Erika dan Monika seketika terkejut dengan kemunculan Lydia yang sangat tiba-tiba. “Kok ... kamu bisa di sini?” tanya Monika bingung. Bukankah Lydia sudah diusir dari Agustine Group?Erika juga tidak kalah terkejutnya, tapi dia tetap berusaha menyembunyikannya dengan tersenyum tenang. “Ya ampun, kamu pasti mau berusaha sampai titik darah penghabisan, ya. Lydia, aku bilangin kamu sekali lagi kalau nggak ada keluarga kaya mana pun yang mau nerima sampah kayak kamu. Terlebih lagi, sampah bekasan kayak kamu,” ujar Erika sambil mencibir. Kemudian Monika juga ikut berkata dengan penuh percaya diri, “Benar, tuh! Kamu di sini pasti mau nyari masalah, kan? Sayangnya, keluarga Agustine nggak mau bantuin kamu lagi. Lydia, sekarang kamu nggak punya backingan lagi ....”Lydia hanya menunduk sambil terus tersenyum. Kemudian dia melirik kedua perempuan itu dengan tatapan malas dan pergi menuju pintu keluar toilet tanpa melontarkan sepatah kata pun. Monika yang berdiri di dekat pintu langsung meng
Rizal langsung mengangkat alisnya sambil menatap Sugiono. Kemudian dia menggeleng seraya berkata, “Saya tidak berani melakukan hal setinggi itu. Saya rasa putri saya tidak sepadan dengan keluarga Bapak.”Sugiono langsung terdiam. Kemudian dia berusaha mengubah topik pembicaraan dengan berkata, “Ada yang bilang, Agustine Group berhasil dikacaukan dengan masa lalu kelam perempuan itu. Bahkan pasar saham juga sampai bergejolak ....”Di sisi lain, Olivia berjalan sambil terus menarik tangan Monika lalu dia pun berbisik, “Kamu benar-benar lihat dia dengan jelas, kan? Gimana mungkin perempuan itu bisa ada di sini?”“Mana mungkin aku salah. Mama juga ada di sana, kok,” jawab Monika. Tatapan mata Olivia terhenti ketika dia mengikuti langkah kaki Monika menuju lantai dua. Kemudian dia menatap ke arah lantai bawah. Ada begitu banyak orang yang mengenakan berbagai macam gaun pesta. Jadi, rasanya mustahil bisa menemukan perempuan itu dalam waktu cepat di tengah kerumunan ini. “Gimana nyarinya ..
Dylan sendiri tidak mengerti, kenapa dirinya merasa sangat kesal dan marah dengan keadaan ini. Bagaimana mungkin seorang Lydia masih berani muncul di acara ini? Apa mungkin dia masih berharap dengan Nixon? Apa dia tidak tahu kalau orang-orang sudah menganggapnya sampah? Atau mungkin dia hanya takut saja untuk menghindar?Dylan terus menatap Lydia yang sedang memegang buket bunga yang sangat cantik di tangannya. Tatapan Dylan terlihat sangat dalam lalu dia pun berkata dengan nada suara kesal, “Aku nggak peduli apa yang mau kamu lakukan. Bagiku, yang terpenting kamu nggak melakukan hal itu hari ini. Aku nggak akan bisa lagi melindungimu kalau sampai kamu melakukan hal luar biasa itu hari ini.”Dylan takut bukan cuma keluarga Tansen saja yang akan memusuhi Lydia, tapi juga keluarga Agustine akan ikut memusuhinya kalau sampai Lydia melakukan hal buruk lagi hari ini. Lydia langsung tertawa dengan tatapan mata yang sangat dingin seraya berkata, “Melindungiku? Pak Dylan, kapan kamu pernah me
Cahaya lampu yang terang benderang menghiasi panggung yang terlihat sangat mewah malam ini. Seketika musik yang bergema di seluruh ruangan berhenti ketika Rizal melangkah naik ke atas panggung. Semua tamu undangan yang hadir berkumpul sambil menatap ke arah panggung. Mereka semua tahu kalau acara puncak malam ini sudah tiba. Nixon berdiri di atas panggung di samping ayahnya dengan penuh hormat sambil terus memperhatikan ayahnya berbicara. Walaupun saat ini dirinyalah yang memimpin Agustine Group dan menjadi seorang pebisnis yang terkenal di dalam dan luar negeri layaknya Dylan. Namun, dia tidak berusaha menarik perhatian orang-orang dari ayahnya. “Saya berterima kasih kepada kalian semua yang sudah hadir dalam acara perayaan hari jadi Agustine Group kami. Terima kasih atas bantuan kalian semua selama beberapa tahun terakhir. Kami bisa berada di posisi kami saat ini pastinya karena dukungan dan bantuan kalian semua. Sekarang, mari kita bersulang!” seru Rizal sambil mengangkat gelas y
Suasana di dalam ruang acara kembali sunyi setelah mereka semua mendengar perkataan Rizal. Mereka merasa seperti baru saja disambar petir dan gempa yang sangat dahsyat.Di sisi lain, tepatnya di layar besar yang berada di berbagai gedung di penjuru kota terlihat menayangkan wajah Lydia yang menjadi berita besar di seluruh kota hari ini. Semua orang yang ada di seluruh kota pastinya akan mengetahui tentang berita menggemparkan ini jika mereka melihat ke layar elektronik besar yang ada di seluruh penjuru kota. Keluarga Agustine ingin memberitahu kepada semua orang betapa berartinya seorang Lydia yang tidak akan bisa ditukar dengan harta sebesar apa pun. Semua orang benar-benar dibuat tercengang dengan kenyataan ini, terlebih lagi Sugiono yang duduk di bagian terdepan dari panggung. Wajahnya berubah gelap dan kaget dengan apa yang baru saja dia dengar. Begitu pun dengan Dylan yang terlihat sangat kaget dan penuh kebingungan. Erika dan Monika juga tidak terlihat gembira seperti sebelumn
Lydia hanya mengerutkan mulutnya tanpa mengatakan apa pun lagi dari mulutnya. Semua orang pasti sudah tahu apa yang akan dia katakan tanpa perlu dia lontarkan lagi. Semua rumor fitnah itu adalah ulah keluarga Tansen yang berusaha untuk menindas orang yang mereka tidak suka. Orang biasa pastinya dan tidak memiliki kekuatan yang sepadan dengan keluarga Tansen pastinya tidak akan bisa membela mereka dalam keadaan seperti ini. Keluarga Tansen bisa mematikan orang lain secara sosial dengan kekuatan yang mereka miliki. Namun, Lydia bukanlah orang jahat yang ingin menyembunyikan semua kebusukan keluarga Tansen dari publik. Oleh karena itu, dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kepada publik betapa buruknya keluarga Tansen. Sugiono masih berdiri di tempatnya dengan raut wajah panik sekaligus terkejut di saat yang bersamaan. Tatapan penuh penyesalan juga tidak bisa terlepas dari tatapan matanya saat ini. Lydia ternyata adalah pewaris dari Agustine Group!Pantas saja, keluarga Ta
Di saat yang bersamaan, foto-foto tentang kejadian di acara hari jadi Agustine Group sudah tersebar di internet. Foto Lydia yang sedang mengumumkan identitasnya secara langsung terpajang di layar elektronik besar yang berada di gedung Mutiara. “Sebuah kisah yang sungguh luar biasa! Seorang anak konglomerat menikah dengan menyembunyikan identitas aslinya. Dia langsung bertransformasi kembali menjadi seorang perempuan kaya raya setelah bercerai.” “Keluarga Tansen sungguh busuk. Mereka pikir bisa dengan mudahnya menindas mantan menantu mereka. Mereka nggak malu apa ya sudah memperlakukan mantan menantunya dengan buruk begitu?""Serangan balik Lydia benar-benar keren!”“Lydia benar-benar keren. Aku suka banget sama dia!”“Semua gedung yang ada di jalan yang aku lalui pasti memajang foto Lydia. Para selebriti yang biasanya terpampang di papan iklan saja nggak ada apa-apanya kalau dibandingin sama Lydia. Aku benar-benar sudah melihat sebuah sejarah yang pastinya nggak akan bisa terjadi la
Sugiono memicingkan matanya dengan raut wajah kesal. Kemudian menggertakkan giginya sambil terus menatap Rizal dan Lydia dengan penuh amarah.“Ada apa lagi? Saya sudah melihat semua drama yang kalian tampilkan. Benar-benar luar biasa!” seru Sugiono penuh amarah. Tentu saja drama yang dimaksud adalah drama yang ditunjukkan oleh keluarga Agustine untuk menjatuhkan keluarga Tansen. Pantas saja Lydia sama sekali tidak ketakutan ketika keluarga Tansen mengajukan gugatan kepada Lydia. Ternyata memang begini caranya untuk mempermainkan orang tua seperti Sugiono!Rizal terlihat melirik ke arah Dylan yang tetap terlihat tenang dan dingin dalam menghadapi situasi seperti ini. Dia cukup terkesan dengan sikap Dylan yang tenang di usianya yang terhitung masih sangat muda. Bahkan Rizal sampai berpikir kalau Dylan adalah bakat langka yang sangat sulit ditemui. Rizal sebenarnya ingin memiliki menantu seperti Dylan kalau saja Dylan tidak menyakiti putrinya berkali-kali sampai membuat dendam di dalam
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa