Dylan langsung membayangkan sosok Lydia yang berjalan sendirian dengan darah di kepalanya. Dia pasti kedinginan berada di jalanan yang sepi sendirian. Perasaan Dylan seketika merasa ada yang tidak beres. Dia memiliki hutang kepada Lydia yang tidak bisa bayar begitu saja. “Untuk apa aku marah kayak begini kalau aku masih harus minta maaf sama mereka! Minta maaf itu artinya kita sudah mengakui kalau kitalah pihak yang bersalah sudah memfitnah mereka. Kalau sudah begitu, bagaimana citra perusahaan kita nanti ke depannya? ” ujar Sugiono sambil membelalakkan matanya penuh amarah. “Benar kata Kakek. Lebih baik masalah ini diselesaikan secara pribadi saja. Buat apa seluruh keluarga Tansen sampai terseret dalam masalah ini. Lagi pula, siapa dia? Apa statusnya jadi lebih tinggi dari kita kalau dia sudah menjadi anak dari Rizal Agustine? Kita juga nggak maksa dia buat menikah ataupun bercerai sama Kakak. Kenapa sih dia kayaknya berniat banget mau mempermalukan keluarga kita?” ujar Monika ikut
Ruang rapat di Agustine GroupOrang-orang menatap ke arah para pemimpin perusahaan yang duduk di depan mereka. Rizal duduk dengan malas di atas kursi dan dengan tenang menyerahkan tanggung jawab kepada Nixon untuk memimpin rapat hari ini. Nixon membuka rapat dengan mengucapkan beberapa kata lalu memperkenalkan Lydia kepada orang-orang yang menghadiri rapat hari ini. Lydia terlihat menutupi bekas luka di dahinya dengan poni rambutnya agar orang-orang tidak memalingkan perhatian mereka ke dahi Lydia. "Pastinya kalian semua sudah tahu kalau Lydia adalah anggota keluarga Agustine sekaligus pemegang saham terbesar di Agustine Group. Hari ini saya juga ingin mengumumkan kalau Lydia sudah resmi dipromosikan sebagai Direktur Eksekutif dari Agustine Group. Saya yakin, pastinya tidak ada satu orang pun di ruangan ini yang tidak setuju akan pengumuman ini,” ujar Nixon. Lydia Agustine adalah pemegang saham terbesar! Semua saham orang yang hadir dalam rapat hari ini pastinya tidak akan bisa me
Kevin sangat senang setelah mendengar kabar kalau Lydia datang sendiri untuk menemuinya. Dia pun bergegas menelepon Lydia. “Bu Lydia, tolong bawa Tiger juga, ya. Kami semua di sini merindukannya,” ujar Kevin penuh semangat. “Oke, aku akan bawa dia,” jawab Lydia.Kedatangan Tiger bersamanya bukan hanya akan membuat orang-orang lain senang, tapi juga bisa membuat suasana menjadi tidak membosankan. Lydia tenggelam dalam pekerjaannya sampai tidak menyadari malam telah menjelang. Lampu-lampu sudah menyala dan bintang juga berkelap-kelip di langit malam. Lydia memutuskan untuk mengambil tasnya dan menyudahi pekerjaannya hari ini. Namun, Lydia merasa cukup bersalah ketika melihat lampu ruangan kantor Nixon masih menyala. Karena pekerjaannya sebagai CEO bisa dibilang jauh lebih mudah daripada Nixon. Lydia menjulurkan kepalanya setelah mengetuk pintu ruangan kantor Nixon terlebih dahulu. Nixon terlihat masih melakukan panggilan video di meja kerjanya. Dia terlihat sangat serius mencermati
Lydia mendekati Kenny lalu berkata, “Kakak bantu aku saja kalau memang mau kasih aku hadiah.”“Katakan saja apa maumu,” balas Kenny.“Aku ada proyek yang membutuhkan orang kayak Kakak. Kakak mau nggak bantuin aku dalam proyek ini?” tanya Lydia. Sebenarnya cukup berlebihan dengan meminta Kenny membantu Lydia dalam proyek ini karena Kenny adalah sosok kebanggaan negara. Namun, Lydia tidak bisa menyia-nyiakan kakaknya begitu saja. Kenny mengangguk lalu berkata, “Oke! Lagi pula, aku punya waktu selama sebulan penuh. Sebulan sudah cukup, kan?” “Cukup kok, Kak! Oh iya, ini aku ambil juga, ya,” ujar Olivia seraya mengambil kartu yang disodorkan Kenny kepadanya. Kenny hanya bisa terdiam melihat perilaku adik perempuannya. Tanpa mereka berdua sadari, di belakang mereka ada dua orang laki-laki yang sedang menunggu sosok si kebanggaan negara. Kedua laki-laki itu adalah sosok yang Lydia kenal.Kenapa dia belum juga mendapatkan fotonya?Lucas tiba-tiba menyentuh pundak Dylan karena dia melihat
Lukas berdecak lalu berkata, “Ternyata Lydia dan Kenny si legenda itu sudah saling mengenal satu sama lain. Bahkan hubungan mereka juga kelihatan dekat banget.”Informasi mengenai kembalinya Kenny ke negara ini adalah sebuah rahasia. Hampir tidak ada orang yang tahu karena semua rencananya di negara ini benar-benar dirahasiakan. Semua ini terjadi karena Kenny adalah sosok yang sangat penting bagi negara. Mereka berdua bisa mengetahui informasi tentang kedatangan Kenny karena mereka berdua membeli informasi ini di pasar gelap. Dylan menatap dingin ke arah Lucas lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Kenny dan Lydia kembali ke kediaman keluarga Agustine. Mereka berdua sudah bisa mendengar pengurus rumah memerintahkan para pelayan untuk membersihkan taman esok hari dan juga suara raungan Rizal dan Liam dari ruang keluarga sebelum mereka berdua sempat keluar dari mobil. Kenny langsung menatap Lydia setelah mereka turun dari mobil lalu berkata, “Kamu bantu carikan rumah untuk Kakak, y
“Amel kan suka banget sama kamu. Dia pasti yang buat Tiger kayak begini dengan memasukkan memorinya ke dalam memori Tiger. Oh iya, Amel juga peneliti di proyek Julist Group. Nanti kamu pasti ketemu sama dia,” ujar Lydia sambil tersenyum.Kenny langsung melemparkan Tiger ke dalam pelukan Lydia.“Tiger, kita ketemu yuk sama Amel,” ujar Lydia setelah menangkap Tiger dengan hati-hati di dalam pelukannya. “Aku mau si ganteng itu yang meluk aku,” ujar Tiger sedih. Lydia tidak tega menolak permintaan Tiger lalu dia pun melangkah dan berkata, “Kak Kenny ....”Kenny sudah tidak kaget lagi dengan perilaku benda kecil ini. Bagi mereka benda ini hanyalah sebuah karya yang seharusnya tidak terlalu melibatkan emosi. Tiger menjadi pusat perhatian orang-orang ketika mereka bertiga tiba di Julist Group.“Tiger, kamu kangen nggak sama kami?”Tiger mengangkat kepalanya lalu mendengus dan berkata, “Siapa kamu?”Semua orang hanya terdiam setelah mendengar jawaban Tiger. Kemudian mereka membawa Tiger unt
Suasana menjadi sunyi seketika. Untungnya, Dylan tidak membuat masalah lebih panjang, dan pembicaraan pun beralih ke topik penyelesaian masalah. Sekitar satu jam mereka rapat, hujan rintik-rintik mulai turun. Saat peserta rapat beranjak keluar, mereka bergegas mencari perlindungan di dalam mobil-mobil mereka. Air hujan menggenangi bagian bawah tangga karena permukaan lantainya lebih rendah.Lydia, yang keluar paling belakang, tampak cemas berdiri di tangga dengan sepasang sepatu hak tinggi Manolo Blahnik berdesain elegan, yang dibuat khusus untuknya. Rolls Royce perusahaan terparkir tak jauh, tapi sopirnya tak bisa mendekat.Kenny menangkap ekspresi Lydia. Di sampingnya, hanya ada sebuah payung.Dengan gerakan yang tampak akrab, Kenny mengambil payung itu dan menahannya di atas kepala Lydia."Ayo," ujarnya, seolah ini sudah menjadi kebiasaannya.Lydia merintih pelan, "Kalau sepatu ini kena air, berliannya bisa copot..."Kenny menatap rok yang dikenakan Lydia. Menggendongnya seperti put
Kevin dan Dylan berjalan berdampingan. Kevin kemudian bertanya, "Amel, kamu kenal laki-laki di sebelah Lydia?"Amel masih tenggelam dalam pikirannya. Saat Kenny merendahkan tubuhnya untuk melayani Lydia, Amel merasa iri, tapi juga merasa memang itu yang seharusnya. “Sungguh, wajahnya penuh dengan kekaguman!”Amel refleks mengangguk, tapi kemudian menggelengkan kepalanya. "Nggak kenal!" Lydia bilang harus dirahasiakan!Dylan menyipitkan matanya. Amel mengambil jas dan payung yang tergeletak di lantai, kemudian berbalik badan dan lari. Dia hanya seorang peneliti. Tidak bisa bermain-main dengan para pebisnis ini...Tiger menoleh ke kanan dan ke kiri. Baru saja hendak mencoba menghubungi nomor Lydia dengan sistem keceredasannya, dia diangkat oleh seseorang dengan satu tangan.Dylan mengerutkan kening dan menatapnya. Dylan merasa ada yang tidak beres. "Kamu masih kenal aku?" Suaranya yang kalem memberikan kesan asertif.Tiger menyipitkan matanya. Keempat kakinya menendang-nendang di udara
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa