penting hadiahnya harus ada, Kak Liam!”Liam seketika bergidik. Setelah dipikir-pikir, dia bahkan sudah mengeluarkan uang sebanyak 5,6 triliun. Keluar uang sedikit lagi juga tidak masalah.Liman tertawa melihat interaksi Lydia dan Liam. Awalnya, Lydia tidak ingin membuat pesta ulang tahun yang besar. Namun, setelah Mila dan Liana membuat keributan di rumahnya, Rizal memutuskan harus membuat pesta besar.Agustine Group.Lydia baru saja keluar dari ruang rapat. Dia melihat Nixon berjalan menuju pintu dengan wajah dingin. Lydia spontan mengerutkan kening, dia sangat jarang melihat Nixon marah.Setelah berpikir sejenak, dia pun mengejar sang kakak, “Kak, ada apa? Kenapa kamu be
Hotel Hilton.Banyak selebriti dan pejabat tinggi diundang ke pesta ulang tahun Lydia. Seperti yang Nixon katakan, ini juga merupakan kesempatan bagus untuk menjalin koneksi.Rizal sama sekali tidak pelit kalau sudah menyangkut soal putrinya. Dia telah menyawa satu hotel penuh. Dia menempatkan pengawal di sepanjang jalan untuk melindungi setiap tamu yang datang.Lampu yang terang benderang, pesta yang begitu meriah. Di luar ada sebuah layar besar yang menampilkan foto-foto Lydia yang cantik dan elegan.“Selamat ulang tahun, Lydia!”Kalimat itu telah mendominasi headline pencarian teratas di internet serta ruang iklan yang harganya puluhan miliar per detik.Skala acara kali ini bahkan jauh lebih megah dan mewah dibandingkan dengan pesta tahunan perusahaan sebelumnya. Keluarga Agustine memanjakan Lydia secara terang-terangan. Mereka membuat Lydia menjadi cahaya yang paling terang.Ruang tunggu hotel.Lydia dan Gabrielle serta Bella sedang merias wajah mereka. Tidak ada orang luar, karena
Dylan berdiri di sana, dengan sikap bermartabat serta penampilan yang luar biasa, membuat orang sulit untuk mengabaikannya.Dylan memang terlahir sebagai seorang pimpinan, dia selalu menjadi sorotan utama di mana pun dia berdiri.Mata pria itu tertuju pada Lydia. Ini bukan pertama kalinya dia merasa terkejut dengan kecantikan Lydia. Namun setiap kali itu terjadi, dia selalu memiliki pola pikir yang berbeda. Kali ini, dia sedikit rasa gugup yang tersembunyi di balik aura tenangnya.Begitu mata mereka berdua bertemu, segala sesuatu di sekitar mereka seakan-akan berhenti. Sunyi senyap, tidak terdengar suara dari dunia luar. Namun hanya dalam hitungan beberapa detik, Lydia sudah mengalihkan tatapannya. Dylan juga datang?Setelah Rizal selesai bicara, semua orang berdatangan untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lydia.Lydia menanggapi mereka dengan murah hati dan anggun. Sesaat kemudian, Gabrielle dan Bella datang untuk mencarinya. Belum Lydia menghela napas, begitu menoleh, dia pun
Total ada tiga hadiah. Semua orang jelas lebih antusias. Lydia mulai membuka kotak kedua dengan perasaan campur aduk.Aneh, isi dalam kotak itu adalah topi putih untuk musim gugur dan musim dingin. Modelnya sangat sederhana, tidak ada yang istimewa.Selain itu, Lydia langsung mengenali topi itu. Topi Chanel koleksi dua tahun lalu yang sudah tidak mode lagi. Saat itu, persediaan topi itu memang terbatas. Namun sekarang, topi itu tidak termasuk produk mewah edisi terbatas lagi.Gabrielle langsung mendengus sinis, “Apa-apaan ini? Aku punya model ini, model keluaran beberapa tahun yang lalu lagi. Pak Dylan terlalu asal-asalan, nih.”Sedangkan Bella melihat topi itu sambil berpikir, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lydia sendiri juga merasa kaget. Di sorot matanya ada emosi yang rumit.Lydia pun membuka kotak ketiga tanpa ragu-ragu. Sebuah gelang giok yang halus, bening dan memiliki warna yang lembut. Warnanya begitu cerah dan murni, tekstur yang terkesan mewah, tanpa cacat sedikitpun.S
Mereka menatap iri ke arah putri keluarga Agustine yang dicintai oleh banyak orang. Nixon tersenyum lalu mendekati Lydia. Lydia langsung menoleh lalu bertanya, “Ini juga salah satu programnya?”Lydia tidak ingat jika ada tautan seperti ini. Nixon tersenyum santai dengan aura kuat dan mulia. “Ya, bukan, dong,” jawab Nixon sambil sedikit memicingkan matanya. Dia menatap ke arah laki-laki yang sedang menuruni tangga.“Kayaknya aku tahu siapa orangnya,” ujar Nixon dengan nada suara tajam. “Siapa?” tanya Lydia sambil menatap ke arah yang dituju Nixon. Lydia tercengang ketika melihat ke arah pandangan Nixon. Thomas terlihat mengenakan sebuah pakaian yang indah dan rapi. Dia juga terlihat membawa sebuket bunga di tangannya. Semua orang yang melihatnya pasti tahu apa arti dari bunga di tangannya itu. Thomas terus berjalan ke arah Lydia sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.Namun, Lydia justru terlihat kaget dan panik karena dia tidak sempat untuk melarikan diri dari tempat ini.
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa