Home / Romansa / Mandul / Bab 5. Makian Yang Kasar.

Share

Bab 5. Makian Yang Kasar.

Riri menangis dibawah selimut tipis miliknya. Tubuhnya terasa remuk dan inti miliknya terasa panas. Ya, hukuman yang diberikan oleh Ayus adalah bercinta. Sayangnya, Ayus yang biasanya memperlakukannya dengan lembut kini melakukannya dengan kasar. Bahkan lelaki itu langsung pergi meninggalkan kos-kosan milik Riri yang telah disewa oleh Ayus. Layaknya pelacur, setelah bermain maka akan ditinggalkan begitu saja bagai tak berarti.

"Salahkah aku memutuskan untuk kembali? Apakah setelah kau melihat tanda dari perbuatan orang lain, lantas kau marah? Hari ini aku tau, pandanganmu padaku hanya sekedar seorang pelacur yang tengah melayani tamunya. Tuhan, mengapa aku bak sampah yang menjijikkan? Apakah ini memang jalan takdirku? Mengapa suami dan lelaki asing itu senang sekali melecehkanku? Apakah memang karena aku begitu murahan? Hiks hiks. Aku lelah."

Seminggu telah berlalu…

Tok tok tok.

Terdengar suara pintu kamar indekos milik Riri diketuk seseorang. Riri mendongakkan kepalanya. Sekilas menoleh kearah jarum jam yang menempel di dinding. 

Ini masih sore, suaminya tak pernah mendatanginya saat sore hari. Riri yang notabenenya sedang mencari pekerjaan itu segera menanggalkan kertas koran yang berisikan info lowongan pekerjaan. Saat pintu kamar itu terbuka, sebuah tamparan mendarat telak dipipinya.

"Dasar jalang! Kenapa kamu kembali di hidup mas Ayus? Bukannya kamu sudah punya laki-laki lain? Lalu kenapa kau masih ingin kembali sama mas Ayus?"

Nisa?

"Mending kamu tanya mas Ayus, Nisa. Dialah yang paling berhak menjawab pertanyaanmu ini," ucap Riri sembari berusaha menutup pintu.

"Jangan munafik kau jalang! Aku tau mas Ayus masih ngasih kamu uang bulanan bukan? Dasar wanita sampah! Sudah tidur dengan laki-laki lain masih saja ganggu mas Ayus dan masih minta jatah! Keterlaluan kau!" teriak Nisa padaku. 

Sikapnya seakan membuka kedoknya yang selama ini berpura-pura baik di depan Riri. Riri memutar kedua bola matanya. Wanita muda di hadapan Riri ini cenderung masih labil memang. Namun saat Riri berusaha untuk mengabaikannya, suasana sekitar menjadi riuh. Kasak kusuk tentang Riri sebagai seorang simpanan kian ramai dibicarakan. Bahkan terlihat ibu kos mendekat ke posisiku.

"Riri, apa benar kamu simpanan laki-laki yang akhir-akhir ini sering bermalam dikamarmu?" tanya ibu kos dengan nada meremehkan.

"Benar! Dia adalah suamiku. Bahkan saat ini aku sedang hamil bu," tutur Nisa. Hal itu membuat Riri terkejut.

"Kau hamil?" tanya Riri dengan hati yang terluka.

"Ya! Aku hamil! Dan kau malah mengganggu rumah tanggaku! Dasar wanita jalang!"

Umpatan demi umpatan kian terdengar. Bahkan ibu kos mulai tak suka padaku. Bahkan aku belum memberikan penjelasan sedikitpun. Mengapa mereka semua seakan meragukanku?

"Ri! Kmu mending keluar aja deh. Ibu nggak mau kena masalah. Disini tidak menerima seorang pelakor. Silahkan bereskan barang-barangmu!" teriak ibu kos.

"Bu! Saya belum menjelaskan satu pun disini! Jangan main hakim sendiri. Belum tentu benar apa yang dia bilang."

"Sudahlah Riri! Segera bereskan sebelum ibu seret kamu keluar dengan tangan ibu sendiri!" bentak ibu kos.

"Nisa, kalau kamu memang istrinya mas Ayus sekarang tunjukin buku nikah kamu. Nggak mungkin kan orang yang sudah nikah, nggak punya buku nikahnya?"

Pertanyaan dari Riri yang tak pernah diduga oleh Nisa sebelumnya, membuat Nisa sedikit emosi bahkan malu. Niat hati ingin mempermalukan Riri dengan menyebutnya pelakor, justru kini dia dihadapkan oleh pertanyaan yang sulit.

"Kau!" tangan Nisa terlihat terkepal.

"Bukankah lebih baik segera kau perlihatkan buku nikahmu itu, Nisa? Kau hanya akan membuat semua orang disini akulah pengganggu rumah tanggamu. Padahal kau sendiri adlah duri dalam daging!" Riri tak mau kalah.

"Kau jalang! Kau merebut mas Ayus dariku nyatanya dia menyembunyikanmu disini ketimbang membawamu pulang kr rumah! Apa kau pikir kau itu bisa merebut dia dariku? Lihat saja betapa dia mencintaiku. Sampai sekarang bukankah dia tak membawamu pulang bukan? Itu karena kau seorang jalang murahan!" teriak Nisa.

"Riri! Pergilah, kau membuat gaduh tempat ini. Aku tak bisa memberikan tempat untuk seorang simpann sepertimu!" kata-kata dari ibu kos membuat Nisa tersenyum penuh kemenangan.

Tanpa sepatah katapun, Riri masuk kedalam kamar kosnya. Kemudian kembali dengan memperlihatkan buku nikah di tangannya. Baginya Nisa sudah keterlaluan. Jika sebelumnya dia diam saja, kali ini jangan salahkan jika dirinya membuat keadaan berbalik.

"Lihat, ini buku nikah saya bersama suami yang dia bilang Bu. Jika dia bilang itu adalah suaminya, maka dia bisa menunjukkan buku nikahnya," ucap Riri dengan tersenyum. Membuat Nisa semakin membencinya.

"Kau! Bukankah kau sudah mengizinkanku untuk menikah dengan suamimu!"

"Oh, itu artinya kau mengakui jika dirimu adalah perusak rumah tanggaku, Nisa. Dan kenapa aku bisa berakhir di tempat ini aku rasa kaulah yang paling tau. Istri sah dibuang oleh suaminya karena istri sirih? Bagaimana? Aku yang menemaninya dari nol. Aku juga yang memberikan tabunganku semasa aku masih gadis hanya untuk membangun sebuah rumah impian bersamanya. Tapi sekarang lihatlah, justru rumah itu kini ditempati oleh istri kedua suamiku. Menurutmu, apakah aku masih kurang sabar menghadapimu, Nisa? Sehingga kau bisa menggangguku bahkan saat aku telah diungsikan di sebuah kamar petak!"

Kata-kata dari Riri membuat Nisa kalah telak. Tiba-tiba entah datang darimana guyuran air yang membuat seluruh tubuhnya basah kuyub. Riri dan Nisa segera menoleh. Ternyata para penghuni kos tersebut yang mengguyur tubuh Nisa.

"Pergi kau! Dasar pelakor teriak pelakor! Sungguh menjijikkan wanita parasit sepertimu! Pergi!"

"Awas kau, Ri!" tunjuk Nisa pada wajah Riri. Segera setelahnya wanita muda itu bergegas meninggalkan tempat yang tak lagi memberinya muka. 

"Nak! Maafkan ibu ya? Kau boleh tinggal disini selama yang kau mau. Kalau ada apa-apa, atau wanita busuk itu mencari masalah lagi denganmu kau tinggal teriak saja maka kami akan membelamu dan menyingkirkan wanita ular itu."

"Terima kasih Bu."

Hari ini Riri patut bersyukur. Setidaknya salah paham telah terselesaikan. Tetapi hatinya bagai tersayat-sayat. Benar jika orang akan salah paham padanya. Mengingat dirinya hanya ditempatkan disebuah kamar kos.

Apa aku telah salah mengambil keputusan, Mas? Tanya Riri dalam hati.

******

"Tuan," panggil Ayus pada orang yang terlihat paling berkuasa.

"Aku berikan waktu selama 1 minggu. Jika kau masih belum bisa membuat perusahaan ini stabil, maka aku akan menarik semua investasiku di perusahaan ini. Jangan membuatku kecewa!"

Lelaki itu pergi dengan angkuhnya diikuti para kaki tangannya. Melewati Ayus begitu saja yang tengah berlutut. Entah bagaimana bisa perusahaannya tiba-tiba mengalami masalah. Bahkan semua itu hampir mendekati collapse! Terlebih, waktu yang diperlukan hanya satu malam! Sungguh sangat tidak mungkin jika orang biasa yang melakukannya. Hanya orang berkuasa yang bisa membuat hal yang mengerikan seperti itu.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Satu minggu? Ya tuhan!" keluh Ayus sembari mengusap wajahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status