Dylan berdiri di sana, dengan sikap bermartabat serta penampilan yang luar biasa, membuat orang sulit untuk mengabaikannya.Dylan memang terlahir sebagai seorang pimpinan, dia selalu menjadi sorotan utama di mana pun dia berdiri.Mata pria itu tertuju pada Lydia. Ini bukan pertama kalinya dia merasa terkejut dengan kecantikan Lydia. Namun setiap kali itu terjadi, dia selalu memiliki pola pikir yang berbeda. Kali ini, dia sedikit rasa gugup yang tersembunyi di balik aura tenangnya.Begitu mata mereka berdua bertemu, segala sesuatu di sekitar mereka seakan-akan berhenti. Sunyi senyap, tidak terdengar suara dari dunia luar. Namun hanya dalam hitungan beberapa detik, Lydia sudah mengalihkan tatapannya. Dylan juga datang?Setelah Rizal selesai bicara, semua orang berdatangan untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lydia.Lydia menanggapi mereka dengan murah hati dan anggun. Sesaat kemudian, Gabrielle dan Bella datang untuk mencarinya. Belum Lydia menghela napas, begitu menoleh, dia pun
Total ada tiga hadiah. Semua orang jelas lebih antusias. Lydia mulai membuka kotak kedua dengan perasaan campur aduk.Aneh, isi dalam kotak itu adalah topi putih untuk musim gugur dan musim dingin. Modelnya sangat sederhana, tidak ada yang istimewa.Selain itu, Lydia langsung mengenali topi itu. Topi Chanel koleksi dua tahun lalu yang sudah tidak mode lagi. Saat itu, persediaan topi itu memang terbatas. Namun sekarang, topi itu tidak termasuk produk mewah edisi terbatas lagi.Gabrielle langsung mendengus sinis, “Apa-apaan ini? Aku punya model ini, model keluaran beberapa tahun yang lalu lagi. Pak Dylan terlalu asal-asalan, nih.”Sedangkan Bella melihat topi itu sambil berpikir, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lydia sendiri juga merasa kaget. Di sorot matanya ada emosi yang rumit.Lydia pun membuka kotak ketiga tanpa ragu-ragu. Sebuah gelang giok yang halus, bening dan memiliki warna yang lembut. Warnanya begitu cerah dan murni, tekstur yang terkesan mewah, tanpa cacat sedikitpun.S
Mereka menatap iri ke arah putri keluarga Agustine yang dicintai oleh banyak orang. Nixon tersenyum lalu mendekati Lydia. Lydia langsung menoleh lalu bertanya, “Ini juga salah satu programnya?”Lydia tidak ingat jika ada tautan seperti ini. Nixon tersenyum santai dengan aura kuat dan mulia. “Ya, bukan, dong,” jawab Nixon sambil sedikit memicingkan matanya. Dia menatap ke arah laki-laki yang sedang menuruni tangga.“Kayaknya aku tahu siapa orangnya,” ujar Nixon dengan nada suara tajam. “Siapa?” tanya Lydia sambil menatap ke arah yang dituju Nixon. Lydia tercengang ketika melihat ke arah pandangan Nixon. Thomas terlihat mengenakan sebuah pakaian yang indah dan rapi. Dia juga terlihat membawa sebuket bunga di tangannya. Semua orang yang melihatnya pasti tahu apa arti dari bunga di tangannya itu. Thomas terus berjalan ke arah Lydia sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.Namun, Lydia justru terlihat kaget dan panik karena dia tidak sempat untuk melarikan diri dari tempat ini.
Thomas memperhatikan kalau ritsleting bagian belakang pakaian Lydia tidak sepenuhnya tertutup. Hal ini membuat kulit putih Lydia terekspos. Namun, tidak ada yang menyadarinya karena rambut panjang Lydia menutupinya. Sekarang Lydia terlihat mengangkat rambutnya yang menyebabkan ritsleting yang terbuka bisa terlihat dengan jelas. Lydia berhenti dan hendak berbalik. Namun, Thomas sudah membantu menutup ritsletingnya dengan cepat ketika tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. “Maaf, Kak Lydia! Aku sudah ganggu kalian yang lagi bermesraan. Silakan kalau kalian mau melanjutkannya,” ujar seseorang yang membuka pintu yang ternyata adalah Liana. Lydia bisa tahu kalau orang itu adalah Liana hanya dengan mendengar suaranya saja. Lydia langsung melirik dingin ke arah Liana lalu berkata, “Kamu buta, ya? Apa maksudmu bilang kalau kami berdua lagi bermesraan?” Thomas langsung melepaskan tangannya lalu berkata ketus, “Siapa sih yang bilang begitu? Benar-benar nggak punya mata, ya?”Liana langsung m
Dylan mengerutkan keningnya sambil menatap Lydia dengan wajah datar. “Aku melakukan ini agar kamu bisa lihat sendiri kalau pertunjukkan bagus itu nggak akan pernah terjadi,” ujar Dylan dingin dengan amarah yang tertahan di dalam hatinya. Dylan terus menatap Lydia dengan wajah datar dan tetap mempertahankan tangannya yang bersandar di dinding. Tatapan matanya terlihat seperti binatang buas yang sedang berusaha bersabar. Kemudian dia perlahan membuka kancing jasnya dan melemparnya ke kursi yang ada di sebelahnya. Laki-laki ini terlihat sangat menggoda dengan semua gerakannya. Setelah itu, dia membuka dasinya dengan kasar dan meletakkannya di atas jasnya. Satu kancing kemeja Dylan di bagian atas tampak terbuka yang berhasil membuatnya terlihat semakin menawan dan menggoda. Dia tampak sedikit berantakan, tapi tetap terlihat menakjubkan. Lydia sejenak tertegun dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Kemudian dia buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia berusaha menekan jantungnya yan
Thomas terlihat lega setelah melihat Lydia keluar.“Aku pikir kamu diculik. Tapi kalau dipikir-pikir, justru kamulah yang mungkin menculik orang lain,” ujar Thomas sambil tersenyum dan tidak ingin menyebut nama Dylan di depan Lydia. Lydia berusaha untuk menenangkan dirinya lalu hendak turun ke lantai bawah seakan tidak terjadi apa-apa. Luka di dalam hatinya masih terasa sangat sakit. Namun, dia tetap berusaha bertahan tanpa menghiraukan perkataan Thomas. “Kak Lydia, apa Pak Dylan baik-baik saja?” tanya Liana bergegas menghampiri Lydia setelah melihat kemunculan Lydia. Lydia langsung mengerutkan bibirnya dengan wajah kesal setelah mendengar perkataan Liana. Liana seketika mengetahui jawaban dari pertanyaannya setelah melihat ekspresi wajah Lydia. Lydia pasti akan mengagumi sikap Liana jika saja dia mau berterus terang. Namun, gadis kecil manipulatif ini benar-benar membuatnya muak. Jadi, Lydia hanya mendongak sambil mengarahkan pandangannya ke lantai atas lalu berkata, “Naik saja s
Thomas harus tetap bersikap sopan dan tidak boleh mengatakan kalau mereka adalah calon saudara ipar. Thomas langsung tersenyum lalu berkata, “Tenang saja, hal seperti ini nggak akan terjadi lagi. Aku akan menyimpan cintaku di dalam hatiku ...."Nixon mengerutkan keningnya sambil menatap tajam ke arah Thomas, sedangkan Liam tidak ingin mendengarkan perkataan Thomas yang pastinya akan membuat dia merinding.“Diam!” seru Lydia dengan wajah datar lalu berbalik dan pergi. Band yang diundang oleh Liam benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa. Banyak orang yang menari dan tenggelam dalam alunan musik lives mereka yang memukau. Sebagian tamu lainnya yang tidak menari terlihat sedang mengobrol di ruang perjamuan. Lydia hendak menghampiri orang-orang yang sedang mengobrol ketika tiba-tiba ada seseorang yang muncul dan langsung menarik tangannya ketika dia baru saja sampai di pintu. Orang itu dengan cepat menyeretnya sampai ke sebuah ruang perjamuan kecil yang ada di dekat mereka. “Kena
Semua pemimpin perusahaan yang ada di sekitar Lydia langsung menyapa Rizal lalu pergi begitu saja seakan mereka tidak ingin terlibat dengan tipu muslihat yang dilakukan oleh Mila. Rizal juga terlihat bersulang sambil mengangkat gelasnya, tapi dia tidak ikut meminum minumannya sama seperti yang dilakukan oleh Lydia. Rizal juga melihat apa yang sebenarnya terjadi di antara Lydia dan Mila. Rizal juga tahu kalau orang yang datang ke acara ulang tahun Lydia kali ini sudah melebihi undangan yang mereka sebar. Karena ada banyak tamu undangan yang membawa serta kerabat mereka agar bisa mendapatkan koneksi dengan orang-orang berpengaruh yang ada di acara ini. Jadi, wajar saja kalau orang yang datang malam ini tidak semuanya adalah orang-orang yang memang benar-benar mereka undang. Rizal tutup mata akan hal ini, tapi dia juga tidak bisa ikut meminum minumannya setelah bersulang dengan banyak sekali orang. Lagi pula, bisa bersulang dengan orang seperti Rizal Agustine sudah menjadi suatu kebang
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa