Dengan wajah datar, Dylan mulai berbicara. Namun, ketika kata "mantan istri" terlontar, ada rasa tidak nyaman yang melanda, sukar untuk diartikulasikan."Kamu tertarik dengan rumah yang mana? Aku akan memberikannya padamu," tawar Dylan.Dia teringat Lydia yang dengan percaya diri meminta kapal pesiar dari Liam di atas panggung Share. Itu adalah pemandangan yang tak terlupakan bagi Dylan, memberinya kesan bahwa dia belum pernah memberi Lydia sesuatu yang benar-benar berarti. Mungkin, jika Lydia mau menerima rumah tersebut, hatinya akan merasa sedikit lega.Lydia tersenyum tipis, seperti mendengar sesuatu yang menggelikan, namun wajahnya tak menunjukkan banyak emosi."Hadiah untukku? Wah, Pak Dylan benar-benar dermawan. Apakah kamu selalu sebaik ini dengan semua mantanmu?" sindir Lydia, suaranya penuh nada ejekan.Dylan mengerutkan dahinya, ingin menyahut, tapi Lydia tidak memberinya kesempatan."Kamu tahu, kita ini kan 'mantan'. Artinya, kita tidak lagi memiliki keterikatan apa pun. Say
Lucas menghela napas panjang, menutupi wajahnya sejenak sebelum beranjak dan menepuk pundak Dylan. "Aku tahu aku terkesan nggak konsisten, tapi kali ini, Lydia jelas-jelas difitnah."Sungguh, Lydia mungkin membenci Dylan, tetapi bukankah Olivia sedikit berlebihan? Bagaimana mungkin dia, yang selalu terhormat, bisa berubah begitu drastis dan menganggap dirinya sebagai musuh bebuyutan Lydia?Lucas hanya bisa menggelengkan kepala, merasa Olivia terlalu dramatis dalam menciptakan realitasnya sendiri. Dengan langkah berat, dia meninggalkan ruangan tersebut.Monika, di sisi lain, terus mengutuk Lydia, dan bukan hanya karena Olivia. Dia iri pada Lydia, yang dalam semalam telah menjadi putri dari Grup Agustine dan naik daun di dunia bisnis. Sedangkan Monika merasa dirinya jatuh ke posisi terendah, terlempar dari statusnya yang semula. Bahkan keluarga Tansen memperlakukannya dengan acuh tak acuh. Dia kehilangan akses ke uang saku hanya karena Lydia mengambil kembali Zamrud miliknya. Lydia, m
Drama belum usai. Kejadian beruntun terjadi lagi.Foto-foto Dylan yang tertangkap kamera saat berada di rumah sakit tersebar luas di dunia maya. Berita heboh pun bergulir dengan cepat: Pacar terbaru Pak Dylan dirawat di rumah sakit, diduga karena campur tangan orang ketiga!Berita itu disertai gambar Olivia tergeletak lemah di ranjang rumah sakit dengan Dylan berdiri di pintu, pandangannya penuh kelembutan."Ah, cinta yang abadi... Sang selingkuhan kini berkuasa, tak adakah rasa malu?""Zaman sekarang, orang kaya tak lagi punya moral, ya? Atau ini era selingkuhan yang mendapat kenaikan pangkat?""Lydia fokus membangun karier dan mewarisi kekayaan. Menjadi kaya raya dengan usaha sendiri adalah yang terbaik!""Hubungan resmi mereka berakhir, tak ada harapan untuk berbaikan. Lydia, cintaku padamu abadi selama 10.000 tahun!""Bolehkah saya minta antri untuk jadi pacar CEO Lydia?"......Lydia terbangun di pagi hari, dan belum sempat memberitahu Kenny tentang kabar gembira pembelian rumahny
Lydia merasa kesal. Mengapa setiap berita buruk selalu dikaitkan dengannya? Kini, amarahnya sudah sampai pada titik di mana dia ingin meninju seseorang. Namun, dengan keberadaan Liam, dia merasa sedikit lebih berani."Para wartawan, saya bukan subjek berita kalian, dan saya tidak wajib menjawab pertanyaan kalian. Jika kalian mencoba menghentikan saya lagi, saya tidak akan segan-segan untuk memanggil polisi," tegas Lydia, suaranya penuh emosi. Dia tidak mau diperlakukan seolah-olah dia adalah aktris kelas tiga yang takut menghadapi skandal."Lebih lagi, Pak Dylan dan Non Olivia sudah tercipta untuk satu sama lain, kok. Saya bahkan berharap mereka bisa bersama selamanya. Saya terkejut dengan apa yang terjadi pada Non Olivia, tetapi jika dia tewas karena batu meteor, apakah kalian akan menuduh saya menyogok langit juga?" ujarnya dengan sarkasme, membuat suasana yang tadinya tegang menjadi sedikit lebih ringan. Beberapa wartawan tak bisa menahan tawa.Lydia menarik napas panjang, meredam a
Liam merasa seolah baru saja menuruti kemauan adiknya, Lydia, dengan perlakuannya yang tak biasa lembut pada reporter senior tersebut. Sungguh, Lydia kini telah berubah menjadi sosok yang tangguh!Lydia menutup ponselnya dan melirik Liam. "Kakak, aku mau rapat ke kantor, kamu gimana?"Meski baru mengalami insiden, Lydia tampak tak terpengaruh dan siap untuk rapat. Liam, dengan nada diskusi, menyahut, "Aku ingin mengajak Tiger pulang. Papa mulai sering mengomeliku, aku nggak tahan lagi!"Mendengar itu, Lydia mengangguk. Memang lebih baik jika Tiger bersama ayah atau Liam, mengingat dia akan sibuk dengan proyek di Julist Group.Liam, yang sebelumnya tampak garang, kini bersemangat. "Baiklah, aku pergi dulu," katanya, membuka pintu Lydia dengan sidik jarinya dan berlari masuk.Lydia terdiam. Dia tidak ingat memberikan akses sidik jari kepada Liam.Di Tansen Group, Tony segera melaporkan kepada Dylan tentang video Lydia yang sedang trending. Video itu menunjukkan Lydia berani menghadapi pa
Tanpa memberi Dylan sepercik perhatian pun, Lydia melangkah melewati Dylan, masuk ke gedung Julist Group. Seperti tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menghalanginya, tidak satu pun.Dia bergerak dengan anggun, melewati pintu yang dibuka oleh penjaga keamanan yang menghormatinya, mengucapkan terima kasih dengan suara yang tenang sebelum dia melanjutkan.Dylan, di sisi lain, hanya bisa mengerutkan kening, tercekat oleh ketidakpedulian Lydia yang begitu nyata.Dia sudah tidak mengenal Lydia lagi.Namun, ketika Dylan berjalan menuju pintu, segerombolan reporter mendadak muncul, mengelilinginya dengan kamera dan pertanyaan yang siap ditembakkan."Pak Dylan, apakah Anda berencana menikah dengan Olivia tahun ini?""Seberapa seriuskah Anda dengan wanita yang selalu ikut campur ini?""Berapa banyak pacar yang Anda miliki, Pak Dylan?""Apakah keluarga Tansen menerima kehadiran 'orang ketiga' ini?""Mengapa Anda terlibat dalam konflik dengan Nyonya Lydia? Apa yang ingin Anda sampaikan k
Luka-luka yang Dylan berikan tak pernah memudarkan kebencian Lydia padanya, malah semakin menguat.Kevin melihat ke arah mereka berdua dengan pandangan bingung, merasakan ketegangan yang memenuhi udara.Dylan berdiri diam, matanya gelap dan penuh kedalaman saat menatap Lydia.Sikap arogan dan acuh tak acuh Lydia semakin menegaskan pada Dylan tentang kebencian yang telah lama dipendam.Ada rasa tidak nyaman yang menggenggam hatinya, seolah-olah sedang diremas dengan kekuatan penuh.Kevin terbatuk, mengurai keadaan, "Sepertinya Bu Lydia ada benarnya …."Pada akhirnya, Dylan tak bisa tidak setuju dengan pendapat Lydia.Ketika rapat selesai dan Dylan hampir meninggalkan ruangan, Tony bergegas masuk."Pak Dylan, saham Tansen Group jatuh ...."Di ujung koridor, Lydia berdiri, dan kata-katanya terdengar nyaring di telinga Dylan."Syukurin!"Dengan suara dingin, Dylan berkata, "To the point ..."Tony, yang tidak bisa menahan diri, menyerahkan iPadnya dan menunjukkan halaman web dengan tulisan-
Monika tiba di Gedung Tansen, ponselnya pun disita. Dengan tatapan sedih, ia menatap Dylan. "Kenapa tiba-tiba memanggilku?" tanyanya.Dylan dengan tatapan tajam membalas, "Kamu pikir kenapa?"Monika, dalam kepanikan, menjawab, "Bagaimana aku bisa tahu?"Dengan sinis, Dylan berkata, "Nggak tahu?" Lalu memerintahkan kepada Tony, "Bawa dia masuk!"Tony dengan tenang membawa seorang reporter ke ruangan tersebut. Reporter itu memberi hormat, "Selamat siang Pak Dylan, Non Monika."Monika merasa tertipu. Dalam keadaan panik, ia mencoba memberikan penjelasan, "Aku nggak nyuruh dia nyerang Lydia ... Aku …."Sebelum reporter bisa menjelaskan lebih lanjut, Monika sudah terlanjur mengakui kesalahan yang dia lakukan. Dylan dengan tatapan yang semakin tajam menyahut, "Kamu masih berusaha berkelit?"Monika menarik napas, ia ingat peringatan ibunya untuk selalu menaati Dylan dan jangan sampai membuatnya marah. Tapi mengapa Lydia begitu istimewa di mata Dylan?Saat Monika hendak memohon, reporter itu d
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa