Sugiono memicingkan matanya dengan raut wajah kesal. Kemudian menggertakkan giginya sambil terus menatap Rizal dan Lydia dengan penuh amarah.“Ada apa lagi? Saya sudah melihat semua drama yang kalian tampilkan. Benar-benar luar biasa!” seru Sugiono penuh amarah. Tentu saja drama yang dimaksud adalah drama yang ditunjukkan oleh keluarga Agustine untuk menjatuhkan keluarga Tansen. Pantas saja Lydia sama sekali tidak ketakutan ketika keluarga Tansen mengajukan gugatan kepada Lydia. Ternyata memang begini caranya untuk mempermainkan orang tua seperti Sugiono!Rizal terlihat melirik ke arah Dylan yang tetap terlihat tenang dan dingin dalam menghadapi situasi seperti ini. Dia cukup terkesan dengan sikap Dylan yang tenang di usianya yang terhitung masih sangat muda. Bahkan Rizal sampai berpikir kalau Dylan adalah bakat langka yang sangat sulit ditemui. Rizal sebenarnya ingin memiliki menantu seperti Dylan kalau saja Dylan tidak menyakiti putrinya berkali-kali sampai membuat dendam di dalam
Olivia terperanjat setelah mendengar perkataan Lydia. Dia tidak menyangka kalau Lydia akan berbicara secara blak-blakan seperti itu kepadanya. Olivia langsung menoleh ke arah Dylan berharap Dylan akan membantunya. Namun, Dylan sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Karena tatapan mata Dylan terus tertuju ke arah Lydia. Keheningan ini sungguh tidak masuk akal baginya. Olivia langsung menundukkan kepalanya sambil mengepalkan jemarinya dengan kesal. Di sisi lain, Sugiono juga tidak berusaha membantunya sama sekali. Karena Sugiono memang tidak pernah menganggap Olivia sebelumnya. “Pak Rizal, kita hentikan semuanya di sini. Tidak perlu lagi membesar-besarkan sebuah masalah kecil,” ujar Sugiono dengan raut wajah tidak karuan. Rizal berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya. Dia tidak mengerti bagaimana putrinya bisa menahan diri selama 3 tahun belakangan? Padahal Rizal saja sudah benar-benar naik pitam karena orang-orang ini. Kemudian Rizal memanggil dua orang pelayan lalu berkata s
Lydia berhenti menggoyangkan gelas anggurnya. Kemudian dia melirik ke arah Dylan sambil tersenyum kecil. “Kenapa Pak Dylan mau tahu akan hal itu?”Bukankah sudah tidak ada artinya lagi jika dia mendapatkan jawabannya saat ini?“Jawab aku,” ujar Dylan dengan raut wajah serius. Lydia menatap ke bawah lalu mencibir seraya berkata, “Karena aku suka sama kamu, tapi keluargaku tidak.”Karena alasan inilah Lydia rela melepaskan semuanya dan menipu orang banyak hanya untuk berlari ke arah Dylan. Namun, Dylan tidak berusaha untuk menangkapnya yang menyebabkan Lydia jatuh kesakitan. "Untungnya sekarang aku sudah nggak buta lagi. Pak Dylan, lebih baik sekarang kamu kembali saja ke rumah keluargamu dan diskusikan tentang persiapan permintaan maaf kalian,” tambah Lydia. Kemudian dia menyesap anggurnya lalu pergi meninggalkan Dylan tanpa berpamitan. Di sisi lain, Rizal tersenyum ketika melihat Nixon bisa menangani para tamu dengan santai dan tenang.Namun, tiba-tiba saja dia teringat akan sesua
“Entahlah,” jawab Dylan berusaha menghindari tangan Lucas. Pertanyaan ini adalah salah satu simpul masalah yang ada di dalam hati Dylan. Dia hanya ingat kalau Olivia mengalami kecelakaan di Kota Alusia sampai kehilangan banyak darah. Saat itu, stok darah resus negatif tidak cukup untuk menyelamatkan nyawa Olivia.Kemudian Lydia datang menghampirinya dan mengatakan akan mendonorkan darah untuk Olivia dengan satu syarat, yaitu Dylan harus menikah dengannya. Keadaan saat itu sangat mendesak. Oleh karena itu, Dylan langsung saja menyetujuinya tanpa banyak berpikir lagi. Setelah itu, semuanya terjadi begitu saja. Dylan tidak menyukai dan tidak memiliki perasaan apa pun kepada Lydia. Namun, Dylan masih menghormati pernikahannya dan semua hak Lydia sebagai istrinya.Di luar ruang VIP tiba-tiba saja terdengar suara yang sangat riuh. Lucas buru-buru keluar untuk melihat apa yang terjadi. “Ya ampun, Lydia ada di sini!” seru Lucas setelah kembali ke ruang VIP. Musik di luar ruangan VIP terd
Lydia pastinya sudah habis diinjak-injak kalau saja dia bukan anak dari Rizal Agustine. Wajah Lucas langsung memerah tanpa berani melawan. Dia memang seorang pengecut. Namun, mau bagaimana lagi. Kenapa juga dia harus berada di pihak yang salah?“Jadi sekarang apa maumu?” tanya Lucas sopan.Padahal sebelumnya, dia sangat santai jika ingin mengganggu Lydia. Lydia menatap ke arah jendela dengan perasaan kesal. Kemudian dia mendekat ke arah Lucas lalu berkata, “Kamu pasti cuma peduli sama foto telanjangmu saja, kan? Sekarang aku hitung sampai tiga kalau kamu nggak juga pergi dari hadapanku, maka dihitungan keempat aku akan membuatmu malu habis-habisan!”Lucas tersentak setelah mendengar ancaman Lydia. Dia langsung buru-buru berbalik seraya berkata, “Jangan .... Jangan lakukan itu!”Hanya dalam waktu 3 detik saja Lydia berhasil mengusir Lucas dan membuatnya menghilang tanpa menghilangkan jejak. Lydia langsung mencibir lalu melangkahkan sepatu hak tingginya pergi meninggalkan bar. Namun,
Internet sedang gempar dengan berita tentang intimidasi yang dilakukan oleh keluarga Tansen. Namun, keluarga Tansen sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun akan masalah ini. Menurut mereka, mereka akan terlihat bersalah jika menanggapi masalah ini terlalu dini. Kediaman keluarga Tansen. Lampu di dalam rumah keluarga Tansen bersinar dengan terang semalam penuh. Semua orang hanya berani terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, kecuali Sugiono. Ditambah lagi ketika Sugiono mengetahui kalau Dylan belum juga pulang. Raut wajahnya tampak semakin tidak karuan.Pasar saham hari ini sangat dipengaruhi oleh opini publik yang ternyata kurang baik bagi Tansen Group.“Ke mana dia pergi?” tanya Sugiono kepada pengurus rumah dengan penuh amarah sambil mengetuk-ngetuk tongkatnya. “Kami belum bisa menghubungi Pak Dylan. Ponselnya tidak diangkat dan asistennya juga tidak tahu ke mana Pak Dylan pergi,” jawab si pengurus rumah dengan suara bergetar. “Masih berani dia jalan-jalan? Bagaimana
Dylan langsung membayangkan sosok Lydia yang berjalan sendirian dengan darah di kepalanya. Dia pasti kedinginan berada di jalanan yang sepi sendirian. Perasaan Dylan seketika merasa ada yang tidak beres. Dia memiliki hutang kepada Lydia yang tidak bisa bayar begitu saja. “Untuk apa aku marah kayak begini kalau aku masih harus minta maaf sama mereka! Minta maaf itu artinya kita sudah mengakui kalau kitalah pihak yang bersalah sudah memfitnah mereka. Kalau sudah begitu, bagaimana citra perusahaan kita nanti ke depannya? ” ujar Sugiono sambil membelalakkan matanya penuh amarah. “Benar kata Kakek. Lebih baik masalah ini diselesaikan secara pribadi saja. Buat apa seluruh keluarga Tansen sampai terseret dalam masalah ini. Lagi pula, siapa dia? Apa statusnya jadi lebih tinggi dari kita kalau dia sudah menjadi anak dari Rizal Agustine? Kita juga nggak maksa dia buat menikah ataupun bercerai sama Kakak. Kenapa sih dia kayaknya berniat banget mau mempermalukan keluarga kita?” ujar Monika ikut
Ruang rapat di Agustine GroupOrang-orang menatap ke arah para pemimpin perusahaan yang duduk di depan mereka. Rizal duduk dengan malas di atas kursi dan dengan tenang menyerahkan tanggung jawab kepada Nixon untuk memimpin rapat hari ini. Nixon membuka rapat dengan mengucapkan beberapa kata lalu memperkenalkan Lydia kepada orang-orang yang menghadiri rapat hari ini. Lydia terlihat menutupi bekas luka di dahinya dengan poni rambutnya agar orang-orang tidak memalingkan perhatian mereka ke dahi Lydia. "Pastinya kalian semua sudah tahu kalau Lydia adalah anggota keluarga Agustine sekaligus pemegang saham terbesar di Agustine Group. Hari ini saya juga ingin mengumumkan kalau Lydia sudah resmi dipromosikan sebagai Direktur Eksekutif dari Agustine Group. Saya yakin, pastinya tidak ada satu orang pun di ruangan ini yang tidak setuju akan pengumuman ini,” ujar Nixon. Lydia Agustine adalah pemegang saham terbesar! Semua saham orang yang hadir dalam rapat hari ini pastinya tidak akan bisa me
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa