Lydia dan Liam sama-sama mengetahui hal ini. Hanya saja, mereka masih mempertimbangkan perasaan paman mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin menggunakan hal itu untuk mengejek Mila dan Liana.Rizal pada dasarnya selalu membela anak-anaknya. Mila berani-beraninya bersikap liar di rumah mereka, dia memang pantas mendapatkannya.Sekarang raut wajah Mila sangat muram, malu dan kesal. Pada awalnya, dia ingin coba memanfaatkan kekeluargaan, tapi akhirnya dia malah gagal total. Bahkan, dia dan Liana ditertawakan oleh pelayan.Mila sudah tidak tahan lagi. Amarahnya naik hingga ke ubun-ubun. Sikap Rizal, Lydia dan lainnya membuatnya murka hingga wajahnya menjadi merah padam. Apalagi perkataan Rizal, benar-benar sudah menyulut sumbu api emosinya.“Cih! Kalau bukan karena kalian, dari dulu Raya sudah nikahi aku. Sekarang aku jadi seperti ini juga gara-gara kalian! Atas dasar apa kalian hina aku?”Lydia menatap Mila dan Liana secara bergantian, lalu dia tertawa sinis, sama sekali tidak member
Liman mengangguk setuju, lalu berkata, “Ngomong-ngomong, ulang tahun Non Lydia sebentar lagi. Ada rencana mau rayakan, nggak?”Kalau Liman tidak mengungkit soal itu, Lydia pasti sudah lupa. Ulang tahunnya sebentar lagi tiba. Lydia langsung menatap Liam sambil tersenyum.“Mau dirayakan seperti apa nggak penting. Yang penting hadiahnya harus ada, Kak Liam!”Liam seketika bergidik. Setelah dipikir-pikir, dia bahkan sudah mengeluarkan uang sebanyak 5,6 triliun. Keluar uang sedikit lagi juga tidak masalah.Liman tertawa melihat interaksi Lydia dan Liam. Awalnya, Lydia tidak ingin membuat pesta ulang tahun yang besar. Namun, setelah Mila dan Liana membuat keributan di rumahnya, Rizal memutuskan harus membuat pesta besar.Agustine Group.Lydia baru saja keluar dari ruang rapat. Dia melihat Nixon berjalan menuju pintu dengan wajah dingin. Lydia spontan mengerutkan kening, dia sangat jarang melihat Nixon marah.Setelah berpikir sejenak, dia pun mengejar sang kakak, “Kak, ada apa? Kenapa kamu be
Hotel Hilton.Banyak selebriti dan pejabat tinggi diundang ke pesta ulang tahun Lydia. Seperti yang Nixon katakan, ini juga merupakan kesempatan bagus untuk menjalin koneksi.Rizal sama sekali tidak pelit kalau sudah menyangkut soal putrinya. Dia telah menyawa satu hotel penuh. Dia menempatkan pengawal di sepanjang jalan untuk melindungi setiap tamu yang datang.Lampu yang terang benderang, pesta yang begitu meriah. Di luar ada sebuah layar besar yang menampilkan foto-foto Lydia yang cantik dan elegan.“Selamat ulang tahun, Lydia!”Kalimat itu telah mendominasi headline pencarian teratas di internet serta ruang iklan yang harganya puluhan miliar per detik.Skala acara kali ini bahkan jauh lebih megah dan mewah dibandingkan dengan pesta tahunan perusahaan sebelumnya. Keluarga Agustine memanjakan Lydia secara terang-terangan. Mereka membuat Lydia menjadi cahaya yang paling terang.Ruang tunggu hotel.Lydia dan Gabrielle serta Bella sedang merias wajah mereka. Tidak ada orang luar, karena
Dylan berdiri di sana, dengan sikap bermartabat serta penampilan yang luar biasa, membuat orang sulit untuk mengabaikannya.Dylan memang terlahir sebagai seorang pimpinan, dia selalu menjadi sorotan utama di mana pun dia berdiri.Mata pria itu tertuju pada Lydia. Ini bukan pertama kalinya dia merasa terkejut dengan kecantikan Lydia. Namun setiap kali itu terjadi, dia selalu memiliki pola pikir yang berbeda. Kali ini, dia sedikit rasa gugup yang tersembunyi di balik aura tenangnya.Begitu mata mereka berdua bertemu, segala sesuatu di sekitar mereka seakan-akan berhenti. Sunyi senyap, tidak terdengar suara dari dunia luar. Namun hanya dalam hitungan beberapa detik, Lydia sudah mengalihkan tatapannya. Dylan juga datang?Setelah Rizal selesai bicara, semua orang berdatangan untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lydia.Lydia menanggapi mereka dengan murah hati dan anggun. Sesaat kemudian, Gabrielle dan Bella datang untuk mencarinya. Belum Lydia menghela napas, begitu menoleh, dia pun
Total ada tiga hadiah. Semua orang jelas lebih antusias. Lydia mulai membuka kotak kedua dengan perasaan campur aduk.Aneh, isi dalam kotak itu adalah topi putih untuk musim gugur dan musim dingin. Modelnya sangat sederhana, tidak ada yang istimewa.Selain itu, Lydia langsung mengenali topi itu. Topi Chanel koleksi dua tahun lalu yang sudah tidak mode lagi. Saat itu, persediaan topi itu memang terbatas. Namun sekarang, topi itu tidak termasuk produk mewah edisi terbatas lagi.Gabrielle langsung mendengus sinis, “Apa-apaan ini? Aku punya model ini, model keluaran beberapa tahun yang lalu lagi. Pak Dylan terlalu asal-asalan, nih.”Sedangkan Bella melihat topi itu sambil berpikir, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lydia sendiri juga merasa kaget. Di sorot matanya ada emosi yang rumit.Lydia pun membuka kotak ketiga tanpa ragu-ragu. Sebuah gelang giok yang halus, bening dan memiliki warna yang lembut. Warnanya begitu cerah dan murni, tekstur yang terkesan mewah, tanpa cacat sedikitpun.S
Mereka menatap iri ke arah putri keluarga Agustine yang dicintai oleh banyak orang. Nixon tersenyum lalu mendekati Lydia. Lydia langsung menoleh lalu bertanya, “Ini juga salah satu programnya?”Lydia tidak ingat jika ada tautan seperti ini. Nixon tersenyum santai dengan aura kuat dan mulia. “Ya, bukan, dong,” jawab Nixon sambil sedikit memicingkan matanya. Dia menatap ke arah laki-laki yang sedang menuruni tangga.“Kayaknya aku tahu siapa orangnya,” ujar Nixon dengan nada suara tajam. “Siapa?” tanya Lydia sambil menatap ke arah yang dituju Nixon. Lydia tercengang ketika melihat ke arah pandangan Nixon. Thomas terlihat mengenakan sebuah pakaian yang indah dan rapi. Dia juga terlihat membawa sebuket bunga di tangannya. Semua orang yang melihatnya pasti tahu apa arti dari bunga di tangannya itu. Thomas terus berjalan ke arah Lydia sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.Namun, Lydia justru terlihat kaget dan panik karena dia tidak sempat untuk melarikan diri dari tempat ini.
Thomas memperhatikan kalau ritsleting bagian belakang pakaian Lydia tidak sepenuhnya tertutup. Hal ini membuat kulit putih Lydia terekspos. Namun, tidak ada yang menyadarinya karena rambut panjang Lydia menutupinya. Sekarang Lydia terlihat mengangkat rambutnya yang menyebabkan ritsleting yang terbuka bisa terlihat dengan jelas. Lydia berhenti dan hendak berbalik. Namun, Thomas sudah membantu menutup ritsletingnya dengan cepat ketika tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. “Maaf, Kak Lydia! Aku sudah ganggu kalian yang lagi bermesraan. Silakan kalau kalian mau melanjutkannya,” ujar seseorang yang membuka pintu yang ternyata adalah Liana. Lydia bisa tahu kalau orang itu adalah Liana hanya dengan mendengar suaranya saja. Lydia langsung melirik dingin ke arah Liana lalu berkata, “Kamu buta, ya? Apa maksudmu bilang kalau kami berdua lagi bermesraan?” Thomas langsung melepaskan tangannya lalu berkata ketus, “Siapa sih yang bilang begitu? Benar-benar nggak punya mata, ya?”Liana langsung m
Dylan mengerutkan keningnya sambil menatap Lydia dengan wajah datar. “Aku melakukan ini agar kamu bisa lihat sendiri kalau pertunjukkan bagus itu nggak akan pernah terjadi,” ujar Dylan dingin dengan amarah yang tertahan di dalam hatinya. Dylan terus menatap Lydia dengan wajah datar dan tetap mempertahankan tangannya yang bersandar di dinding. Tatapan matanya terlihat seperti binatang buas yang sedang berusaha bersabar. Kemudian dia perlahan membuka kancing jasnya dan melemparnya ke kursi yang ada di sebelahnya. Laki-laki ini terlihat sangat menggoda dengan semua gerakannya. Setelah itu, dia membuka dasinya dengan kasar dan meletakkannya di atas jasnya. Satu kancing kemeja Dylan di bagian atas tampak terbuka yang berhasil membuatnya terlihat semakin menawan dan menggoda. Dia tampak sedikit berantakan, tapi tetap terlihat menakjubkan. Lydia sejenak tertegun dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Kemudian dia buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia berusaha menekan jantungnya yan