Share

Bab 75 (Pingsan)

Penulis: Tifa Nurfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sikap Ibu malam ini betul-betul membuatku heran, namun sisi lain, hati ini pun bahagia karena Ibu secara halus mengusir Tania untuk segera pergi dari sini.

Tania menghela napas, kemudian memandang ke arah lain, aku yakin ia pasti merasa terusik, karena secara halus Ibu telah mengusirnya.

"Ehm, aku ke toilet sebentar ya, Bu. Permisi." Tania pamit dan berlalu ke toilet.

"Bu, sebenarnya apa yang ingin Ibu sampaikan sampai kita harus membicarakan ini di tempat makan seperti ini?" tanya Mas Firman lembut, Dia tentu sangat penasaran dengan apa yang hendak Ibu bicarakan, pun denganku dan Laras. Kami semua tentu penasaran, di tambah sikap Ibu yang berbeda.

"Sebentar Ibu ke toilet dulu, ya."

"Ehm, mau Yunita temenin, Bu?" tawarku.

"Ehm, nggak usah Yun. Ibu sendiri aja, cuma sebentar kok." Aku mengangguk tersenyum. Setidaknya sikap Ibu tak ketus seperti biasanya, bisa dibayangkan jika di tempat umum seperti ini, sikap Ibu kumat ketusnya sama Aku. Bisa tertekan sendiri Aku, tak enak hati, dan j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 76 (di Rumah sakit)

    "Kok kamu diam, Sayang?" tanya Mas Firman."Ehm, enggak kok sayang, aku cuma menyesal aja, kenapa tadi Aku nggak temenin Ibu ke toilet. Walaupun Ibu sempat menolak, harusnya aku mengikut saja dibelakangnya.""Ssst... Ini bukan salah kamu, Sayang. Sudah yang terpenting sekarang kita doain Ibu, semoga Ibu baik-baik saja." Mas Firman mengusap lembut pucuk kepalaku. Aku lirik Laras juga tampak khawatir, ia lebih banyak diam."Ras, kamu kenapa?" tanyaku."Enggak apa-apa Mbak. Aku cuma takut terjadi apa-apa sama Ibu. Kalau Ibu sampai kenapa-kenapa, aku nggak akan pernah maafin Tania." Seketika membuat keningku mengerenyit."Tania?" Ah iya gadis itu, aku tidak melihatnya tadi, apa dia tadi masih di restoran."Iya Mbak. Tadi Ibu di toilet di sana ada Tania kan? Kenapa Ibu tiba-tiba saja pingsan, ini pasti ada hubungannya dengan Tania kan," cetus Laras, yang menebak jatuhnya Ibu ada hubungannya dengan Tania. Setahuku Laras dan Tania memang berteman baik, tapi kenapa sekarang Laras justru menud

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 77 (Pov Ibu)

    Pov IbuSebagai seorang Ibu tentu aku juga sangat mengharapkan kehadiran seorang cucu apalagi Firman telah berumah tangga dengan Yunita sudah 3 tahun lebih, waktu yang terbilang sudah cukup lama, karena faktanya banyak pasangan yang baru beberapa bulan menikah saja mereka sudah hamil. Di saat aku berkumpul dengan teman-teman arisan, mereka juga terkadang membawa serta cucu mereka, mereka juga selalu menanyakan kepadaku, "mana cucumu? Umur kita sudah tak lagi muda lho, apalagi yang kita tunggu selain kehadiran cucu untuk menghibur kita di masa tua." Ucapan beberapa teman-temanku membuatku kesal, kemudian meluapkannya pada Firman dan juga Yunita, kapan mereka akan punya anak. Jadi kan aku bisa sesekali membawanya di saat arisan atau berkumpul bersama teman-temanku.Firman selalu berkata, sabar. Sabar. Tapi mau sampai kapan? Aku yang tadinya begitu menyayangi Yunita sebagai anak mantu pun perlahan luruh karena Ia tak juga kunjung hamil. Hingga suatu hari Laras mengenalkan temannya bern

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 78 (Sebuah Kenyataan)

    Setelah aku panjatkan doa, aku pun pamit, meski aku seolah berbicara sendiri, tapi aku yakin Mas Umam mendengarnya.Sesampainya di rumah aku tiba-tiba punya ide untuk makan malam di luar bersama Firman dan Laras, aku juga ingin mengundang Tania. Entah kenapa jika bersama Dia, dengan sikap manjanya aku justru senang, merasa di perlukan sebagai sosok Ibu. Berbeda dengan Yunita Dia memang menantuku, tapi sikap mandirinya seolah tak membutuhkan Aku sebagai Ibu mertuanya."Tania kamu masih singel?" tanyaku pada Tania kala itu. "Masih singel Tante, belum Nemu yang cocok," sahutnya."Maklumlah Tante, Tania sibuk kerja, jadi urusan pasangan nomor sekian." Tania wanita pekerja, Dia cantik, dan seorang model, berbeda dengan Yunita yang hanya bisa mengandalkan penghasilan Firman anakku. Dari itu aku bisa menyimpulkan kalau Tania layak bersanding dengan Firman, semoga dengan Tania, Firman bisa segera mendapatkan keturunan, bukankah seorang laki-laki boleh beristri lebih dari satu."Kalau kamu j

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 79 (Alasan Ibu)

    Pov Ibu."Silahkan kamu pulang, biarkan saya bicara dulu dengan Firman!" sahutku cepat, membuat wajah Tania berubah masam. Aku tak ingin Dia berlama-lama di sini. Apa yang aku lihat tadi sudah cukup jelas, seorang wanita baik-baik tak akan mau melakukan hal seintim itu di tempat umum.Aku mencoba mengusir secara halus gadis yang sejak tadi menatapku penuh arti. Aku paham Dia mungkin bingung dan meminta penjelasan kenapa tiba-tiba sikapku berubah.Aku balas menatap gadis cantik yang tadinya aku begitu menyukainya, namun sayang itu sebelum aku melihat sikap centilnya pada laki-laki lain, harusnya Dia bisa menjaga diri, setelah Dia menyanggupi permintaanku hendak menjadikan dirinya menantu, seharusnya Dia bisa menjaga sikap dengan laki-laki lain.Tapi ternyata Dia begitu ganjen dengan laki-laki lain, yang mungkin saja itu pacarnya, aku pun tak tahu.Beberapa saat kami saling tatap, hingga akhirnya Tania meminta ijin untuk ke toilet, sebisaku menahan gejolak di dalam dada, aku tak ingin

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 80 (Menyesal)

    "Stop! Ibu! Jangan asal nuduh, Yonya Ratih!" Tania memicing. Sesaat kemudian sudut bibirnya tertarik ia tersenyum sinis yang lebih tepatnya sebuah seringaian."Heemm haha Ibu lupa? Kalau status saya dan Kak Firman belum juga ada kejelasan? Mana janji Ibu untuk mendekatkan kami, dan segera mengadakan pernikahan untukku aku dengan Kak Firman? Mana?! Mana?! Nyatanya Kak Firman begitu sulit kuraih, hidupnya seolah hanya berpusat pada istrinya yang mandul itu?! Lalu aku harus menunggu ketidakpastian ini dengan berdiam diri dan menutup diri dari semua laki-laki?! No! Aku bukan wanita bodoh seperti Yunita mantu Ibu, yang masih terus bertahan walau ibu mertuanya telah menghadirkan calon madu untuknya, Aku nggak bisa Bu! Aku pun punya kebebasan untuk jalan dengan siapapun selama aku belum terikat pernikahan dengan putra Ibu!"Tania seperti kesetanan, Dia bahkan berkata dengan mata melotot, seolah tak mau kalah."Nggak punya sopan santun!" sentakku sambil menunjuk wajahnya. Hilang sudah rasa su

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 81 (Meminta Maaf)

    Pov IbuAku pun mengangguk dan mulai memejamkan mata. Mungkin benar aku harus istirahat, nanti jika aku sudah merasa lebih sehat, baru aku bicara pada Yunita dan Firman. Ketika aku terjaga, perlahan aku buka mata ini, suasana sudah sepi, sunyi, hanya jam dinding yang berdetik memecah keheningan. Jarumnya menunjuk ke arah angka 1 dini hari.Terlihat Laras sudah terlelap di bangku samping ranjang rumah sakit, kepalanya bertumpu pada tangannya sendiri yang dijadikan bantal. Di sofa panjang, terlihat Firman pun terlelap, dan Yunita juga tidur dengan bersandar di bahu Firman. Mereka semua terlelap dalam damai malam ini.Hingga tiba-tiba kandung kemihku terasa penuh, aku baru ingat belum buang air kecil saat di toilet dengan Tania malam tadi. Perlahan aku beringsut bangkit dari ranjang. Kemudian pelan aku turunkan kaki ini menginjak lantai rumah sakit yang terasa begitu dingin. "Ibu! Ibu mau kemana?" Seketika Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Yunita mengerjapkan matanya, memperhatikank

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 82 (Kenyataan)

    "Maafkan Ibu, Nak," ucapku lirih. Yunita pun mengangguk. Sesaat kemudian Ia mendekat dan memelukku erat."Maafkan Yunita juga ya, Bu. Maafkan Yunita, yang tidak sempurna ini," bisiknya lirih di dekat telingaku. Aku mengusap lembut punggungnya yang bergetar. Kemudian mengurangi pelukan."Kamu cantik dan sempurna, Sayang. Ibu yang salah. Kamu dan Firman saling mencintai, betapa Ibu sangat berdosa karena mengharapkan perceraian diantara kalian, Ibu mohon maafkan Ibu." Gadis cantik yang dulu kami minta langsung pada orangtuanya kini masih terisak. Betapa aku yang sudah keterlaluan. Apa yang harus aku sampaikan pada besan nanti, jika kami bertemu. Apakah Yunita telah mengadu pada Mama dan Papanya."Terimakasih, Ibu sudah mau berubah, dan menerimaku kembali seperti dulu, Bu," isaknya."Ibu! Yunita! Kenapa kalian menangis?" tanya Firman yang tiba-tiba bangun, mungkin karena mendengar suara Isak tangis kami berdua.Sontak kami berdua menoleh ke arah Firman, yang masih mengucek matanya."Janga

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 83 (POV Laras)

    Pov LarasAku Larasati. Menjadi adik dari Kak Firman yang tampan, tentu membuatku memiliki kebanggaan tersendiri memiliki seorang Kakak laki-laki tampan, mapan, juga sangat penyayang. Saat Kak Firman memutuskan untuk menikahi Kak Yunita tentu ada rasa cemburu dari dalam hati ini. Sebagai seorang adik, aku merasa patah hati, ketika melihat Kakakku kini telah menentukan pilihan untuk meraih bahagianya.Walaupun memang itu sudah menjadi kodrat setiap manusia untuk hidup bahagia dengan pasangan halalnya. Tapi tetap saja rasa cemburu itu ada, aku khawatir setelah menikah nanti, Kak Firman tak lagi dekat denganku, tak lagi memenuhi apa yang aku inginkan, tak ada waktu untuk selalu bersamaku. Dan berbagai alasan lainnya yang aku khawatirkan.Cukup lama aku terdiam kala itu, di saat hari pernikahan Kak Firman dan Kak Yunita di gelar pun, aku menampilkan senyum bahagia, namun sebenarnya hati ini terselip rasa cemburu, entahlah mungkin orang bilang cemburu ini tak beralasan, tapi itulah kenyat

Bab terbaru

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 92 (Ending)

    Mengapa rasa sakit ini melebihi rasanya sakit hati ketika putus cinta? Aku seakan tengah berlayar di lautan tenang tiba-tiba di terjang badai ombak yang begitu dahsyat hingga kapal yang kukemudikan terombang-ambing.Aku melajukan mobilku menuju ke pemakaman dimana Bapak beristirahat dengan tenang, teringat saat aku masih anak-anak dulu, Aku pernah di ajak Bapak ke pemakaman, namun aku yang masih kecil pun tak bertanya itu makam siapa, dan Bapak juga tak bicara apapun soal makam itu. Aku yang sejak kecil tak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tua pun tak sedikitpun aku mengira akan seperti ini kenyataannya.Terlihat sepele, aku ternyata bukanlah anak kandung Ibu, tapi Ibu menyayangiku seperti anak kandungnya, tapi tetap saja hati ini terkoyak, ada rasa sakit menelusup ke dalam sini. Air mataku luruh begitu saja, di sepanjang jalan aku mengemudi. Sakit. Aku mengetahui kenyataan ini di saat Bapak sudah tiada, andaikan saja mereka menceritakan ini jauh sebelum Bapak pergi, mungki

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 91 ( Kenyataan Menyakitkan)

    POV Firman"Ehm, Bu. Alhamdulillah tebakan Ibu benar!" ucapku sumringah pada Ibu yang sudah menatap kami penuh tanya."Alhamdulillah! Akhirnya. Ibu mau punya Cucu!" Ibu menghambur ke arah Yunita dan memeluknya erat."Selamat ya Yun, Ibu seneng banget dengernya akhirnya kamu bisa hamil dan kasih cucu untuk Ibu. Maafkan Ibu yang kemarin-kemarin begitu angkuh dan nyakitin kamu! Ibu minta maaf Nak!" ucap Ibu dengan suara parau, Punggungnya bergetar. Ibu menangis dalam pelukan istriku.Aku hanya menatap haru."Ini semua berkat Doa Ibu, Yunita yang harusnya bilang makasih sama Ibu, Ibu sudah bisa menerima Yunita yang banyak kekurangan ini." Lembut Yunita mengusap punggung Ibu."Nggak Sayang. Ibu yang banyak salah sama Yuni, Ibu minta maaf." Yunita mengangguk, seraya mengulum senyum."Sudah Bu. Kita lupakan semua yang sudah berlalu, kita buka lembaran baru menyambut anggota keluarga baru di rumah ini." Aku mengusap punggung Ibu."Iya, Man. Jaga baik-baik istrimu dan calon bayinya ya!""Iya,

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 90 (Semua ada Konsekuensinya)

    POV FirmanDi sebuah ruangan dimana ada Laras berdiri di sana, bersama seorang temannya, dan Tania terbaring di ranjang rumah sakit, terlihat tengah menangis tersedu-sedu. Kenapa Dia?"Laras!" panggilku. Laras tengah berdiri di sisi ranjang, sepertinya sedang menenangkan Tania. Laras sepertinya tidak mendengar Aku memanggilnya.Belum juga Laras menoleh ke arahku, aku sudah dibuat terkejut oleh pertanyaan seorang perawat yang sudah berdiri di belakangku."Maaf Apa Bapak suaminya Ibu Tania?" Degh!"Oh bukan Sus. Saya mau jemput adik saya Laras," tegasku seraya mengibaskan tangan pada perawat itu.Seketika Laras menoleh ke arahku, mungkin karena mendengar namanya kusebut."Kak Firman!""Ayo pulang!" ajakku."Oh saya kira, suaminya pasien. Maaf ya Pak!""Iya gak apa-apa, Sus. Saya permisi!"Aku mendekati Laras dan menggandeng tangannya. Aku bahkan tak melirik sedikit pun ke arah Tania."Kak Firman!" panggil Tania lirih, namun masih jelas terdengar olehku."Ehm Tania, Gue pamit pulang dul

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 89 (Hamil)

    POV FirmanAku dan Yunita pun saling pandang, mendengar percakapan Laras di telepon, terdengar kata kalau Tania pingsan. Pingsan kenapa Dia, kenapa pula menghubunginya pada Laras, kenapa tidak langsung di bawa ke rumah sakit, berbagai pertanyaan muncul dalam benakku."Udah Yuk, Sayang kita ke klinik sekarang!" ajakku pada Yunita, aku juga tak ingin di pusingkan dengan urusan Tania yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kami."Ya udah Ayo!" Yunita pun mengamit lenganku dan bergelayut manja menuju ke luar rumah."Wah ini motornya, Sayang." Yunita menyentuh dan mengitari motor itu ketika kami sampai di teras rumah."Iya, bagus ya, Sayang. Pilihan kamu memang tak pernah salah." Aku memujinya, karena motor itu memang Dia yang memilih.Beberapa saat Yunita memperhatikan motor itu."Udah Yuk, Sayang. Nanti keburu malam, jadi makin ngantri di klinik." Aku mengingatkan, karena jika semakin malam juga khawatir kliniknya tutup. Malam ini juga malam Minggu, tentu di jalan juga

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 88 (Terkejut)

    POV FirmanSetelah menyelesaikan semuanya. Aku pun pamit pulang. Karena sebentar lagi pasti pihak dealer akan mengantarkan motor yang aku beli siang tadi. "Pulang sekarang, Yuk Sayang.""Ayo!"Kami pun berjalan bersisian menuju ke mobil yang terparkir di parkiran Rumah makan."Kira-kira udah diantar belum ya Mas, motornya?" tanya Yunita"Kayaknya sih belum, Laras juga nggak ada telpon Mas. Kalo udah datang pasti Dia kaget dan bingung, kan pasti telpon Mas.""Iya juga Ya." Yunita terlihat begitu bersemangat, meski wajahnya masih terlihat pucat, tapi tidak menutupi rona bahagia yang terpancarkan."Sayang, kamu beneran nggak apa-apa. Wajah kamu pucat lho." "Nggak apa-apa, Mas. Cuma sedikit pusing sih. Nanti aku sampai rumah langsung istirahat aja. Mas nggak usah khawatir, ya!" Meskipun Yunita bicara dengan tenang dan seakan Ia benar-benar baik-baik saja. Tapi tetap saja aku mengkhawatirkannya. Tak biasanya Dia seperti ini.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 87 (POV Firman)

    Pov FirmanTak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Ibu dan adikku bisa akur dengan istriku. Itu adalah harapan yang selalu aku langitkan di setiap sujudku. Akhirnya Allah menjawab semuanya sekarang. Ibuku sudah kembali seperti dulu, wanita cinta pertamaku sudah kembali lembut dan hangat padaku.Meskipun beberapa tahun belakangan ini, Ibu lebih menunjukkan rasa tak sukanya pada Yunita, istriku. Tapi itu sama artinya juga untukku. Karena istriku adalah cerminan diriku. Jika ada yang mencela atau tidak menyukainya, itu sama saja mencelaku. Aku hanya mampu membesarkan hati Yunita, menghiburnya, dan meminta maaf padanya atas nama Ibu. Hanya itu yang bisa kulakukan, meski dalam hatiku juga merasakan sakit yang sama.Alhamdulillah setelah acara makan malam di restoran itu sikap Ibu banyak berubah. Entah apa yang melatarbelakangi perubahan sikap Ibu pada kami, terutama padaku dan Yunita. Ibu menjadi begitu baik dan tidak lagi memintaku menikahi Tania.Sungguh sebuah keajaiban yang beg

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 86 (Saling Terbuka)

    Pov Laras"Bu, Laras seneng deh, sekarang Ibu bisa akur sama Kak Yunita, ternyata Dia baik ya Bu." Aku mulai membuka percakapan malam ini. Aku merebahkan tubuhku di samping Ibu, sudah cukup lama juga aku tidak tidur dengan Ibu. Aroma wangi tubuhnya yang selalu menenangkan. Hangat dan nyaman yang selalu aku rasakan jika berada di dekatnya.Malam ini aku begitu senang bisa bersembunyi di dekat ketiaknya."Iya, Ibu yang salah. Ibu terlalu egois, hanya karena termakan omongan teman-teman Ibu, secara tak sadar Ibu telah menyiksa batin menantu Ibu. Ibu sangat merasa bersalah, Ras."Ibu menatap langit-langit kamar ini, berucap tanpa menoleh menatapku. Ibu sudah menyadari kesalahannya. Sejenak terdiam."Ibu lihat juga kamu banyak berubah, Ras. Nggak ada lagi Laras yang manja yang selalu memaksa untuk dipenuhi semua keinginannya. Sekarang Ibu lihat anak gadis Ibu ini jauh lebih dewasa, lebih sopan, dan ramah, terutama pada Kakak iparnya," sindir Ibu."Bukankah setiap orang itu memiliki hak untu

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 85 (Sebuah Foto)

    Pov LarasAku pun memilih tak menanggapinya lagi, dan melangkah cepat untuk pulang. Tania masih berdiri di tempatnya.Setelah tiba di ujung gang tempat kos Tania, aku menunggu sebentar ojek online yang tadi kupesan.Kemudian aku langsung pulang ke rumah karena siang tadi Kak Firman mengabarkan, jika Ibu sudah di ijinkan pulang hari ini, jadi sekarang ini kemungkinan Ibu sudah ada di rumah Kak Firman. Kami sepakat untuk sementara Ibu tinggal di rumah Kak Firman, sampai kondisi Ibu benar-benar membaik.Dengan tinggal di rumah Kak Firman, di saat aku ke kantor dan Kak Firman sibuk di rumah makannya, ada Kak Yunita yang dengan telaten merawat Ibu. Aku bersyukur di saat aku sudah mulai dekat dengan Kak Yunita, Ibu mulai menyadari kesalahannya. Semoga hubungan baik diantara kami ini bisa terus seperti ini. Aku yang paling merasa bersalah pada Kakak iparku itu. Aku yang terlambat menyadari semuanya. Kini aku sadar pilihan Kak Firman memang yang terbaik, wajar saja jika Dia begitu bucin deng

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 84 (Menemui Laras)

    Pov Laras.Hari terus bergulir, hingga hari ini, aku mendapatkan pesan dari Ibu, kalau hari ini beliau meminta kami. Aku, Kak Firman dan juga Kak Yunita untuk makan malam disebuah restoran. Aku sedikit heran karena tak biasa Ibu mengajak kami makan di luar, Padahal biasanya, jika Aku atau Kak Firman mengajak Ibu makan keluar, Ibu sering menolak, beliau lebih suka makan di rumah, lebih leluasa katanya.Walaupun dalam hati ini meragu karena ternyata Ibu juga mengajak serta Tania, aku pun menyanggupinya untuk datang, sepulang dari kantor aku langsung menuju ke restoran yang sudah ditentukan Ibu. Dalam hati ini juga ada rasa was-was. Takut Ibu akan membahas rencananya yaitu menjodohkan Kak Firman dengan Tania.Jika benar itu yang akan Ibu katakan, aku akan langsung bersuara. Tidak setuju. Bahkan saat itu juga aku akan langsung bongkar tabiat asli Tania itu seperti apa. Agar Ibu tidak terus menerus harus menekan Kak Firman lagi.Aku berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanku agar lebih cepat

DMCA.com Protection Status